36. NIAT JAHAT

202 5 2
                                    

Aina hampir menabrak tubuh Aryo ketika ia berbelok lewat koridor samping ruang tengah menuju kamar tidur. Ia cepat mengerem langkahnya dan mundur.

"Bikin kaget aja kau, Yo!"

Aryo menatap Aina dengan mata tajam seperti mendakwa. Aina mundur lagi menjauhi lelaki itu.

"Siti mana, Yo?"

"Ada apa cari Siti? Darimana saja kau?"

Kening Aina mengernyit. Dadanya sedikit berdebar.

"Aku? Ya dari butik. Aku kan kerja di butik. Ini baru pulang."

Aryo baru saja membuka mulut hendak bicara ketika Aina mendekatinya dan berkata pelan.

"Aku tadi ketemu Elang!"

Kedua mata Aryo membulat, ia tidak menyangka Aina akan mengatakan itu. Aryo sudah siap bertengkar karena cemburu dan curiga pada Aina setelah tadi melihat foto Aina sedang berhadapan dengan Elang. Mendengar pengakuan Aina bahwa ia bertemu pen ja hat itu membuat keinginan ribut dalam hati Aryo padam seketika.

"Kamu ketemuan sama Elang di mall?'

"Ish. Bukan ketemuan tapi dia mendadak mendekati aku! Tadinya aku mau menghindar tapi aku sadar ini momen langka, aku punya banyak pertanyaan untuk dia. Jadi aku ngobrol sebentar sama dia."

Aryo bersidekap. Matanya masih menatap Aina dengan penasaran. Aina meneruskan ceritanya.

"Siti pernah cerita tentang masa lalunya, dan tadi Elang menceritakan hal yang sama! Mereka dulu sudah sampai tahap menyiapkan pernikahan, Yo!"

Kening Aryo semakin berkerut. Ia baru dengar tentang hal ini. Siti belum pernah cerita tentang Elang selain pengakuan bahwa dirinya dan Elang pernah dekat.

"Mereka terpaksa berpisah karena orangtua Elang tidak merestui anaknya menikah dengan Siti." Aina tampak serius. "Elang bilang dia masih cinta sama Siti."

Dada Aryo berdegup kencang. Kurang ajar betul si Elang itu! Aina menghela napas panjang seperti sedang lelah sekali.

"Aku istirahat dulu, Yo. Ada pesanan seragam keluarga untuk resepsi pernikahan. Aku mau lembur bikin desain. Waktunya makan malam nanti jangan menungguku."

Tanpa menunggu jawaban Aryo, Aina melangkah ke kamarnya. Aryo terperangah melihat perangai Aina sekarang. Istri keduanya itu sering mendadak berubah karakter. Kadang pendiam dan cuek, lalu berubah menjadi sensitif, dalam seketika menjadi mesra dan romantis. Siapa sebenarnya Aina ini?

Aryo memikirkan ucapan Aina tadi. Elang dan Siti sudah begitu dekat sampai sudah menyiapkan pernikahan. Elang masih mencintai Siti. Kenekatan Elang melukai Aryo. Sikap Siti yang pada akhirnya tidak jadi melaporkan Elang pada polisi. Belum lagi penyusup di rumah Aina belum juga terungkap. Apakah semua itu berkaitan?

Aryo pusing sekali menghadapi berbagai masalah yang datang. Urusan pembukaan cabang di Pemalang yang belum juga selesai sudah menyita sebagian besar pikiran dan tenaganya. Bangunan yang sudah terlanjur dikontrak belum bisa dipakai untuk pembukaan cabang karena masyarakat sekitar menolak. Bukan karena jenis usaha yang Aryo miliki, tapi ia ditolak warga karena viral beristri dua! Ada provokator yang menghembuskan issue Aryo punya ilmu hitam pengasihan.

Untuk pertama kalinya Aryo merasa takut kehilangan Siti. Ia baru menyadari selama ini kurang menghargai kehadiran Siti di sisinya, seolah adanya Siti memang sudah suatu kewajaran.

Elang dan Siti bisa saja saling jatuh cinta lagi. Pikiran itu membuat Aryo gelisah sepanjang hari.

*****

Saat makan malam, Aina tetap di dalam kamar. Ia membuat sketsa desain pakaian seragam keluarga pesanan klien. Jumlah baju yang diminta lumayan banyak, 30 buah gamis dan 20 baju koko untuk resepsi pernikahan. Ini order besar pertama kali yang didapat oleh butik Hamidah.

Malam ini adalah jatah Aryo ada di kamar Siti, jadi Aina bisa nyaman di dalam kamarnya tanpa gangguan. Aina mendengar suami istri itu dipanggil oleh mbok Sri ke ruang makan. Rumah Aryo ramai hanya saat karyawan dan asisten berkumpul. Pada dasarnya, si pemilik rumah adalah orang-orang pendiam, jadi tidak heran kalau suasana yang sering ada adalah sepi. Seperti malam ini.

Mbok Sri meladeni Siti dan Aryo makan malam sambil nembang Jawa. Alunan suaranya nyaman terdengar di telinga. Aina perlahan bangkit dari meja kerjanya. Lorong depan kamar sepi. Ia tahu semua orang sedang ada di ruang makan dan dapur untuk menikmati masakan mbok Sri.

Cepat tapi waspada, Aina mencoba membuka kamar Siti. Pintunya tidak terkunci. Setelah memastikan tidak ada orang yang melihat, Aina masuk ke kamar itu dan menutup pintunya lagi. Ia tahu tidak ada cctv di sekitar kamar karena itu area pribadi.

Seperti yang diajarkan Elang, Aina menyelipkan dua buah foto ke dalam selipan buku-buku di meja kerja Siti. Entah buku apa, Aina tidak peduli. Ia tidak mau buang waktu untuk menganalisa koleksi buku resep dan novel milik Siti. Sejenak Aina terdiam melihat foto di sudut meja. Pigura berwarna emas membingkai foto Aryo merangkul mesra bahu Siti, keduanya tersenyum lebar dan saling menatap.

Aina tidak punya foto seperti itu. Kenangannya hanya berupa foto saat pernikahan. Itupun wajahnya kaku dan tegang, tidak tersenyum bahagia seperti foto pernikahan Siti dan Aryo yang terpajang di ruang tamu. Dalam hati Aina merasa ia sudah tidak bisa tersenyum lagi. Sudah tidak ada orang yang bisa membuatnya tersenyum.

Aina bergegas keluar setelah melakukan tujuannya di kamar Siti. Ia mengira akan gemetar ketakutan dan panik tapi ternyata tidak. Saat sudah berada di dalam kamarnya lagi, Aina termenung di depan tumpukan kertas sketsa baju. Apa yang ia harapkan dari perbuatannya tadi? Benarkah ia menginginkan Aryo hanya untuk diri sendiri saja? Ataukah ia menuruti keinginan Elang hanya untuk balas dendam?

Aina meremas poni rambutnya. Ia ingin teriak. Aina butuh Mamak.

Brak!

Tangan lembut Aina memukul meja kerjanya lalu ia berdiri lagi. Ia tidak boleh berbuat sejahat itu pada Siti! Bergegas Aina keluar kamar dan setengah berlari menuju kamar Siti.

Langkah Aina terhenti mendadak di ujung ruang tengah yang lorongnya menuju kamar Siti. Ia mundur lagi dengan cepat, sembunyi di balik tembok. Aryo yang berdiri hendak masuk ke kamar menoleh ke sebelah kanannya, ke ujung lorong. Ia tidak melihat Aina di sana.

*****

"Sudah kau lakukan?"

Suara Elang terdengar pelan di telinga Aina lewat speaker ponsel

"Sudah tapi akan aku ambil lagi foto itu begitu sempat. Semoga Aryo belum lihat," sahut Aina. Ia melihat ke jam dinding di atas meja kerjanya, pukul dua dinihari.

"Hei! Kenapa kau?"

"Aku gak bisa berbuat itu, Lang! Itu terlalu jahat!" Suara Aina sempat meninggi tapi lalu berbisik lagi. "Siti sangat baik padaku! Aku gak bisa memfitnah dia dengan keji seperti ini!"

Elang menghela napas. Hembusannya terdengar jelas.

"Ayolah, Na. Kita punya tujuan!"

"Enggak, Lang! Aku nggak bisa!""

"Kau mau jadi istri kedua sepanjang hidup? Oke. Nikmatilah! Kau gak bakal ketemu partner seperti aku lagi!"

Aina tertawa sinis.

"Sejak bertemu kamu aku jadi jarang bersyukur! Lakukanlah rencanamu sendiri!" kata Aina.

"Kau sudah tahu semua rencanaku! Pasti akan kau bocorkan pada Aryo!"

"Sepertinya begitu."

"Awas kau, Na!"

"Kamu gak pernah kasih tahu aku apa rencanamu!"

Elang diam sejenak. Sepertinya ia sedang menyusun kalimat untuk membujuk Aina. Ia butuh Aina untuk melakukan rencananya. Aina sudah berhasil masuk lagi ke rumah Aryo. Jika Aina ada di pihaknya, ia akan bisa menyelesaikan semua rencana. Elang juga tidak punya banyak waktu. Hanya soal menghitung hari saja sampai ayahnya akan berhasil menemukan dia dan menyeretnya pulang.

"Kita punya niat dan tujuan yang sama, Na. Please, ayo kita bekerjasama," kata Elang lagi.

"Apa kau sangat mencintai Siti? Bukannya kau bisa dapatkan perempuan lain yang lebih cantik dan pintar? Aku dengar kau anak CEO kaya raya, hartamu banyak."

"Begini saja, kalau kau gak mau bantu aku dapatin Siti lagi, bagaimana kalau kau saja yang jadi istriku? Minta cerai dari Aryo segera dan kita menikah!"

SUAMIKU MENCINTAIMU (tamat)Where stories live. Discover now