13

76 16 0
                                    

Dhara menatap kaca mobil. Dia tampil sempurna tapi hatinya terasa kosong. Dia melihat bagaimana hotel itu dibuat menjadi tempat yang begitu mewah. Tapi dalam setiap jarak yang dia ambil untuk sampai ke tempat ini, Dhara merasa seperti hendak menyerahkan dirinya pada iblis.

Sampai sebuah tangan meraih tangannya, membawanya pada kenyataan kalau dia tidak akan menghadapi iblis itu sendirian.

Dhara menatap ke sampingnya, Roland di sana, menatap padanya penuh ingin tahu. Mungkin karena perbedaan yang dia temukan dalam diri Dhara. Tapi Dhara tidak bisa mengatakannya.

Roland mengelus pipi Dhara. "Jangan berwajah menakutkan seperti itu," ucap Roland mencubit lembut pipi gadis itu.

Dhara cemberut. "Apa terlihat buruk?"

"Sedikit."

Dhara memukul dada Roland. Dan tiba-tiba saja Dhara terdiam. Tidak dia sangka akan ada saat di mana dia bisa bercanda dengan pria di depannya. Dia terus berpikir kalau pada akhirnya dia akan mati di tangan Roland. Tapi sikap Roland yang memang tidak tertebak membuat Dhara kadang harus waspada.

Hanya saja sekarang Roland seolah menghilangkan seluruh benteng ketakutan Dhara padanya. Itu membuat Dhara bisa mudah bercanda.

Roland hanya ingin gadis itu kembali bersikap seperti biasa. Sejak dia mengatakan kalau Roland akan mengadakan acara, Dhara berubah. Gadis itu seperti tubuh tanpa nyawa. Dan ketakutannya yang membuat Roland begitu diliputi tanya.

"Ayo, aku akan memperkenalkanmu pada semua orang. Beberapa harus kau kenal. Beberapa bisa kau abaikan."

"Bagaimana aku membedakannya?"

"Kau akan tahu nanti." Roland tetap memegang tangan Dhara. Membawa gadis itu masuk dan mereka disambut dengan pintu besar dengan dua daun pintu.

Saat Dhara hendak melangkah, dia malah merasa ingin buang air kecil. Gadis itu membisikkannya ke Roland.

"Akan kutemani."

"Apa? Tentu saja tidak. Aku bisa pergi sendiri. Dan aku tidak akan kabur."

Roland tampak keberatan.

"Hanya sebentar." Dhara sudah meninggalkan tangan Roland dan berjalan melewati banyak orang.

Gadis itu menemukan toliet di bagian belakang. Dia selesai dengan urusannya lalu melanngkah keluar setelah membuang tisu. Dia sudah akan berjalan ke lorong tapi dia berhenti saat di jendela seberang sana dia menemukannya.

Dhara terpaku, kakinya terpasak di lantai. Dia melihat pria itu tidak berubah. Masih bisa mengintimidasinya padahal tahun telah berlalu.

Yang menjadi kebodohan Dhara adalah dia diam menatapnya. Karena entah bagaimana, pria itu selalu tahu kapan Dhara menatapnya.

Pria itu menatap ke arahnya, membalas pandangan Dhara dan tampak terkejut melihatnya. Pria itu sudah berlari ke arahnya. Dhara berbalik dan berjalan dengan cepat. Dia melewati banyak jalan. Melewati banyak orang.

Dhara masuk ke sebuah ruangan dan menutup pintu di belakangnya. Dia berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan tangan gemetar. Napasnya naik turun tidak karuan. Dhara merasa dia akan ketahuan. Kalau sampai pria itu menemukannya, Dhara akan bunuh diri.

Saat mundur dengan ketakutan, Dhara merasakan ada tubuh di belakangnya. Dia berbalik dan sudah akan berteriak tapi Roland yang berdiri di depannya membekap mulutnya.

Dhara mendesah lega.

Gadis itu melepas tangan Roland dan segera bergerak ke jendela.

Selingkuhan PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang