Pesisir Laut Cina Timur

823 48 15
                                    

Dua tahun kemudian, di Desa Kecuo - Pesisir Laut Cina Timur.

Desa Kecuo tidak jauh dari Desa Yuncuo dengan jala ikan terpasang di luar desa. Hanya ada lebih dari 100 orang di desa tersebut, desanya jauh lebih kecil dari Yuncuo.

Seorang laki-laki sedang menjemur jalanya di belakang rumahnya.

Tubuhnya tinggi, kulitnya sangat putih, seperti telah lama tidak melihat matahari. Tangan kanan menggantung di sisi tubuhnya, sepertinya tidak bisa bergerak. Dia perlahan mengatur jala dengan tangan kiri, tampaknya dia begitu bahagia saat melakukannya. Hanya saja matanya yang terlihat kurang bagus, terkadang jarinya meraba-raba untuk melakukan sesuatu. Tak jarang dia harus mendekatkan matanya agar dapat melihat dengan jelas.

"Li Lianhua!"

Seseorang dari dalam rumah meraung dan mengejarnya. "Sudah kubilang istirahatlah di dalam rumah dengan patuh. Kamu ini memang serba bisa, tapi kamu hampir buta dan kamu masih berani kabur untuk menjaring ikan. Kamu pikir mudah bagiku untuk datang jauh-jauh dari ibukota? Apakah kamu sangat marah padaku?"

Si penjala berbalik, wajah yang tidak asing. Kemudian dia menyipitkan matanya, menatap Fang Duobing sebentar. Sepertinya dia hampir tidak ingat siapa Fang Duobing dan berkata dengan gembira, "Oh, Tuan Muda Shi, bagaimana kabarmu?"

Fang Duobing benar-benar kesal.

"Tuan Muda Shi? Tuan Muda Shi mana yang kamu maksud? Siapa yang menyuruhmu memanggilnya Tuan Muda Shi? Aku Fang Duobing! Aku belum melihatmu selama sebulan dan yang kamu ingat hanyalah Tuan Muda Shi? Apa yang sudah dia berikan padamu? Aku bahkan mengirim ratusan orang untuk mencarimu di sepanjang sungai dan pantai. Aku juga sangat kelelahan. Ketika aku menemukanmu, kamu malah sudah menjadi orang bodoh. Aku memberimu tempat tinggal, makanan dan pakaian. Aku juga yang sudah merawatmu, tetapi kenapa aku tidak pernah mendengarmu memanggilku Tuan Muda Fang?"

Li Lianhua menyipitkan matanya lagi, membungkuk dan menatapnya dengan hati-hati lagi. Dia tersenyum dan berkata, "Oh, Ketua Sekte Xiao."

Fang Duobing semakin marah hingga seluruh tubuhnya gemetar. "Xiao ...... Ketua Sekte Xiao? Bajingan itu - bajingan itu, kau ingat apa yang dia lakukan? Lupakan dia untukku, lupakan semuanya." Dia meraih Li Lianhua dan mengguncangnya untuk beberapa saat. Setelah dia merasa telah mengguncang "Ketua Sekte Xiao" keluar dari pikiran Li Lianhua, dia pun berhenti.

"Siapa aku? Aku Fang Duobing, menantu kaisar, ingat?"

Li Lianhua tidak lagi tertarik untuk melihat "Menantu Kaisar" lebih dekat. Dia berbalik dan menyentuh jala ikan lagi.

"Dasar orang tidak tahu berterima kasih, bodoh, bajingan tak tahu malu! "Fang Duobing menunjuk ke belakang, mengutuk tak terkendali, tetapi pria itu begitu fokus untuk mengeringkan jalanya sehingga dia tidak dapat mendengarnya. Bahkan jika dia mendengarnya, dia belum tentu tahu apa yang orang itu bicarakan.

Fang Duobing tiba-tiba menghela napas panjang dan mengambil kursi untuk duduk. Li Lianhua tidak mati. Saat itu, dia duduk di perahu nelayan dan membiarkan perahunya hanyut ke hilir menuju laut lepas. Jika para pelayan tidak bergegas menemukannya, mungkin dia sudah mati.

Meskipun ketika dia menemukan orang itu, tangan kanannya lumpuh, matanya buta, kewarasannya benar-benar hilang, dan keadaannya sangat kacau . Tapi ...... ada baiknya dia tidak mati. Seperti sekarang ini, dia tidak ingat mana yang benar atau salah. Dia juga tidak lagi cerdik seperti dulu. Jika dia suka memancing, dia akan memancing. Jika dia suka menanam sayuran, dia akan menanam sayuran. Jika dia suka beternak ayam, dia akan beternak ayam. Kadang-kadang dia berjemur di bawah sinar matahari dan mengobrol sebentar dengan kakek nenek di sebelah.

Apa yang salah dengan itu?

Apa yang salah dengan itu?

Mata Fang Duobing terasa perih. Dia pikir dia harus berpikiran terbuka, tetapi dia masih ingat Li Lianhua kecil yang akan mencuri kelinci bersamanya di kuil biarawan. Li Lianhua yang akan berkata padanya dengan senyum lembut, "Kamu benar-benar pintar".

Pada saat ini, pria yang sedang menjemur jala itu sudah menyenandungkan beberapa lagu yang tidak dapat dipahami, saat dia perlahan-lahan meraba-raba jalan keluar dari halaman belakang. Di luar halaman belakangnya ada pantai, lalu laut. Terlihat siluet seseorang berjubah panjang berwarna hijau samar-samar berdiri di luar, sepertinya orang itu tengah memandangi laut.

Li Lianhua dengan diam-diam memeriksa ke belakang, menyentuh pasir itu dengan gembira. Di atas pasir itu terdapat papan catur dengan sembilan belas kotak horizontal dan vertical. Ada banyak batu yang diletakkan di sana. Dia duduk tegak di salah satu ujung papan catur dan tersenyum. "Langkah ke seratus tiga puluh enam, sudahkah kamu memikirkannya?"

Pria itu tidak berbalik. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan samar, "Aku kalah."

Li Lianhua mengulurkan tangannya dan tersenyum cerah. "Satu atau dua perak."

Pria itu mengangkat tangannya dan melemparkan satu tael perak, kemudian tiba-tiba bertanya, "Apa kamu benar-benar tidak ingat siapa aku?"

Li Lianhua buru-buru mengangguk. "Aku ingat."

Pria itu sedikit terkejut. "Aku...."

"Kamu orang kaya," balas Li Lianhua dengan sungguh-sungguh.

____Tamat____

Mysterious Lotus Casebook (4 Bab Terakhir)Where stories live. Discover now