07. Camelia Abigail

1.2K 85 8
                                    

"Hari ini tidak ada jadwal pemotretan, shooting atau yang lainnya. Jadi kau bisa menggunakan waktumu untuk istirahat." Balasan dari Lina masuk di ponsel Camelia tak lama setelah perempuan itu mengirimkan pesan.

Dia kemudian memeriksa kalau-kalau ada pesan lainnya yang masuk, terutama dari nomor Bima yang semalam dihubungi namun tidak tersambung. Pesannya bahkan masih dengan tanda centang satu dan ini tidak biasanya.

Bima memang memiliki satu nomor khusus yang mungkin terpisah dari ponsel pribadinya, khusus untuk berkomunikasi dengan Camelia. Sebuah taktik yang rapi untuk menyembunyikan hubungan rahasia mereka yang jika terkuak ke publik makan akan mengakibatkan kehancuran yang signifikan bagi keduanya.

Camelia menjatuhkan ponselnya di belakang kepala, kemudian dia mengusap wajahnya yang pagi ini sakit dan terasa membengkak. Tampaknya, tamparan Dean di pesta semalam berakibat cukup fatal pada wajah bagian kirinya.

"Astaga!" Lalu dia bangkit dan turun dari tempat tidur.

Camelia meraih kembali ponselnya, kemudian menyalakan aplikasi kamera dan mengambil gambar wajahnya. Dan benar saja, pipi kirinya sedikit membengkak dan memerah.

"Aih ...." Perempuan itu meringis.

Tak lama kemudian dia bergegas ke dapur untuk mengambil es di lemari pendingin. Yang digunakannya untuk mengompres pipinya, setelah meminum obat penahan rasa sakit sebelumnya.

Lalu perhatiannya kembali beralih ketika ponselnya berdering, dan nomor Mutiara, adiknya lah yang memanggil.

"Ya Ra?" Camelia terpaksa menjawabnha meski dia sudah menduga dengan kemungkinan apa yang akan anak itu katakan.

"Kakak kok belum kirim uang lagi? Aku kan mau daftar kuliah, Kak." Benar saja memang itu yang adiknya katakan.

"Kamu ini, tidak tanya kabar tidak basa-basi. Main tanya soal kiriman uang saja?" Camelia memijit pelipisnya yang terasa nyeri.

"Ah, lama! Aku butuh uang untuk daftar ke kampus, Kak. Kemarin udah ngisi formulir sama segala macamnya. Dan hari ini harus bayar." ucap Mutiara tanpa basa-basi sama sekali.

"Minggu kemarin sudah Kakak kirim, Dek. Ibu tidak bilang?"

"15 juta mana cukup, Kak? Itu diambil bayar daftar ulangnya Kak Alif sama biaya kebutuhan rumah juga habis. Aku nggak kebagian."

"Astaga, Ra. 15 juta itu cukup banyak kalau penggunaannya benar. Lagian daftar ulangnya Alif berapa sih? Itu juga kebutuhan rumah bisa tidak beli hanya yang penting saja dulu?"

"Uang daftarnya Kak Alif tiga juga lima ratus, Kak. Belum buat bensin sama uang saku. Ada kali enam jutaan dikasih sama ibu. Kebutuhan rumah semuanya penting, Kak. Belum lagi listrik, air sama internet. Masa Kakak nggak ngerti sih?"

"Ya usahakan untuk berhemat, Ra. Kerjaan Kakak sudah tidak seperti dulu."

"Hemat gimana Kakak ini? Orang hidup kita aja di sini udah standar banget. Cuma rumah aja yang kelihatan gede, terus ini tiga mobil nggak perlu perawatan apa? Sayang kalau dibiatin gitu aja."

Camelia memejamkan mata sejenak.

"Pakai mobilnya satu saja bisa tidak? Alif yang antar kalau ibu atau kamu mau pergi, jadi uang bensin bisa dihemat. Terus listrik dan internet juga kalau bisa ...."

"Apaan? Nggak mungkin. Ogah banget kalau nebeng sama Kak Alif. Apa kata temen-temen aku?"

"Tidak usah mendengarkan orang lain, Ra. Masalahnya keadaan kita sedang tidak baik-baik saja. Kakak berat untuk menanggung hal sebanyak itu. Job sedang sepi sekarang ini."

My Hot BodyguardWhere stories live. Discover now