6. Bakso

1 0 0
                                    

"Sialan si wibu bau bawang! Gak jelas banget jadi orang!"

Tara datang di salah satu meja lalu menaruh buku dengan perlahan. Tapi ia banting dirinya sendiri diatas kursi, untunglah ada sandaran pada kursi tersebut. Tangannya kini terlipat, alisnya mengkerut seakan ingin bersatu, pandangannya berapi lurus kedepan. Bagas, sahabat lamanya hanya menatap Tara dengan heran. Lelaki itu malah lebih sibuk dengan pentol jumbo di mangkok bergambar ayam jago. Diseruputnya bihun yang panjang. Tara kini membanting kepalanya diatas meja, ditatapnya lekat wajah Bagas yang sedang menyeruput bihun untuk kesekian kalinya.

"Mau bakso?" tanya Bagas lalu dibalas dengan anggukan lesu oleh Tara.

"Mang! Bakso Jumbo sama es jeruk!" teriak Bagas.

"Woke," sahut Mang Guntur sambil bergegas menyiapkan pesanannya.

Tara kembali bersandar, dihelakan napasnya yang berat untuk kedua kalinya. Tak lama kemudian pesanan untuk Tara telah datang, Mang Guntur segera pergi untuk melayani yang lain. Ditatapnya oleh Tara bakso jumbo yang menggiurkan, membuat air liurnya menggenang di dalam mulut. Tara segera mengambil sendok dan garpu. Setelah berdoa, ia segera menyantap bakso tersebut dengan lahap. Bagas kembali melirik Tara, kini dia cekikikan sendiri melihat tingkah teman semasa TK tersebut.

"Siapa si wibu bau bawang?" tanya Bagas membuka topik.

Tara melirik Bagas, kembali ia tegakkan punggungnya. Ditelanlah siomay dengan paksa agar segera menuju lambung. Ia mengusap mulutnya setelah meminum beberapa tegukan dari es jeruk. Dilanjut dengan tubuhnya yang diputar menghadap Bagas.

"Jadi gini," Tara memulai kisahnya.

"Tadi gue ditabrak sama Shaka di lorong sekolah. Bukannya minta maaf, tapi malah ngasih syarat kalo gue mau dia minta maaf,"

"Dan apa lo tau syaratnya?" tanya Tara, dibalas dengan gelengan pelan dari kepala Bagas.

"Gue harus mundur dari BOT Competition," terang Tara, kemudian kembali melahap semangkok baksonya.

"Si Shaka masih gak terima karna kamu yang jadi Physics Star, gitu?" tanya Bagas memastikan.

"Kemungkinan besar kayak gitu. Iya, sih, Fisikanya Shaka udah di atas langit. Gue, mah, apa kalo dibandingin sama dia,"

Bagas menghela napas malas. Tangannya meraih sebuah buku bersampul warna putih didekatnya. Buku itu berjudul "Man Jadda Wa Jada" karangan Zahrotus Syamsiyah, sang Biology Star.

"Noh, man jadda wa jada, barangsiapa yang bersungguh-sungguh dapatlah ia," ucap Bagas sambil menuding judul buku tersebut.

"Halah, Lo juga mau mundur, gitu" cibir Tara.

"Enggak, kok. Si Math Star ini bakal gabung lagi di medan perang," terang Bagas.

"Beneran?" tanya Tara yang dijawab anggukan oleh Bagas.

Tara yang mendengar hal tersebut amat kegirangan. Saking girangnya, rambut Bagas yang menjadi korban. Sedangkan Bagas? Hanya bisa pasrah atas perlakuan sahabatnya tersebut.

TRISTAR!  [ On Going ]Where stories live. Discover now