01

28 2 0
                                    

🌾

"Kamu yakin mau keluar dari pekerjaan ini?"

Pertanyaan ini sudah ditanyakan untuk kesekian kalinya pada, Camilla. Wanita itu memutarkan bola matanya dengan malas. Ia berkata dengan lantang, "Saya yakin, Pak. Tolong segera ditandatangani surat pengunduran diri saya."

"Yasudah kalau itu mau kamu. Hati-hati, sekarang itu susah mendapatkan pekerjaan. Kalaupun dapat, pasti bosnya ngeselin dan kurang ajar. Saya sih mengingatkan saja, bos kayak saya itu kamu bakalan jarang ketemu atau bahkan tidak akan ada yang sebaik saya."

"Iya, Pak. Saya tau risikonya. Segera tandatangani, Pak." Kalau enggak cepat-cepat pergi dari sini, mungkin sekarang ia bisa muntah mendengarkan omongan mantan bosnya itu. Terlalu kepedean padahal dia mesum.

"Nih, kalau mau kembali lagi, saya pasti terima." Kedipan maut diberikan dari mantan bosnya itu kepadanya. Demi apapun ia akan segera muntah kalau semakin lama di sini.

Keluar dari ruangan bosnya, ia dengan segera menaiki motornya dan meninggalkan tempat ia bekerja dulu itu. Ia berjanji tidak akan pernah kembali lagi ke sini. Yang harusnya ia mendapatkan banyak pengalaman baru, tapi ini yang banyak ia dapatkan hanya pengalaman buruk.

Bukan bagaimana, selama bekerja di sini, memang sih ia jadi mengenal banyak bos-bos perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Namun, minusnya itu dia selalu saja digodain oleh bosnya. Digodainnya hampir dari pagi sampai sore.

Terkadang, pada saat Camilla ingin membahas pekerjaan dan melakukan segala macam pekerjaannya, pasti bosnya itu mengganggunya. Bukan malah mengerjakan pekerjaannya sendiri ataupun mengajarinya. Mana mungkin Camilla bisa betah, betul tidak?
Walaupun memang benar, mencari pekerjaan itu sangat susah, tapi lebih mending susah mencari pekerjaan daripada harus bertahan di perusahaan seperti ini.

Rencana pengunduran diri ini memang sudah Camilla rencanakan dari jauh-jaih hari. Dan pada saat dia menyiapkan surat pengunduran dirinya, dia juga sekaligus menyiapkan surat lamaran kerja dan bahkan hari ini dia sudah mendapat tawaran interview.

Ia memilih untuk melamar ke sekolah dan memilih untuk menjadi seorang guru sesuai dengan jurusan kuliah yang ia pilih, yaitu pendidikan. Sebenarnya, alasan mengapa ia bisa bekerja menjadi sekretaris itu karena ia sendiri diajak katingnya yang kebetulan mantan sekretaris dari sana. Alhasil karena katingnya ini mau pindah kota, katingnya ini merekomendasikannya menjadi sekretaris.

Awalnya Camilla kira mungkin kerja sebagai sekretaris tidak buruk dan mungkin dia bisa menghasilkan banyak pengalaman. Eh tau-taunya ia malah mendapatkan pengalaman yang buruk. Bukan juga menambah ilmu dengan bekerja di sana. Ia tidak tau kenapa katingnya dulu bisa bertahan bekerja di sana hampir setahun.

Sampai di sekolahnya, tempat ia akan melamar kerja, Camilla menghirup udara segar sejenak. Ia menatap lingkungan sekolah yang ramai dengan anak kecil itu dengan senyuman. Lingkungan kerja seperti ini yang ia inginkan sejak dulu.

Camilla menyukai anak-anak. Walaupun banyak orang beranggapan anak-anak itu sangat menyebalkan. Namun, menurut Camilla tidak semua. Anak-anak adalah masa di mana mereka semua akan berkembang dan masa terakhir sebelum mereka berkembang menjadi seorang remaja. Dan ini adalah masa di mana orangtua harus banyak menyimpan momen.

Saat melangkah, tak sengaja seorang anak laki-laki itu terjatuh karena menabrak kakinya. Alhasil Camilla langsung saja memeriksa anak laki-laki itu takut ada luka.

"Astaga, maafin Kakak. Kakak enggak lihat." Camilla sudah panik setengah mati, ia takut nanti anak laki-laki ini akan menangis dengan sangat kencang dan semua orang akan mengira ia melakukan hal yang tidak-tidak ke anak kecil ini. Tapi, kenyataannya anak laki-laki ini malah bangkit berdiri dan tersenyum.

"Aku enggak papa. Aku bukan anak lemah, jadi Kakak enggak perlu khawatir!" seru anak kecil itu dengan bangga sembari menepuk dadanya.

Camilla dengan otomatis tersenyum melihat anak kecil ini yang lucunya, "Nama kamu siapa?"

"Nama aku Ace! Keren kan nama aku? Itu buatan Mama aku. Untung aja Mama aku yang milihin namanya, kata Mama aku dulu Papa aku mau kasih aku nama Ucok. Aduh, Papa aku emang enggak keren!" Camilla lagi-lagi tertawa mendengar Ace ini berbicara dengan lancar dan sangat-sangat semangat.

"Astaga Ace, ayo masuk. Miss sudah nungguin loh!" Saat Camilla ingin membalas perkataan Ace, seorang wanita cantik memotongnya. Dari yang Camilla lihat, sepertinya dia adalah guru di sini.

"Maaf Miss, Ace segera meluncur. Bye-bye Kakak!" kata Ace sembari berlari setelah melambaikan tangannya ke Camilla yang sontak dibalas dengan lambaian balik oleh Camilla. Camilla dan Miss itu tersenyum melihat Ace yang perlahan hilang karena anak itu masuk ke dalam kelasnya.

"Kamu mau melamar di sini ya? Soalnya bawa map itu, pakaiannya juga persis seperti biasa orang mau melamar pekerjaan," ujar wanita cantik itu dengan senyum.

"Ah iya. Saya kebetulan mau melamar menjadi guru juga di sini. Nama saya Camilla." Camilla menjulurkan tangannya kepada wanita di depannya ini sebagai tanda perkenalan.

"Saya Alice, guru juga di sini. Kamu sepertinya memang cocok menjadi guru. Semangat ya, interviewnya. Nanti kalau kamu diterima di sini, saya ajak eksplor lingkungan sekolah ini. Duluan, ya."

Dalam hati Camilla tersenyum. Tidak salah sepertinya melamar pekerjaan di sini. Walaupun ia hanya baru bertemu dua orang penghuni sekolah ini, namun ia sudah cukup yakin sekolah ini adalah pilihan yang tepat. Semoga saja ia diterima di sini dan ia bisa bertemu lagi dengan anak kecil bernama Ace itu.

🪷

T

iktok & Instagram: hellokittygirll4

Make You MineWhere stories live. Discover now