02. Menjadi Aktor Lagi

520 137 13
                                    

Dan benar saja, dia butuh lebih dari tiga tahun untuk membuat kondisi tubuhnya kembali normal seperti orang pada umumnya.

Ketika ia sudah boleh keluar dari ruang isolasi, kali pertama bersentuhan secara langsung dengan keluarga barunya. Mama Byun menangis penuh haru. Menggenggam tangan kurus Baekhyun, dan mengecup sayang pelipis. Sang Ayah dan Kak Junmyeon yang biasanya sibuk, meluangkan waktu mereka di hari itu. Keluarga yang awalnya terpecah, menyatu sempurna untuk si bungsu yang akhirnya sembuh.

Satu hari penuh dihabiskan untuk menikmati kebersamaan yang sebelum ini tak pernah dilalui. Bagi mereka, juga bagi Baekhyun. Ia yang dulu besar di keluarga yang tidak lengkap, serta ditambah kehilangan sosok orang tua tunggal di usia muda, tak menyangka akan merasakan kehangatan ini lagi.

Kemudian, barulah sesi terapi otot tubuhnya dimulai. Tiap memiliki jadwal kosong, Taeyeon atau Mingyu akan menemani Baekhyun menjalani sesi itu. Belajar berdiri dengan susah payah, dilanjut dengan mengambil langkah pertama.

Tiga kali ulang tahun, ia rayakan di rumah sakit ditemani orang terkasih. Hingga akhirnya, tepat ketika salju pertama muncul, ia diperbolehkan untuk pulang.

Berdiri di halaman rumah sakit untuk menunggu Kak Junmyeon mengurus surat keluarnya, dengan tubuh yang dibalut buntelan jaket hangat, hidung dan pipi memerah sebab dingin, mengulurkan tangan ke atas untuk merasakan lembutnya salju menyentuh telapaknya dan mencair.

Salju pertama yang tubuh Baekhyun sentuh. Ia menoleh menatap dua saudaranya yang lain. Mendekati mereka untuk memperlihatkan telapak tangan basah.

"Cair!"

Mingyu terkekeh. Mengusak helai hitam adiknya dengan gemas. Membiarkan Taeyeon mengelap telapak itu dengan sapu tangan, dan memakaikan sarungnya agar tidak kedinginan.

"Baekhyun! Ayo, pulang!" Mama Byun melambai dari depan pintu rumah sakit. Mengisyaratkan putranya untuk menghampiri.

Manik cokelat Baekhyun beralih ke arah Taeyeon, "Ayah dan kakak-kakak ikut kan?" tanyanya.

"Nanti kami menyusul."

"Okay," balasnya tersenyum. Beranjak menghampiri sang Mama dengan hati-hati agar tak terpeleset. Memeluk Ayahnya sebentar, dan berpamitan dengan Junmyeon. Barulah setelah itu mengekori Mama Byun untuk pulang dengan mobil sendiri.

Masuk ke dalam, merasakan penghangat mobil yang sudah dinyalakan. Baekhyun menyapa sekilas supir yang sedari tadi menunggu mereka. Lalu, melepas sarung tangan dari Taeyeon. Mama Byun yang duduk di samping menyentuh pipi putih dengan punggung tangan.

"Dingin?" tanya wanita itu.

Bibir tipis tersenyum lebar. Memperlihatkan gigi-gigi putih yang berjajar, "Suka."

Tangan mereka saling menggenggam. Baekhyun membiarkan wajahnya ditatap dengan lekat. Pancaran bahagia yang tak ditutup-tutupi, membuat relung hati Baekhyun merasa hangat. Untuk orang-orang ini, Baekhyun akan berusaha sebisa mungkin agar menjadi Baekhyun yang mereka inginkan. Sebagai bentuk terima kasih untuk tubuh yang ia miliki, Baekhyun akan berusaha berbahagia bersama keluarganya.

Di rumah, ia mendapat kamar baru di lantai dasar. Mama Byun sengaja tidak memberikan kamar di lantai dua karena takut kaki Baekhyun belum terbiasa naik turun tangga yang pasti memberikan beban lebih. Lemari penuh dengan baju-baju baru hasil buatan sang Mama berhubung wanita itu memang seorang fashion designer. Melihat helai demi helai pakaian yang tidak memiliki merk, namun dengan kualitas tinggi.

"Baekhyun! Nak! Ayo, makan!"

"Iya sebentar! Ganti baju dulu!"

Dan ternyata, 'nanti kami menyusul' yang Taeyeon bilang, rupanya harus menunggu hingga natal tiba. Membuat Baekhyun semakin sadar kalau keluarganya adalah orang-orang penting yang sangat sibuk. Sementara, dia hanya anak umur sembilan belas tahun yang masih pengangguran dan bahkan tidak lulus SMA. Jangankan lulus SMA, sekolah saja tidak pernah. Pendidikan yang ia dapat, hanya berasal dari tutor-tutor yang dipanggil ke rumah.

Stellify [ChanBaek]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu