Bagian 1

182 28 0
                                    


Pagi-pagi sekali seorang laki-laki dengan mata yang terlihat masih mengantuk itu menuruni tangga dengan hati-hati. Matanya memandang sekitar sembari diam sebentar untuk menyadarkan diri dari bangun tidur yang disertai mimpi.

Mulutnya terbuka saat rasa kantuk kembali hadir. Laki-laki itu hendak kembali ke atas, tapi suara seorang wanita yang sangat dia hapal menghentikan niatnya.

"Adek, sudah bangun?" tanya wanita itu.

Si laki-laki yang dipanggil 'Adek' itu tersenyum. "Sudah, Ma. Hari ini aku piket jadi harus bangun pagi," jawabnya.

Wanita yang dipanggil Mama itu balas ucapan tersebut dengan senyuman. Dia menggiring anaknya untuk duduk di kursi ruang makan.

"Hari ini mau bawa bekal apa?" tanya Mama.

"Nasi goreng? Jangan pakai kecap tapinya."

Mama terkekeh. "Siap, laksanakan Komandan!" katanya.

Djuli Andila tertawa mendengar respon Mamanya yang terlihat semangat. Kantuknya seketika menghilang. Kemudian netranya menatap pada seorang laki-laki yang baru saja turun dari atas.

"Abang Esa! Kok Abang udah bangun juga?" tanyanya.

"Abang kuliah pagi hari ini," jawab Esa. Wisesa Rakha Pratama, kakak pertama Djuli.

Rakha menatap adiknya yang masih duduk manis di tempatnya. Pandangannya mengedar mencari satu sosok lain yang belum hadir di sini.

"Djalu mana?" tanyanya.

Mama yang baru saja selesai membuat nasi goreng untuk Djuli berdecak. "Paling masih tidur, kayak nggak tahu aja kebiasaan anak itu gimana," timpalnya.

"Ya udah, aku bangunin dulu kalau git-"

"Nggak usah. Gue udah bangun."

Sebuah suara menginterupsi Rakha yang berkata akan membangunkan Djalu. Namun, sosok yang dibicarakan sudah lebih dulu bangun dengan wajah yang terkesan datar.

"Nggak sopan kamu motong pembicaraan orang," tegur Mama.

Djalu Andalu, kakak dari Djuli atau kembaran Djuli itu hanya mendelik malas. Tidak peduli dengan tatapan pelototan dari Abangnya karena sudah bertindak tidak sopan. Dia tetap melanjutkan langkahnya untuk mengambil air minum.

"Ayo Adek mandi dulu ya, habis itu baru sarapan," titah Mama pada Djuli yang sedari tadi hanya diam menyimak.

Djuli mengangguk kaku, lalu dengan cepat berlari ke atas menuju kamarnya untuk mandi seperti yang sudah diperintahkan Mamanya. Sebelum benar-benar naik, dia sempatkan untuk melirik Djalu yang tengah asyik meneguk satu gelas air putih.

"Apa?" tanya Djalu begitu merasakan tatapan dari Adiknya.

Djuli buru-buru menggeleng dan melanjutkan langkahnya. Melihat itu Djalu menghela napas lelah, dia pun memilih untuk kembali ke kamarnya setelah hausnya sudah menghilang. Namun, suara Mama menghentikan langkahnya.

"Kamu itu bisa nggak sehari aja jangan buat onar, Djalu?" tanya Mama.

"Buat onar apa?"

Mama menghela napas, lalu mengeluarkan sebuah amplop yang sedari tadi ada di dalam saku celemeknya. "Mama dapat panggilan dari sekolah karena ulah kamu yang tiba-tiba nonjok orang."

"Terus apa masalahnya?" tanya Djalu.

"Masih nanya kamu?! Jangan buat Mama malu, Djalu!" bentak Mama.

Rakha yang masih ada di situ bergerak mendekati Mila-Mamanya-yang terlihat sudah emosi. "Ma ... nanti lagi ya bicaranya? Masih pagi," katanya.

DJALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang