Bagian 33

101 13 1
                                    

"Iya, iya," jawab Sheila tak lama kemudian, mungkin kekuatirannya terlalu berlebihan, toh mereka sudah ahli dalam melakukan ini.

"Kesini sebelum yang lain datang ya?" kata Anton tak lama kemudian.

"Ish," jawab Sheila.

"Kenapa?" tanya Anton.

"Iya," jawab Sheila pendek lalu menutup telponnya.

Anton hanya tertawa kecil sambil membayangkan wajah cantik dan tubuh seksi milik Sheila yang sebentar lagi akan dia nikmati.

=====

"Beberapa orang datang dan meminta tolong ke Boss Jin," kata Wiena pelan dan memecah suasana sepi dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu.

Raka diam. Dia tak butuh penjelasan. Dia akan melakukan tugas yang diberikan kepadanya, sesederhana itu.

Tapi, Wiena merasa perlu untuk memberitahu Raka tentang detail dari semua masalah ini. Atau mungkin, dia hanya ingin memulai percakapan saja dengan Raka? Entah lah.

"Mereka ditipu ratusan juta oleh sebuah komplotan dengan dalih pinjaman hutang ataupun investasi," lanjut Wiena.

"Mereka tak bisa melakukan apa-apa karena di mata hukum, tak ada celah bagi yang bisa digunakan untuk melawan komplotan itu."

"Anton ketua komplotan itu."

"Boss sengaja memberikan pinjaman uang ke Anton dengan maksud mencari alasan untuk berurusan dengannya."

"Jadi saat Anton tidak membayar hutangnya, Boss diam saja, karena dia sudah tahu dari awal. Dia hanya butuh alasan saja agar bisa bergerak," kata Wiena mengakhiri monolog-nya.

"Boss Jin... Dia bukan pahlawan... Kita, aku dan kamu... Kita bukan pahlawan," jawab Raka, "Jangan membuat semua ini seolah-olah kita adalah sosok pahlawan yang akan meringkus penjahat demi membalaskan dendam para korban kejahatan yang tersakiti."

Wiena tertawa, "Iya... Iya... Aku hanya bercanda saja tadi."

"Semuanya memang seperti cerita pahlawan yang aku gambarkan di atas. Tentu saja, ada yang berbeda. Boss Jin tak akan bergerak tanpa benefit. Di dunia kita, tak ada yang namanya kawan atau lawan, yang ada hanyalah mutual interest dan benefit," lanjut Wiena.

"Jangan ngomong denganku menggunakan bahasa intelekmu. Aku bukan klienmu yang butuh kamu yakinkan," jawab Raka.

"Ish," dengus Wiena kesal.

Setengah menit kemudian, sedan hitam itu berhenti di depan sebuah villa mewah yang ada di pinggiran kota.

"Menurut informasi yang kudapatkan barusan, mereka semua lengkap ada di dalam," kata Wiena sambil mengetik pesan WA di ponselnya.

"Apa perintah Boss?" tanya Raka datar.

Wiena terdiam, dia tahu sekalipun Raka menanyakan dengan nada datar dan seolah acuh tak acuh, tapi kalimat jawaban yang keluar dari mulutnya saat ini bagaikan vonis untuk mereka yang sekarang ada di dalam villa.

Wiena menjawab dengan suara pelan yang hampir menyerupai gumaman. Raka menganggukkan kepalanya tanpa suara lalu keluar dari mobil itu.

=====

"Cari siapa?" tanya seorang laki-laki paruh baya dengan badan tegap dari balik gerbang besi.

"Anton," jawab Raka pendek.

"Tidak ada yang namanya Anton di sini," jawab si laki-laki berbadan tegap itu.

"Dia ada di sini," kata Raka pendek.

"Tidak ada!! Minggat sana!!" teriak si laki laki itu sambil menutup gerbang besi type sliding door itu.

Raka berdiri diam di depan gerbang yang tertutup. Dia tak terlihat kuatir ataupun panik. Dia lalu berjalan ke pinggir jalan dan mencari sebongkah pecahan batu batako yang ada disana.

Dengan pecahan batako di tangan, Raka berjalan kembali menuju ke gerbang besi Villa mewah itu. Sesampainya disana, tanpa ragu, Raka melemparkan batu batako itu kamera cctv yang ada di salah satu sudut tembok di atas gerbang. Tak urung, kamera itu pun hancur berkeping-keping. Raka lalu berjalan dan mengambil pecahan batako yang berserakan di depannya. Dia menggunakannya untuk melempar gerbang besi yang tertutup rapat itu.

Bangggggggg.

Suara memekakkan telinga terdengar dari lemparan Raka yang mengenai besi.

"Bedebah!!!" suara makian keras terdengar dari dalam Villa.

Beberapa detik kemudian, seraut wajah yang tadi menyembul dari balik gerbang untuk mengusir Raka kini terlihat lagi, "Kau memang cari masalah ya? Besar juga nyalimu!!" teriak si laki-laki berbadan tegap dengan wajah meradang.

Pisau (Completed)Where stories live. Discover now