CHAPTER 8 : (21+) Membuai Kasih.

23.3K 733 53
                                    

Sepanjang perjalanan yang di tempuh dari Bandung menuju Jakarta, Hestama tak pernah sekalipun meninggalkan tatapannya ke arah sang istri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepanjang perjalanan yang di tempuh dari Bandung menuju Jakarta, Hestama tak pernah sekalipun meninggalkan tatapannya ke arah sang istri. Netranya yang dituntut untuk fokus pada setir kemudi sesekali beralih ke arah spion tengah untuk melihat keadaan Haruna yang masih saja meracau rak jelas efek dari minuman yang ia minum di club tadi. Membicarakan tentang kisahnya bersama Kaivan ketika masa bahagia, tentang Kaivan yang memiliki cinta yang besar untuk dirinya hingga cerita tentang Kaivan yang baru saja menyakitinya malam ini.

Di belakang ada Gisha yang menghandle Haruna dengan racauan-racauannya yang jelas sekali sudah menyakiti ego Hestama. Juga diam-diam Agisha memberikan sumpah serapan kepada perempuan itu kala dengan tidak tau diri telah mengatakan hal-hal yang tidak pantas diceritakan kepada Hestama perihal bagaimana hubungan Haruna dengan Kaivan selama ini.

"Tam, kamu mau tahu nggak? Kenapa aku suka Kaivan daripada kamu?" Suaranya yang kentara sekali terdengar lemah masih berusaha mengajak Hestama berbicara.

"Itu karena orang-orang itu jahat sama aku, Tam," racaunya.

"Mereka bilang aku nggak pantas buat kamu."

"Mereka bilang aku terlalu rendah untuk bermimpi menjadi bagian keluarga Hadipradja."

"Mereka bilang...Haruna itu pelacur dan bisa merusak keturunan Hadipradja."

Sejenak wajah Haruna berubah muram. Lalu perlahan-lahan air matanya mengalir turun. Suara isakan lirih itu terdengar menyayat hati. Tangisannya lirih namun rasanya begitu menyesakkan. Seolah-olah baik Hestama maupun Gisha mampu merasakan bagaimana sesaknya tangisan itu.

Namun, hal itu tak bertahan lama. Sebab setelahnya Haruna kembali menceritakan perihal Kaivan. Menceritakan tentang liburan mereka di Manhattan sebulan yang lalu.

"Aku nggak bisa lihat Kaivan menikah."

"Aku maunya sama Kaivan."

"Aku mau hidup sama Kaivan, Tam."

"Tolong aku..." katanya lirih. Ia memohon dengan suara nya yang menyayat hati.

Malam itu baik Gisha maupun Hestama memilih untuk membisu sepanjang perjalanan Bandung-Jakarta. Sunyi dari malam yang membelenggu terasa begitu pekat. Hanya suara racauan Haruna yang terdengar mengisi indera pendengaran.

Lalu tanpa sadar genggaman pada setir kemudi perlahan menguat, ada kekecewaan yang terasa di sana. Egonya sedikit terluka sebab kalimat-kalimat yang diucapkan Haruna malam ini. Namun sekali lagi, untuk sekedar marah pada perempuan itu rasanya Hestama tidak bisa. Tidak untuk saat ini barangkali.

"Pak Hestama, saya sebagai sahabatnya Haruna mau meminta maaf atas kalimat-kalimat yang terdengar tidak mengenakkan yang Bapak dengar malam ini." Suara Gisha yang berujar pelan lantas menyusup lirih di antara kebisuan selanjutnya. Sebab detik ini dari kaca spion yang dilihat oleh netra Hestama ia telah menemukan sang istri mulai tertidur pulas di bahu Agisha.

Love And Hurts (SELESAI)Where stories live. Discover now