Bab 1

1.2K 32 0
                                    


Sejatinya mawar akan terlihat indah jika dipandang dari kejauhan, namun nyatanya mawar akan memberikan luka dan derita jika dipetik dari tangkainya dengan tangan terbuka. Sebab, ada kalanya keindahan hanya mampu disaksikan namun tidak dengan dipaksakan untuk berada dalam pelukan.

Begitu jua dengan kecantikan seorang perempuan, ada kalanya paras ayunya hanya mampu untuk dipandang dan tidak untuk dimiliki seutuhnya dalam genggaman, sebab terkadang paras cantiknya dapat menjerumuskan ke dalam jurang kesengsaraan. Maka dari itu, tidak semua hal indah akan berakhir indah.

Kisah derita yang hampir serupa dengan analogi bunga mawar nyatanya benar-benar ada. Seorang pujangga bernama lesmana. Cintanya tak kunjung sampai karena sebuah persoalan, gadis cantik bernama putri menolaknya karena perihal paras dan kekayaan. Hingga lesmana pun murka dan memilih jalan yang tidak semestinya.

"Akan aku buktikan bahwa penilaian cetekmu salah putri" ucap lesmana dalam hatinya.

Ia kemudian memilih untuk pergi ke sebuah rumah yang berada jauh di tengah hutan. Rumah Ki Ageng tepatnya. Lesmana mengajak Adi untuk menemaninya pergi ke rumah Ki Ageng yang jaraknya begitu jauh hingga memakan waktu yang cukup lama.

"Di, mau ngga anta raku ke rumah ki ageng??" ucap lesmana

"Kamu mau apa ke sana??" tanya adi

"Aku ingin membalas rasa sakit hatiku di" ucap lesmana

Semua orang sudah mengenal sosok Ki Ageng, tak jarang para penduduk di desa tempat lesmana tinggal banyak yang datang ke rumah Ki Ageng untuk meminta pertolongan, dan hampir semua penduduk yang sempat singgah ke sana, semuanya mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, sehingga lesmana pun ingin datang dengan harapan ia pun mendapatkan hal yang ia inginkan.

"Kamu yakin mau pergi ke sana??" tanya adi

"Yakin" ucap lesmana

"Memangnya kamu sudah tahu apa konsekuensinya??" ucap adi

"Apapun konsekuensinya aku akan menerimanya dengan tangan terbuka" ucap lesmana

"Sekali masuk kamu tidak akan pernah bisa keluar na" ucap adi

"Aku sudah memikirkan semuanya matang-matang" ucap lesmana

"Yasudah kalau kamu sudah paham betul semua konsekuensi yang akan kamu dapat, yang terpenting aku sudah lebih dulu mengingatkan" ucap adi

"Iyaa, jadi gimana?? Kamu bisa temani aku ke sana??" tanya lesmana

"Bisa, tapi aku hanya bisa dampingi sampai halaman rumahnya, aku tidak ingin ikut campur dengan tujuan kamu na" ucap adi

"Siap, aku tidak akan melibatkanmu di" ucap lesmana

Sebetulnya adi sangat berat hati mengantarkan lesmana untuk pergi ke rumah ki ageng, sebab dia tahu dan paham betul kalau apa yang diminta kepada ki ageng harus dibayar dengan konsekeunsi yang tidak sepele. Adi khawatir sahabat satu-satunya tersebut akan terjerumus ke dalam lembah kesengsaraan, sehingga adi terus menerus berusaha meyakinkan lesmana tentang keinginanya tersebut pergi ke tempat ki ageng.

Lesmana pun mulai menyusun rencana untuk pergi ke tempat ki ageng, ia berencana untuk pergi lusa mendatang. Lagi dan lagi adi menanyakan kepada lesmana tentang tekadnya tersebut.

"Kamu yakin lusa nanti mau pergi ke tempat ki ageng??" ucap adi

"Yakin di, kamu udah tanya ini berkali-kali loh" ucap lesmana

"Aku Cuma ngga ingin kamu menyesal nantinya" ucap adi

"Aku ngga akan nyesel nantinya di" ucap lesmana

Adi pun tidak bisa bicara lagi, sebab tekad lesmana sudah benar-benar bulat. Sebagai teman dekat adi hanya bisa menasihati semampunya dan menemani lesmana untuk pergi ke rumah ki ageng di tengah hutan nan jauh di sana.

Hari di mana keduanya akan pergi ke rumah ki ageng pun tiba, tepat di sore hari keduanya berangkat menggunakan sepeda motor. Sebelum pergi, lesmana lebih dulu meminta izin kepada ibunya, namun ia tidak mengatakan kenyataan yang sebenarnya, ia hanya berkata bahwa akan pergi ke tempat kawan lama bersama adi dan tidak menceritakan bahwa ia akan pergi ke tempatnya ki ageng. Begitu juga dengan adi, keduanya berbohong dengan orang tua masing-masing karena tidak ingin mendapatkan masalah baru.

Perjalanan keduanya sangatlah mulus, taka da satu pun hambatan yang berarti di sepanjang jalan. Hingga keduanya pun berhasil sampai di rumah ki ageng tepat di jam sepuluh malam.

"Aku tunggu di depan yah na, aku ngga ingin ikut campur" ucap adi

"Iyaa, tunggu di sini, semoga saja ngga lama" ucap lesmana

"Iyaa" ucap adi

Lesmana pun masih ke dalam gubuk milik ke ageng. Sebelum ia menceritakan tujuannya singgah ke tempat ini, ki ageng sudah lebih dulu tahu tujuan kedatangan lesmana. Hingga hal tersebut pun tentu membuat lesmana merasa bingung.

"Saya sudah tahu apa tujuanmu" ucap ki ageng

"Benarkah Ki Ageng sudah tahu?? Bukankah saya belum bicara ki??" ucap lesmana

"Apa yang kamu inginkan??" ucap ki ageng langsung mengarah ke inti persoalan lesmana

"Saya ingin perempuan yang menolak saya menjadi tunduk ki, dan saya juga ingin menjadi orang kaya" ucap lesmana

"Hanya itu??" ucap ki ageng

"Sementara hanya itu ki" ucap lesmana

"Ada satu tempat yang harus kamu tuju saat ini untuk memenuhi semua keinginanmu" ucap ki ageng

"Ke mana ki??" tanya lesmana

"Ke sumbing" ucap ki ageng

"Apa yang harus saya lakukan di sana ki?? Bukankah itu sangat jauh??" ucap lesmana

"Semua keinginanmu akan kamu dapatkan di sana" ucap ki ageng

Ki Ageng pun menceritakan segala hal yang akan diperoleh oleh lesmana ketika ia bisa sampai di sumbing tepatnya di kawah yang berada di sumbing, ki ageng juga menjelaskan bahwa ada beberapa prasyarat yang harus ia bawa saat ke sumbing, diantaranya yaitu sesajen dan getih cemani, dan dia juga harus bertemu dengan seorang dewi yang ada di sumbing sana. 

Perjanjian Semu Gunung SumbingWhere stories live. Discover now