BDA - 02

697 59 1
                                    


HARI ini masih dengan mata yang terlihat lebam, seolah semalaman dirinya tak istirahat. Terkadang baginya malam itu mempunyai kesan tersendiri

Seandainya bisa peluk kedua Orang Tua nya sekali lagi "Pengen peluk Bunda sama Ayah sekali lagi. Boleh nggak sih?". Mungkin racauan inilah yang selalu ingin ia rasakan. Tidak ada yang salah dengan takdir, hanya saja waktu tidak sejalan dengan rencana.

"Bumi," panggil Shelia dengan ekspresi yang cukup datar dengan memegang satu sendok.

"Kenapa?" tanya Bumi, bingung.

"Lo kalau dengar lagu-lagu dulu seperti ini suka kangen nggak." tanya Shelia seraya melepas sebuah earphone-nya. "Gue selalu punya kenangan di sebuah lagu. Mendengarkan lagu saat gue masih di sekolah dasar seperti ini, mengingatkan gue dengan masa-masa kecil."

"Kangen. Apalagi kenangan yang nggak akan mungkin bisa diulang."

"Kalau gue bisa kembali di masa-masa ini, gue mau, Shel." tambah Bumi

Shelia tertawa, "Lucu ya kalo inget gimana dulu waktu kita kecil, lo yang selalu bilang ingin cepat-cepat besar dengan alasan ingin mencoba banyak hal dulu nggak bisa dicoba. But look at us now, ingin kembali ke masa kecil karena ternyata menjadi dewasa nggak seperti apa yang dulu kita bayangkan."

Bumi sedikit ikut tertawa, lalu menggelengkan kepalanya.

"By the way, gue mau lanjut kuliah di jakarta sekalian bawa Christy." ujar Bumi

Shelia merasa kaget mendengar kalimat yang keluar dari Bumi barusan. Mungkin kebanyakan orang akan berpikir bahwa dirinya terlalu khawatir tentang Bumi, tapi faktanya tidak selalu benar, hanya saja melihat Bumi dan dirinya tumbuh dan berkembang bersama dari kecil selalu membuatnya bertanya-tanya. Apakah Bumi bisa nyaman dengan lingkungan barunya nanti?

"Tolong kabari gue untuk semua kabar kalau nanti lu jadi ke jakarta sama Christy, ya?"

"Jangan takut buat ngerepotin gue, Zev. Gue bakal jadi orang yang pertama terbang ke jakarta kalau lo ada masalah di sana."

Bumi hanya terkekeh mendengar Shelia yang sudah memasuki mode bawel nya, ia perlahan memasukan lembaran uang kertas dan kartu ke dompetnya setelah mereka menghabiskan beberapa jam di sebuah cafe.

"Masih mau jalan, nggak? Gue lagi suka malam hari ini, ngerasa semuanya bisa ilang kalo terus di malam hari."

Shelia tersenyum ke arah Bumi, mungkin dirinya sudah tidak perlu begitu meng-khawatirkan sosok di depannya ini. "Lets go, Shelia temenin Bumi si anak malam." ucapnya tertawa lalu menarik tangan Bumi untuk keluar.






BUMI DAN ABADI Where stories live. Discover now