Chapter 5: Humor Basi

3 0 0
                                    


    Matahari pagi yang cerah menghiasi Perumahan Mendeleev. Di rumah gang Pniktogen dengan nomor rumah lima belas, terdapat sosok perempuan yang sedang terburu-buru mengikat rambutnya yang berantakan. Ia sepertinya sangat senang dilihat dari wajahnya yang tersenyum. Lalu ia keluar rumah dan mulai mendorong gerobak yang sudah ia kasihi karung kosong di atas. Ia berjalan ke halaman kebunnya yang penuh hasil tani berupa ayam fosfor merah dan kentang fosfor yang ia ternaki dan tumbuhi. Ia melihat hasil kentanya disekitar setelah berhenti berjalan dan menghentikan gerobaknya. Ia lalu duduk di suatu tampat kentang fosfor yang memiliki daun dan batang yang bermekaran tinggi. Ia tarik tanaman itu dan tercabutlah akar kentang itu. Ia lalu memotong batang dari akar kentang dengan mudah. Kemudian ia membersihkan semua kentang dari tanah dan pupuk menggunakan air dan menaruhnya ke dalam karung. Kemudian ia melihat batang kentang yang juga sudah besar. Ia cabut, potong batangnya, bersihkan kentangnya dan menyimpannya ke dalam karung juga. Lagi, dan lagi, dan lagi, hingga akhirnya tidak ada sisa tanaman kentang lagi di tanahnya. Ia masih terlihat tidak capek saja lalu ia berjalan menuju gerobak yang sudah terisi karung penuh kentang. Ia dorong gerobak itu dan keluar dari rumahnya menuju ke suatu tempat.

    Akhirnya ia menuju tempat yang ia mau tujui, yaitu rumah berwarna hijau dan atap abu-abu yang semua halamannya dihuni banyak tanaman hijau, hampir seperti hutan rimba. Ia kemudian masuk ke halaman rumah tersebut dan mengetuk pintu berwarna hijau muda setelah berhasil mendekati rumah itu. Tak lama menunggu, pintu itu terbuka dan muncul wanita yang terlihat sedikit pendek dari si petani kentang itu.

"Ah, Phobie!"

"Ini semua kentang yang kamu minta, iya kan?"

"Iya." Sambil melihat isi karung yang si petani bernama Phobie tunjukkan. Wajahnya tersenyum.

"Mohon maaf ya aku minta banyak."

"Gak apa-apa, kok." Phobie hanya bisa tertawa.

"Oh iya, aku punya 20 jus sayur yang sudah aku buat kemarin sore. Tunggu sebentar di luar ya." Jawab si wanita itu lalu kebelakang mencari jus sayur yang ia mau berikan ke Phobie.

    Sambil nunggu, Phobie duduk di tangga halaman rumah. Sambil melihat hutan hijaunya si punya pemilik rumah. Lalu ia melihat si non-metal padat yang familiar dimatanya sedang berjalan membawa alat hiburannya.

"Woi, Sully! Kau mau kemana? Bukannya acara kamu besok ya?"

Si pria berlukit kuning bernama Sully menengok ke kiri melihat Phobie yang sedang duduk di rumah orang.

"Si phon kelapa ungu ubah jadwalnya siang ini. Makanya aku mau buru-buru. Loe ngapain nongkrong di rumah Maggie, Phib?"

"Nunggu jus sayur."

"Emang barter ya? Bukannya kentang itu pakai uang untuk menjual sesuatu?"

"Woi, aku tidak lupa soal uang itu, Sul!"

Sully tertawa bahak-bahak seperti badut. Phobis agak kesal dengan sifat Sully yang suka ngebadut dengan lelucon dan candaan garing dan berbau seperti telur ayam basi.

"Oh iya!" Sully letakkan bahan-bahannya ke bawah lalu berdiri melihat Phobie. "Kenapa ayam meneyebrangi jalan?"

"Yang benar bebek menyeberang jalan, bukan ayam menyeberang jalan."

"Karena ada toko memotong ayam di belakang mereka, makanya mereka berlari." Sully tertawa seperti lelucon yang ia katakan lucu, tapi untuk Phobie tidak lucu dan terkesan gelap. Tidak ada satupun suara dari mulut Phobie. Sepi.... sangat sepi.....

Periodicity Adventures (Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now