(7) Happiness I'm Comingg!

221 25 4
                                    

"Dan Ayah tau darimana asal-usul anak itu?" tanya Avant, netra Aquamarine nya bersinar di bawah sinar rembulan.

"Dia anak seorang bangsawan, yang di buang. Lalu bertahan hidup seorang diri di Thedas dan bertemu denganku." Kakek Koushi menjawab, menghembuskan asap rokok di Jendela ruang kerja Arvant.

"Aku tak masalah jika membantunya. Namun kita harus tahu siapa orang tua aslinya Ayah. Bagaimana jika orang tua aslinya tiba-tiba muncul dan malah akan menimbulkan masalah besar bagi kita." Arvant mencoba memberikan pengertian dari sudut pandangnya. Memberikan gelar pada seorang anak yang tak jelas asal usulnya sungguh resiko yang berbahaya.

"Aku tak mengenalnya hanya setahun dua tahun Arvant. Aku sudah mengenal Claire selama enam tahun lama nya. Aku tahu, gadis itu bukanlah orang yang jahat. Ia dibuang oleh keluarganya, dan itu sudah berarti bahwa orang tuanya tak menginginkannya lagi."

"Tapi Aya--"

"Jika kau tak mau sudah cukup katakan tidak. Jangan berbelit. Aku tak punya waktu untuk mengurus kecurigaan mu yang tak akan pernah selesai itu." Kakek Koushi mematikan cerutunya, kemudian pergi dari ruangan tersebut, meninggalkan Avant yang masih bergelut dengan pikirannya.

___________

Valerie tak bisa tidur malam ini. Lantaran karena suasana asing yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Ia kembali berguling-guling di tempat tidur. Merasakan bagaimana empuknya kasur yang tengah ia tiduri ini. Betapa hangat selimutnya, beserta bantal-bantalnya. Selama ia berada di dunia ini, ini kali pertamanya meniduri kasur seempuk ini.

Dulu, 6 tahun yang lalu, kondisi ekonominya tak begitu baik. Dengan uang yang  hanya cukup untuk makan, Valerie mengakali bagaimana ia juga mendapatkan tempat tinggal. Tidak mungkin ia menyewa penginapan terus menerus, uangnya tak mengalir sederas itu. Apalagi saat itu ia tak tahu bagaimana cara menggunakan kekuatannya.

Alhasil, ia berisitirahat di pondok-pondok milik warga setempat. Dengan keadaan tanpa selimut, tanpa bantal, dan tanpa kasur. Setiap hari, ia melatih dirinya di Air Terjun. Mengendalikan kekuatannya, cara menyerang, cara bertahan, semua ia pelajari sendiri. Ia bahkan sempat mencuri sebuah buku guna mempelajari Kekuatannya.

Setelah belajar, ia mempraktekkannya pada Beast-beast yang ia jumpai di hutan. Bahkan Valerie pernah hampir mati, di karenakan saat itu, ia yang baru menguasai teknik menyerang menggunakan Element, harus dihadapkan dengan Beast tingkat 4, yang haus darah.

Siklus hidupnya terus begitu. Ia mulai akrab dengan Kakek Koushi yang bersedia memberi tahu pengetahuan mengenai Dunia ini. Satu tahun berlalu dan Valerie akhirnya bisa merasakan kembali bagaimana rasanya terlelap dengan nyaman, dengan hangat, dan dengan tenang.

Tanpa sadar, air matanya menetes. Valerie masih tak menyangka ia bisa melewati rintangan-rintangan dan sampai pada titik ini. Rasa bangga menjalar pada dirinya sendiri. Kebebasan yang ia sedari dulu ia inginkan sudah ia raih. Lalu sekarang apa? Valerie hanya menginginkan beberapa warna baru di hidupnya, dan masuk akademi merupakan salah satu cara. Mencari teman maupun jodoh di sana bukan lah hal yang buruk bukan? Jadi mari doakan Valerie malam ini, agar dia dapat segera bertemu dengan tujuannya.

_____________

Suasana canggung mendominasi perjalanan menuju Ibu Kota Kerajaan Inggrevada. Avant dengan raut datar khasnya, dan Valerie yang asik memandang keramaian Ibu Kota yang menarik perhatian.

"Jadi, Claire? Mengapa kau ingin masuk Akademi Ilvermony?" Avant mengajukan pertanyaan untuk menetralkan suasana yang tegang.

"Ah, tentu karena itu merupakan Akademi terbaik di seluruh daratan Garazdia. Juga, aku ingin mencari suasana baru. Hidup tanpa teman seumuran itu membosankan." Claire melempar pandang ke arah jendela kereta.

Happines, I'm Comingg!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang