02. Bagaimana jika dia yang kalah?

283 24 5
                                    

"Tak bisa hatiku menafikan cinta,
karena cinta tersirat bukan
tersurah.
Meski bibirku terus berkata tidak,
mataku terus pancarkan sinarnya."

.
.
.
.
.

---HAPPY READING---

Sapta Aji Aprilio, rasa cintanya pada gadis bernama Karina Sekardevi memang tak pernah bersuara. Namun ketulusan yang tersembunyi ini, bukanlah suatu hal yang pantas untuk dianggap sepele.

Mereka telah bersama sejak bangku sekolah dasar, keduanya saling mengenal lebih dari siapapun. Meskipun begitu.Karina masih tak cukup paham, kenapa Sapta yang notabenenya enggan berdekatan dengan para gadis. Justru begitu peduli padanya.

Dan, tepat pada sore hari yang mendung ini. Sapta menghampiri Karina dengan penuh keyakinan, ia tak akan menunda lagi. Kali ini, Sapta bertindak nekat. Mengharapkan keajaiban luar biasa bila saat nanti perasaannya terungkap. Karina siap menerima cintanya.

"Ta?" Gadis itu nampak bingung ketika Sapta datang menghampiri dengan membawa sebuah bucket bunga mawar merah yang masih berada dalam genggaman. Karina juga memperhatikan penampilan Sapta. Dengan kemeja flanel berwarna biru muda, laki-laki itu nampak terlihat rapih.

Lalu, Karina terkekeh kecil. Agak aneh memang jika mendapati Sapta yang biasanya selalu bergaya casual , malah sekarang terlihat begitu formal. Sementara dirinya,Karina hanya memakai kaos oversized yang dipadukan dengan celana cargo. Bahkan rambutnya yang panjang dibiarkan terurai begitu saja.

"Perasaan gak ada orang hajatan disekitar sini dah, lo abis kondangan darimana?"

Alih-alih menjawab,Sapta justru mengulas senyum. Ia menatap Karina penuh arti. Setelahnya, laki-laki itu duduk dikursi pelanggan.

"Mana? Katanya mau bayar uang kas?" padahal ia juga baru duduk, tapi Karina langsung menagih uang kas padanya."bayar sekarang, gak perlu basa-basi."

"Terima bunga gue dulu," ujarnya. Sapta meletakkan bucket bunga tersebut diatas meja."lo mau pesen? Ini juga kedai seblak kesukaan lo,kan?"

"Udah deh,Ta. Seminggu ini gue masih kesel sama kelakuan lo yang nyium pipi gue tanpa izin. Jadi lo gak usah sok baik deh, apalagi bawa-bawa bunga begini."

Sapta menghela nafas, Karina memang berwatak keras. Bahkan selama ini ia juga belum pernah melihat gadis itu berkata dengan lembut padanya, tapi biarlah. Semua itu tetap membuat Sapta jatuh cinta.

"Na, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Kali ini, Sapta melontarkan tatapan serius pada Karina. Bahkan dengan nekatnya,Sapta menggenggam tangan gadis itu tanpa izin.

"Lo kenapa sih,Ta? Kok jadi aneh begini?" Karina sedikit merasa ngeri, meskipun ia tak memberontak saat tangannya masih digenggam oleh Sapta.

"Gue gak aneh,Na. Gue cuma.... " Sapta menggantungkan kalimatnya,ia merasa gugup sampai-sampai melepaskan tangan Karina.

"Buruan kalau mau ngomong!" Tegasnya. Bersamaan dengan suara lantang Karina yang terdengar, hujan juga ikut turun membasahi tanah.

Sapta tidak segera menyelesaikan kalimatnya yang sempat terjeda, ia justru menatap tetesan hujan dari balik kaca jendela. Disaat ini,Sapta sedikit merasa goyah. Apakah ia telah melakukan hal yang benar kali ini? Namun, saat Sapta kembali menoleh kearah Karina. Hatinya perlahan mulai merasa yakin,ini adalah kesempatan emas yang mungkin tidak akan menghampirinya dua kali. Dan mungkin bila gadis itu menolak sekalipun, maka biarlah Sapta yang menyembuhkan diri sendiri bersama dengan berjalannya waktu.

Dear SaptaWhere stories live. Discover now