03.Untukmu Sahabatku

254 22 11
                                    

"Sebesar apapun cintamu pada seseorang, bukan berarti kalian ditakdirkan untuk bersama."
~F4 Thailand.
.
.
.
.

---Dear Sapta---

"Udah gue bilang, Rissa itu cowoknya banyak!" Raden sudah emosi mendarah daging. Tepat sore ini, dia menemukan Haidar duduk terpekur dengan tangisan nanar diteras rumah kostnya.

Sejak awal Raden dan Naka sudah sering mengingatkan Haidar agar tidak terlalu percaya pada Rissa, meskipun gadis itu adalah kekasih Haidar. Namun seantero sekolah sudah tahu benar, bahwa sosok Rissa doyan bermain belakang. Dan Raden yakin, bahkan saat ini bukan Haidar saja yang menjadi korban atas permainan yang telah gadis itu lakukan.

"Ada harga,ada barang. Dan sejak awal lo tahu kan, kalau Rissa itu murahan?" Naka juga ikut emosi, padahal pagi tadi laki-laki itu baru saja keluar dari rumah sakit.

Mendengar kata 'murahan' yang diucapkan dalam kalimat Naka, tangisan Haidar berhenti. Berganti dengan tatapan tajam, laki-laki itu berdiri.

"Murahan lo bilang?!" Haidar meninggikan suaranya didepan Naka,"semulia apa lo sebagai cowok? Sampai ngatain Rissa murahan,ha?!"

Disaat suasana kian menjadi tegang, deru suara motor terdengar. Sapta datang dengan mengendarai baja hitam, nama ninja sport kawasaki 250cc berwarna hitam milik laki-laki itu. Ia berhenti, tepat didepan halaman rumah kost milik Raden.

"Ada apa? Kenapa pada nelfon gue?"

Raden menunjuk Haidar dengan sorot matanya,memberitahu Sapta tentang perihal apa yang membuat mereka berdua memanggilnya kemari. Sapta yang kebetulan baru pulang dari bengkel tempatnya bekerja paruh waktu, hanya bisa menghela nafas berat saat menyadari bahwa kedua pelupuk Haidar sudah dipenuhi dengan air mata.

"Ngeyel lo sih," ujarnya. Sapta sedikit menyayangkan keputusan Haidar yang nekat memacari Rissa. Kemudian laki-laki itu turun dari motor dan langsung duduk disamping sahabatnya yang masih berduka perihal putus cinta

"Tuh kan, apa gue bilang? Haidarnya aja yang tolol!" tukas Raden, ia benar-benar marah. Bukan hanya kepada Rissa yang telah menjadi penyebab masalah, tapi juga pada Haidar.

"Ya gue emang tolol, gue masih sayang banget sama dia!" dengan air mata yang masih mengalir, Haidar berucap dengan tangis pilu layaknya anak kecil yang baru saja kehilangan mainan favoritnya.

"KOWE KAN GOBLOK!" seru Raden, ia hendak menghampiri Haidar karena saking emosinya. Namun hal itu urung karena Naka yang menahan tubuhnya."Kowe ki ndelok-ndelok desek nek arek nyewek cah wedok BLOK! Dilarani nangis koyo cah cilik kan kowe!! PAOK EMANG!" Raden masih terus menunjuk-nunjuk Haidar seraya merutuki laki-laki itu dengan dibumbuhi sedikit makian sadis.

"Kalian semua boleh cap gue sebagai manusia terbego, tapi jangan bilang Rissa murahan!" tegasnya. Dengan tangisan yang masih belum berhenti, Haidar justru menunjuk Naka."minta maaf lo!"

Naka menghela nafas, awalnya ia enggan meminta maaf. Karena kata itu menurutnya memang pantas bagi Rissa yang selalu mendatangkan luka batin untuk setiap korbannya, termasuk Haidar. Namun pikirannya berubah saat Sapta menatapnya dalam, Naka mengerti. Bila saat ini dia tetap dalam pendiriannya menganggap Rissa sebagai gadis yang buruk, hal itu justru akan membuat Naka menghasilkan masalah baru dengan Haidar.

"Gue minta maaf,Dar. Gue salah," ujarnya. Meskipun ekspresi Naka menyimpan rasa keterpaksaan.

"Udahlah,bre. Rissa aja udah punya gandengan baru, masa lo mau terus nangisin dia?" Sapta mengulas senyum sebagai tanda penyemangat, ia juga mengusap-usap bahu Haidar."Boleh nangis sampai puas, tapi setelah ini. Lo harus ikhlas, ngerti?"

Dear SaptaWhere stories live. Discover now