Ayah? [01/03]

418 34 0
                                    




Jam makan malam telah tiba. Kini dua saudara itu tengah menyantap makan malam tanpa bicara satu sama lain.

Junkyu masih kepikiran jihoon ternyata. Ia bimbang ingin mencari kejelasan atau tidak. Pasalnya junkyu takut jihoon akan marah karena tau junkyu menguping pembicaraan di telephone tadi.

Tapi disisi lain junkyu juga marah karena jihoon merahasiakan ini. Apakah junkyu ini orang asing yang tidak bisa dipercaya jihoon untuk menjaga rahasia?

"Jun—
" Ji—

Sial...
Ucapan mereka malah bertabrakan seperti ini. Bagaimana meluruskan masalah jika kecanggungan mulai menyelimuti mereka berdua.

"Lu duluan"

"Enggak. Lu aja. Gua lupa mau ngomong apaan". Bohong junkyu mempersilahkan yang lebih tua.

" Mmm.. ". Bukannya angkat suara jihoon malah cosplay nisa sabyan.

" Makan yang banyak. Gua mau tidur duluan".

Whatt??!!  Ga sesuai ekspestasi si junkyu sama sekali. Lagian aneh banget tiba-tiba nyuruh makan yang banyak.

"Ji. Gua mau nanya". Akhirnya dengan nyali yang susah payah ia kumpulkan. Junkyu pun berani angkat suara.

Yang dipanggil seketika menghentikan langkahnya. Tanpa berbalik arah jihoon seolah memberi isyarat ia menunggu si kembaran angkat suara.

" Biar tidur gua bisa nyenyak."
Begitu pikir junkyu yang sudah muak dengan keributan di kepalanya.

"T-tadi lu ketemuan sama ayah? ". Tanya junkyu menunduk dan sedikit melirik guna mengetahui apa respon dari seseorang yang ditanya.

Jihoon berbalik arah dan menatap junkyu dengan alis mata yang menukik tajam kebawah.

"Lu nguping?". Ucapnya balik bertanya.

".... ".

Sial... Benar dugaan junkyu. Pasti saudaranya marah.

"Jawab, park junkyu".

Kalau sudah pakai nama lengkap sudah tau kan artinya apa?.

"Iya".

"Lagian kenapa si main rahasia rahasiaan?!. Gua kan berhak tau semuanya!!. Atau lu selama ini nganggep gua cuma orang asing—"

"Diem!! Lu gaada berhak buat tau urusan kali ini". Bentak jihoon memotong ocehan junkyu. Jihoon yang sudah terbakar emosi memutuskan untuk naik menuju kamarnya. Meninggalkan junkyu yang masih kaget akibat bentakan jihoon.

"Bangsat". Umpat junkyu penuh emosi yang kemudian melenggang pergi. meninggalkan sepiring makanan yang masih menyisakan sedikit lauk. Ia juga tersulut emosi akibat bentakan jihoon. Mood makannya benar benar hilang.

Bye makan malam!!
Junkyu terlalu malas untuk mencerna mu.


🐨🐶🐨🐶


"Bangun, park junkyu". Ujar jihoon menggoyang-goyangkan tubuh adiknya yang masih terlelap.

Kali ini berbeda. Tak seperti pagi-pagi biasanya. Jihoon yang awalnya berisik berubah jadi dingin. Tatapannya pun tak kalah dingin.

Junkyu sontak terbangun dan menatap pria di hadapannya. Walaupun pandangan nya masih buram.

"Cepet mandi. Keburu telat". Timpal jihoon lagi dan langsung pergi begitu saja.

Begitu saja? Mana jihoon yang berisik seperti biasanya?


~~~


























































































































Pelajaran pertama dan kedua telah junkyu lewati dengan perasan bingungnya. Bagaimana tak bingung?.
Jihoon benar benar mendiamkannya dari awal berangkat sekolah hingga sekarang. Bahkan saat ini jihoon tak kunjung menyusul junkyu di kantin seperti hari-hari biasanya.

Junkyu yang sudah terlalu lama menunggu pun akhirnya memesan makanannya sendiri. Menyantap makannya sendiri sampai habis. Bahkan jihoon tak kunjung datang.
Semarah itukah park jihoon?

Drrtttt.... Drrttt..

Lamunan junkyu buyar ketika ia merasa ada yang bergetar di saku celananya.
Panggilan telephone dari park jihoon rupanya. Dengan cepat junkyu menekan tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu di dekat telinganya.

"Halo? Park ji—"

"Lu makan sendiri ya jun? Maaf gua sibuk"

"Lu kenap—"

Tuuuttttt...

Panggilan diputus sepihak dan berakhir dengan pertanyaan junkyu yang masih menggantung. Apa-apaan ini? Junkyu sudah berusaha peka. Harusnya jihoon menghargainya.

Sial...
Junkyu sudah tak tahan dan melangkah menjauh dari area kantin. Dengan nafas yang menderu dan kepala panas, junkyu melangkah menuju suatu tempat yang pasti kalian tau kemana arahnya.

[To be continued]







Si KembarWhere stories live. Discover now