52.

404 28 1
                                    

Mendengar hal tersebut berhasil membuat mashiho membeku, ia menggeleng tidak percaya dan berjalan mendekati sang papi, Edgar memberikan kertas tersebut ke arah mashiho, ia membaca semuanya. Surat cerai dari gina itu terpampang jelas di matanya.

Surat ini sudah di buat oleh gina sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya saat mereka pergi ke mall dan sesi terakhir keputusan gina ada saat di acara camping sekolah.

Awalnya gina ragu-ragu untuk membuatnya tapi semakin lama ia semakin yakin dengan keputusannya sendiri.

Mashiho menatap Edgar dengan hidung memerah, matanya berair dan jatuh turun ke pipi.

"Ini bohong kan pi, hiks, bilang ke shio ini cuman bohong kan? Gina gak mungkin minta cerai, shio tau kalo dia mencintai shio pi, mi, ini gak mungkin kan, hiks, bilang ke shio ini pasti bohong!"

"Sayang, gina melakukan ini demi kebahagiaan kamu, dia ingin kamu gak terus menerus menyalahkan perjodohan ini, gina juga pernah bilang ke mami, kalo dia mencintai kamu tulus tapi jika dengan mengikhlaskan kamu, dia akan membiarkan itu terjadi"

"Gak mi, hiks, gina gak mungkin punya pikiran seperti itu, hiks, gak mungkin!"

"Seharusnya kamu senang shio, ini kan yang kamu harapkan dari dulu, bercerai dengan gina. Dan sekarang semuanya terwujud, gina sendiri yang ingin bercerai demi kebahagiaan kamu"

"Bahkan, dia tidak meminta harta atau semacamnya di sini, dia hanya ingin kamu bahagia shio, hanya itu keinginannya" sambung Edgar.

Mashiho semakin terisak dalam tangisannya, katakan saja dia sebagai pria bodoh tidak berperasaan, ribuan kali kata itu terucap dari mulutnya dan sekarang? Gina mengabulkan perkataannya dengan munculnya surat gugatan cerai dari istrinya langsung.

Semakin ia menangis semakin besar rasa bersalahnya kepada gina, mashiho terduduk di lantai yang sempat bikin Edgar sama chintya terkejut, laki-laki itu menangis dengan memukul kertas berisikan gugatan cerai ia menunduk dan terus terisak dalam tangisannya.

Chintya tidak tega melihat putranya seperti ini pun duduk di depan mashiho memeluk putranya dan mengelus punggung mashiho agar pria itu tenang.

"Sudah shio, sudah sayang ikhlaskan ya"

"Gak mi, hiks, aku gak bisa biarkan gina pergi dari hidup shio, hiks, ini semua salah aku, aku yang udah buat gina terluka, dia mencintaiku kata-kata itu terus keluar dari mulutnya tapi aku selalu tidak memperdulikan dia, hiks, aku menyesal mi, aku menyesal, hiks!"

Mashiho melepaskan pelukan dari sang mama, ia menghapus air matanya.

"Shio mau ke rumah mama adara, gina pasti di sana kan? Gina pasti pulang ke rumahnya, shio mau ke sana, shio mau bawa pulang gina pi, mi"

"Jangan shio, sekarang bukan waktu yang tepat untuk kamu bertemu sama gina, dia pasti akan menghindar dari kamu"

"Tapi pi..."

"Besok saja ya sayang, sekarang situasinya sedang tidak baik, biarkan gina menenangkan dirinya dulu, kalo emang kalian ditakdirkan berjodoh, seberat apapun ujiannya, kalian akan tetap bersama, percaya sama mami"

Chintya mengusap rambut mashiho, baik keduanya hanya bisa berharap agar rumah tangga kedua anaknya itu segera baik-baik saja, jika boleh berharap juga, mereka tidak ingin keduanya sampai bercerai.

Singkat cerita, setelah obrolan tadi mashiho masuk ke dalam kamar gina, benar saja tidak ada siapapun di dalam kamar ini, baru berdiri di ambang pintu rasanya mashiho bisa merasakan wangi parfum strawberry yang sering gina pakai.

Ia berjalan masuk ke dalam kamar gina, terakhir kali ia masuk ke dalam kamar gadis itu saat Edgar mengirimkan pesan ingin berkunjung ke rumah mereka. Mata mashiho tidak berbohong kala hati kecilnya begitu tergores.

Kapten Basket Adalah Suamiku • Takata MashihoOù les histoires vivent. Découvrez maintenant