Guilt Trip To Seoul

549 40 5
                                    

Haechan menatap langit-langit kamar Mark yang gelap dan kosong sambil menerawang. Pikirannya tidak bisa diam sejak kedatangan Jisung ke kamar itu dan ia tidak bisa tidur sama sekali.

Haechan bahkan tidak peduliㅡatau mungkin tidak begitu sadarㅡjika air matanya telah membasahi bantal yang berada di bawah kepalanya. Mungkin saking banyaknya ia menangis, air matanya bisa membentuk sungai.

Haechan merasa... kosong, hampa, dan sakit. Kombinasi perasaan bingung dan nyeri, lelah dan kebas. Mendengar penjelasan kedua orang tuanya dan perkataan Jisung membuat hati dan pikirannya kacau balau.

Haechan tidak menyangka jika hidupnya semenyengsarakan dan semenyakitkan ini. Apakah ia benar-benar dikutuk? Atau ini ujian dari tuhan? Tetapi bagian paling membingungkannya adalah ia yang tidak bisa mengingat semua kejadian menyakitkan itu.

Apakah hal ini berarti baik? Atau bahkan bisa lebih buruk lagi?

Hanya satu hal yang terasa nyata baginya, kebohongan yang diceritakan keluarganya selama ini. Untuk apa? Sekarang jika ia tidak bisa mengingat apa pun, tetapi apakah itu penting?

Karena sakitnya ketika ia berada di rumah sakit tidak ada lagi di dalam ingatannya, kenyataan bahwa Jisung adalah.. putra kandungnya, Mark yangㅡmembunuh seseorangㅡmelakukan hal buruk, atau apa pun yang ia miliki di kehidupan lamanya.

Namun, cerita itu tetap saja terdengar buruk ketika ia mendengarnya. Membayangkan dirinya yang dulu harus menderita selama itu, dan menahan semua rasa sakit yang menimpa dirinya. Haechan menggelengkan kepalanya dengan keras, ia tidak mau membayangkannya lebih jauh lagi.

Baginya hal yang paling menyakitkan saat ini adalah hilangnya kepercayaan dirinya terhadap keluarganya. Bertahun-tahun percaya pada kebohongan yang diceritakan orang tuanya, ia selalu membicarakan saudari perempuannya, seolah ia benar-benar ada. Menatap gambarnya, berbicara padanya. Mengetahui Jisung yang adalah putra kakaknyaㅡ

Haechan mengusap wajahnya dengan kasar dan ia memilih untuk bangkit dari tempat tidurnya dan duduk dengan menurunkan kedua kakinya ke bawah. Tatapan matanya jatuh pada roti dan susu kotak yang diberikan oleh Jisung sebelumnya, dan hatinya tiba-tiba bergetar.

Haechan menatapnya untuk beberapa detik sebelum ia kembali menangis dengan suara tertahan. Dirinya bahkan harus menangkup wajahnya dengan kedua tangannya supaya ia tidak terisak ataupun berteriak.

Rasa sakit yang berusaha ia tahan sejak tadi, rasa sakit yang berusaha ia abaikan mati-matian, rasa sakit yang berusaha ia kesampingkan, kini kembali datang dan menyerangnya dengan membabi buta.

Tubuh Haechan merosot dari tempat tidurnya, ia bergelung di lantai yang dingin dan memeluk kedua lututnya untuk menangis sejadi-jadinya.

Haechan pernah diperkosa.

Ia pernah dalam keadaan tidak berdaya selama bertahun-tahun.

Dirinya pernah hamil.

Jisung adalah putranya.

Kakaknya tidak pernah ada.

Haechan dan Mark seharusnya menikah sembilan tahun yang lalu, tetapi ia mengalami kecelakaan. Kecelakaan yang merenggut bayi yang ada di dalam perutnya. Kecelakaan yang membuatnya kehilangan kemampuan untuk bangun dan bergerak dengan semestinya. Kecelakaan yang membuat ingatannya hilang. Kecelakaan yang membuat kehidupan orang-orang disekitarnya juga jungkir balik.

Mark membunuh seseorang demi dirinya.

Semuanya tidak sama lagi, dan tidak akan pernah kembali seperti semula.

Haechan benar-benar tidak bisa menahannya, rasa sakit yang menggerogoti hatinya, memakannya seperti hal itu tidak ada artinya.

Ia menggigit kepalan tangannya untuk meredam suara tangisannya sendiri. Seluruh tubuhnya gemetar, tenggorokannya sakit, dan dadanya sangat sesak.

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang