Chapter 3

104 4 2
                                    

Hai semuaa
Maaf banget karena baru upload hari ini
Semoga kalian suka yaa

~Selamat membaca~

"Dia udah mati."

"Kalian semua nggak becus." Ujar seseorang pada anggotanya dengan marah.

"Maafkan kami tuan, tapi sepertinya Golden Rose tidak seperti yang tuan pikirkan. Mereka sekarang jauh lebih kuat dari sebelumnya, saya pikir mereka masih memiliki pemimpin."

Seseorang yang dipanggil Tuan itu pun mendekati anggotanya dan menatapnya dengan tajam. "Golden Rose sekarang sudah tidak memiliki pemimpin dan tugas kita sekarang adalah menyingkirkannya."

"Baik tuan."

----

"El-Fatah Arion Dawsen."

"Dia satu sekolah sama Cashel." Rayn melebarkan matanya dan dengan sekejap kembali menjadi datar lagi.

"Mana fotonya?"

Kak Dito menunjukkan fotonya kepada Rayn. Lagi dan lagi ia terkejut dengan wajah sosok pemimpin Black Mamba.

"Shit!Yang bener aja? Arion?"

"Lo kenal, Rayn?" Tanya Berlina yang sedari tadi hanya diam.

Rayn mengangguk dan menjelaskan semuanya yang terjadi waktu di sekolah.

"Nggak jadi suka deh," gerutu Rayn dengan suara kecil, namun didengar oleh Berlina.

"Apa kata lo? Nggak jadi suka? Ohh....gue tau, lo hampir klepek-klepek sama tuh orang kan? " Rayn menatap Berlina dengan tatapan datar, kenapa Berlina harus memperjelas semuanya di hadapan semua orang apalagi di hadapan Kak Dito.

"Anying."

"Ihh gue kira Rayn tuh lesbi loh, ternyata nggak."

"Ah udahlah, Rayn mau pergi dulu. "

Semuanya terkekeh kecil ketika melihat Rayn yang merajuk. Meskipun Rayn itu sudah dewasa tapi bagi mereka Rayn masihlah seorang anak-anak yang memiliki bakat khusus. Rayn memang orang yang ceria, sangat bahkan. Tapi, jika dirinya sedang dalam amarah yang besar, Rayn tidak seperti dirinya melainkan orang lain.

Rayn kini sedang berada di ruangan bawah tanahnya. Ruangan ini adalah favorit Rayn, bukan karena gelap melainkan bau yang sangat menenangkan bagi Rayn, bau darah.

Rayn mengelilingi setiap jeruji disini untuk melihat mangsa-mangsanya yang sudah tidak berdaya. Bahkan ada juga yang sudah menjadi mayat namun Rayn masih tetap menempatkannya disana.

Ia berhenti di tempat di mana dulu sosok yang merenggut nyawa kedua orang tua ibunya, Calansha dan Aarav yaitu Calantha. Ketika mendengar ceritanya dari Uncle Arshan, rasanya Rayn juga ingin membunuh saja Calantha.

"Udah bertahun-tahun lamanya, dari nenek terus mama sampe sekarang Rayn."

Ting

"Yayy, balapan."

Semua tahanan menatap Rayn dengan tatapan tajam, bagaimana tidak? Rayn berlari keluar seperti anak-anak yang berlarian di taman bermain dengan wajah yang semangat. Sedangkan mereka merasakan sakit dan sengsara.

Third GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang