12. Pasrah

279 4 0
                                    

Tamala melangkah menuju ke ruang kelas VlllB dengan senyuman yang merekah. Ia merasa lega karena tugas sekolahnya untuk hari ini sudah ia persiapkan. Tamala merupakan siswi yang disiplin. Termasuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Selalu memberikan bantuan kepada temannya yang sedang kesusahan, menjadi salah satu alasan mengapa ia disukai banyak orang. Bukan hanya di lingkungan sekolahnya, ia juga dikenal sangat ramah di lingkungan tempat tinggalnya.

Bahkan tak jarang ia berbagi rezeki kepada orang yang membutuhkan. Meski hidupnya sederhana, namun berbagi tetaplah menjadi hal yang utama. Tamala selalu mengingat pesan Ibunya, "meski kita hidup sederhana, berbagi harus tetap kita lakukan selagi kita masih punya." Ibunya menyampaikan pesan itu saat dia berusia 6 tahun. Saat itu, ia dan Ibunya beranjak pulang dari pasar. Diperjalanan pulang mereka bertemu dengan anak jalanan yang terlihat kelaparan. Setelah ditanya perihal mengapa mereka kelaparan, jawaban dari kedua kakak beradik itu sungguh menyayat hati. Mereka ternyata belum makan selama dua hari. Dengan penuh iba, Tamala dan Ibu membawa kedua anak itu ke salah satu warung makan yang tak jauh dari pasar. Kedua anak itu tampak begitu lahap menyantap makanan yang telah disajikan oleh pemilik warung. Bahkan salah satu diantara kedua anak itu meneteskan air mata.

"Adek kenapa? Kok nangis?" Ibu Tamala mengusap rambut gadis kecil itu yang berusia 3 tahun lebih tua dari Tamala. Sedangkan adiknya berusia setahun lebih mudah dari gadis itu.

"Nggak apa-apa kok, tante. Saya merasa bersyukur aja, saya dan adik bisa makan setelah dua hari menahan lapar, terima kasih banyak ya tante sudah memberi kami makan." Ucap gadis kecil itu bersedu-sedu. Sementara adiknya masih terlihat lahap menyantap makanannya.

"Sama-sama sayang." Ibu Tamala tersenyum sambil memeluk gadis kecil itu. Sementara Tamala hanya tersenyum menyaksikan momen yang mengharukan itu. Saat itulah ibu Tamala menyampaikan pesan yang selalu Tamala ingat hingga saat ini.

                                       ***

Hari ini kelas VlllB seperti biasa, di jam pertama di hari rabu akan ada mata pelajaran IPS yang selalu on time. Jadi, kalau ada yang mengerjakan PR di sekolah bakal ketahuan. Mereka yang ketahuan mengerjakan PR di sekolah tidak diizinkan untuk mengikuti pelajaran tersebut. Hal ini dilakukan untuk melatih siswa/i agar disiplin dalam mengerjakan tugas yang diembankan oleh bu' Tini selaku guru IPS.

Tugas yang diberikan bu' Tini minggu lalu ialah semua siswa/i diwajibkan menfoto-copy buku pelajaran IPS dikarenakan buku IPS di sekolah hanya ada satu saja. Hal itu dilakukan bu' Tini agar bisa mengajar dengan mudah.

Berhubung karena hari ini pemeriksaan tugas, jadi bu' Tini menggabungkan antara kelas VlllA dan VlllB, agar ia mudah memeriksa tugas para siswa/i. Bu' Tini melakukan pertukaran jam pelajaran kepada pak Toni selaku guru yang mengajar jam pertama di kelas VlllA.

Semua siswa/i kelas VlllB bergabung di ruang kelas VlllA. Bu' Tini sudah bersiap di meja guru sembari menunggu semua siswa berkumpul. Setelah semuanya berkumpul, bu' Tini segera memanggil 1/1 nama siswa, di mulai dari kelas VlllA. Semua siswa tampak tenang selama masa pemeriksaan tugas berlangsung.

Kini giliran kelas VlllB. Siswa bergiliran maju ke depan bu' Tini sambil membawa buku foto-copy masing-masing.

"Tamala,,," Suara bu' Tini terdengar memanggil siswa berikutnya.

Tamala segera mengambil buku foto-copy miliknya lalu melangkah menuju ke hadapan bu' Tini. Setelah pemeriksaan buku selesai, Tamala kembali ke tempat duduk. Tamala langsung meletakkan buku foto-copy itu di atas meja. Namun, sesaat setelahnya...

"Mala, aku pinjam buku foto-copy kamu, ya. Soalnya aku lupa untuk foto-copy buku IPS." Izza yang terlihat panik sedari tadi, kini merasa sedikit lega setelah memegang buku foto-copy milik Tamala, meski Tamala belum mengatakan apa-apa.

"Tapi kan, bukunya sudah ditandatangani sama bu' Tini, nanti kalau ketahuan, gimana?" kini giliran Tamala yang terlihat panik.

"Nggak bakal ketahuan kok,,," Meski Izza mengatakan hal itu, namun ia terlihat sedikit khawatir. Tamala terlihat pasrah.

Setelah nama Izza dipanggil, ia melangkah ke depan dengan penuh percaya diri, actingnya benar-benar sempurna. Tapi...

"Bu', buku foto-copy itu bukan punya Izza." Ikka yang duduk di belakang Tamala dan Izza tiba-tiba bersuara setelah menyaksikan kejadian tadi.

"Izza meminjam buku Tamala supaya bisa dapat nilai, bu'." Tanpa berfikir panjang, Ikka membocorkan semuanya.

"Benar begitu Izza, Tamala?" tanya bu' Tini.

"Benar, bu'." Jawab Tamala dan Izza hampir bersamaan.

"Kalian berani bohong sama Ibu?" Tanya bu' Tini.

"Maaf, bu'." Kata Izza menunduk menyesali perbuatannya.

"Ya sudah, kalau begitu kamu foto-copy buku itu sekarang, setelah selesai di foto-copy, perlihatkan ke Ibu, setelah itu Ibu akan memberikan nilai." Kata bu' Tini.

Izza kembali ke tempat duduk dengan perasaan kecewa.

"Kamu kenapa sih, kka? Sibuk ngurusin orang lain aja!!!" Izza terlihat sebel sambil menyimpan buku foto-copy itu di depan Tamala.

"Loh, aku kan cuma berkata jujur, apa salahnya, sih?" Ikka membela diri.

"Sudah, sudah,,, Setiap perbuatan itu pasti ada konsekuensinya. Jadi, dari pada kalian saling menyalahkan yang nggak ada manfaatnya sama sekali, lebih baik buku ini segera difoto-copy deh, sebelum bu' Tini selesai mengajar." Tamala menyodorkan buku foto-copy miliknya ke Izza.

"Tapi, temenin ya, La. Please!!!" Izza memohon ke Tamala untuk menemaninya ke tempat foto-copy yang berada tak jauh dari sekolah.

"Iya,,," Tamala segera menemani Izza setelah sebelumnya meminta izin pada bu' Tini.

Tamala menyadari bahwa hari ini ia telah berbuat salah. Di satu sisi, ia ingin membantu temannya yang sedang membutuhkan bantuannya. Namun, di sisi lain ia harus ikut berbohong. Tapi, seperti itulah kehidupan, cepat atau lambat kebenaran pasti akan terungkap.

Ana
-10 Agustus 2023-

Kumpulan Cerpen Remaja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang