21 : Potongan Teka-Teki

686 113 21
                                    





Seperti biasa, Waru terbangun dari tidurnya dalam keadaan sendiri diatas kasur. Matanya mengerjap beberapa kali hingga pandangannya nampak jelas ke langit-langit kamar. Tubuhnya mulai bangkit dan langsung duduk. Ia tatap kakinya yang masih diperban dan merasa bahwa itu sudah tidak sesakit sebelumnya.

Mana kak Abi?

Biasanya, sejak kakinya terluka, Nadi akan menunggunya bangun dan menggendongnya di punggung kokoh miliknya untuk pergi keluar kamar.

Namun, hari ini ia bangun disambut dengan kesendirian. Merasa sedikit takut akan kembali ditinggalkan, Waru mencoba beranjak dan berjalan keluar kamar tanpa bantuan siapapun. Toh, sebenarnya ia tak masalah dengan kakinya yang terluka itu.

Tepat ketika membuka pintu dan mulai berjalan keluar, netra Waru langsung menyorot ke sekeliling ruang, mencoba menemukan sosok yang ia cari sejak bangun tadi.

"Loh, udah bangun? Duh, tunggu-tunggu"

Gigi langsung menghampiri Waru dan memapahnya menuju kursi meja makan.

"Nih, susu" ucap Gigi memberi Waru segelas susu.

Helega menatap Waru yang telah duduk disampingnya dengan wajah lempeng.

"Kak Abi, mana?"

"Keluar bentar, nanti pulang dia" jawab Ega.

"Bohong"

"Mulai dah ni bocah"

Gigi menghampiri Waru dan mengusap pundak gadis itu pelan.

"Minum dulu deh susunya. Nadi kan udah janji mau jalan hari ini, dia pasti balik"

Waru mulai menatap Gigi dengan sedikit sendu.

"Mau ketemu Nada, kan?"

Gigi mengangguk.

Sejujurnya, jauh didalam lubuk hati Waru, ada begitu banyak jenis kegelisahan yang menggerayanginya. Sejak awal bertemu dengan Nadi pun, insan pertama yang terlintas dalam benaknya adalah Nada.

Bagaimana kabarnya? Dimana keberadaannya?

Pertanyaan itu terus bermunculan, walau sebenarnya, jauh dari kenyataan yang semua orang telah ketahui, Waru diam-diam enggan mempercayainya. Waru masih menepis semua kenyataan yang ada, tentang meninggalnya Nada.

Semua ketakutan yang selama ini mendekam bersamanya dalam kegelapan itu, ingin Waru singkirkan jauh-jauh bersamaan dengan rasa bersalah yang selalu mencekiknya.

Entah apa yang sudah terjadi padanya dan Nada.

Yang jelas, Waru tetap ingin bersikap bahwa Nada masih ada hingga ia benar-benar dipertemukan dalam keadaan apapun dengan gadis itu.


~~~


"Di, ayo makan dulu. Bunda masak omelette kesukaan kamu nih"

"Iya nda, ntar Nadi turun"

Sang bunda tersenyum dan beranjak darisana. Nadi yang saat itu tengah asik melihat foto masa kecilnya bersama Nada di album foto mulai menutup albumnya dan bangkit. Dapat Nadi lihat sang papa dan bunda yang sudah duduk rapi di ruang makan.

Namun, perasaan hampa itu kembali hadir kala ingatannya kembali membawanya pada saat dimana ada Nada yang ikut duduk disana, melengkapi kebersamaan mereka.

Inilah alasan mengapa Nadi benci ketika pulang dan berada dirumah. Itu hanya akan membuatnya kembali pada lara.

Nadi melangkah dengan gontai, memaksakan senyum yang sejak tadi ia palsukan.

Unhappy (END) | JAEMINJEONGWhere stories live. Discover now