05. Kelas Sebelah

14 4 0
                                    

"Kiara..."

Seperti biasanya, setiap pagi Zaferino selalu menyempatkan diri untuk menjemput Kiara dan mengajaknya berangkat sekolah bersama.

Satu panggilan tak disahuti oleh Kiara. Akhirnya Zaferino pun memutuskan untuk turun dari motornya dan mendekat ke arah pintu. "Ra," panggil lelaki itu sekali lagi.

"Iya, bentar," sahut sebuah suara dari dalam rumah. Zaferino tau kalau itu adalah suara Kiara. Ia memang sudah hafal dengan suara gadis itu.

Setelah beberapa saat menunggu, tiba-tiba terlihat Kiara keluar dari rumahnya dengan menggunakan Hoodie dan masker hitam.

"Lo kenapa?" tanya Zaferino karena merasa ada yang aneh dengan kiara hari ini.
Pasalnya, Kiara tak biasa memakai masker ke sekolah. Kiara saja tidak suka dan merasa risih saat menggunakan masker.

"Gapapa kok, udah yuk berangkat," sahut Kiara sambil berusaha mengalihkan pembicaraan.
Sebenarnya memang ada yang disembunyikan nya dari Zaferino.

Sebenarnya bisa saja Kiara tidak merahasiakan hal ini dari Zaferino. Tapi ia takut kalau Zaferino sampai tau, lelaki itu bisa khawatir dan menjadi kepikiran pada Kiara.

"Buka maskernya," Kiara menahan rasa terkejutnya saat tiba-tiba nada bicara Zaferino berubah menjadi dingin.

"Gue gapapa, Zaf. Udah ayo berangkat,"

"Kiara buka maskernya,"

Tak mau kalau Zaferino sampai marah, akhirnya Kiara pun pasrah dan membuka maskernya sambil menundukkan kepala.

"Sialan!" umpat Zaferino saat melihat luka-luka pada wajah Kiara yang semakin parah.

Banyak luka lebam di pipi kanan-kirinya, luka di dagu, bahkan kedua ujung bibirnya robek dan membekas cukup parah.
Seketika, Zaferino menarik salah satu lengan Kiara dan menggulung Hoodie yang menutupi lengan gadis itu.

"Ra," lirih Zaferino. Lelaki itu benar-benar terkejut melihat banyak sekali luka sayatan dan lebam di lengan gadis itu. "Lo kenapa?" Zaferino lanjut bertanya.

Dengan sigap, Kiara langsung menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman Zaferino. Setelah itu, ia segera menutup kembali luka-luka di lengannya dengan Hoodie yang ia kenakan.
Kiara juga kembali memakai maskernya untuk menutupi beberapa luka di wajahnya.

"Lo kenapa?" tanya Zaferino dengan perasaan tak tega.
Sementara Kiara hanya menggeleng kecil sebagai jawaban.
Kiara paham kalau sebenarnya Zaferino sudah paham tanpa diberitahu langsung oleh Kiara.

Siapa lagi kalau bukan Angga. Yah, lelaki paruh baya itu terus saja menyakiti fisik anaknya. "Papa lo?" tanya Zaferino memastikan.

Tangan Zaferino mengepal erat saat melihat Kiara yang mengangguk sebagai jawaban. Emosi lelaki itu membludak pagi ini. Rasanya ingin sekali Zaferino membalas perbuatan keji manusia tua itu.

"Udah, Zaf. Gue gapapa," sahut Kiara yang mencoba menenangkan Zaferino. "Dimana papa lo?" tanya Zaferino yang langsung membuat Kiara gelagapan.
Kiara tau apa yang akan dilakukan oleh lelaki itu.
Gadis itu paham dengan watak sahabatnya yang satu ini. "Udah, Zaf. Ayok berangkat," Kiara sempat kewalahan saat ia menarik tangan Zaferino untuk pergi dari depan rumahnya.

Bisa bahaya kalau Zaferino terus dibiarkan berada di depan rumah Kiara. Bisa-bisa lelaki itu akan nekad mencari keberadaan Angga dan akan terjadi cek-cok antara mereka berdua.

Setelah berhasil menarik Zaferino dengan sekuat tenaga, akhirnya mereka berdua pun menaiki motor Zaferino untuk berangkat ke sekolah. Setelah sampai di sekolah, ekspresi wajah Zaferino masih terlihat datar. Lelaki itu terlihat sedang berusaha menahan amarahnya.

Jika Zaferino yang dulu hanya bisa diam dan memberi semangat pada Kiara. Maka Zaferino yang sekarang sudah bisa melindungi Kiara bahkan membalaskan dendam pada seseorang yang berani menyakiti Kiara.

"Zaf," panggil Kiara. Zaferino hanya menoleh sekilas tanpa berniat mengatakan sepatah katapun.

"Kenapa lo gak jujur sama gue?" tanya Zaferino dengan suara tegas dan menatap lekat mata Kiara.
Kiara yang ditatap pun tak bisa menatapnya balik. Gadis itu justru menunduk dan memainkan tangannya.

"Maaf," lirih Kiara.

"Ra, plis jangan kayak gini. Gue tau lo kuat, gue tau lo hebat. Tapi tolong, jangan sembunyikan masalah kayak gini dari gue."

"Gue merasa gagal, Ra. Gue merasa kalau gue gagal jagain lo. Padahal janji gue dari awal adalah buat jagain dan semangatin lo,"

Meskipun Zaferino mengatakan hal sepanjang itu, tapi Kiara tetap tidak berani menatap wajah lelaki itu.

"Ra, lo sahabat gue. Gue sayang dan bakal jagain lo terus," lanjut Zaferino sambil memegang kedua bahu Kiara dan kembali menatapnya dengan lekat.

"Gue tau lo sayang sama gue sebagai sahabat. Tapi gue takut, kalau rasa sayang gue sama lo akan lebih dari sekedar sahabat. Tapi gue harap, hal itu gak akan terjadi," batin Kiara.
Secara perlahan-lahan gadis itu mulai memberanikan mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Zaferino.

"Lo bahagia, gue juga bahagia. Lo sedih, gue gak mungkin bahagia," lanjut Zaferino dengan senyumnya yang mulai mengembang.

Setelah itu, mereka berdua melanjutkan perjalanannya menyusuri lorong sekolah untuk sampai ke dalam kelasnya.

•••

Beberapa saat setelah sampai di kelas, Kiara merasakan ada keanehan pada Zaferino. Ia menyadari kalau dari 10 menit yang lalu, Zaferino tak henti-hentinya tersenyum manis.

"Heh, ngapain lo senyum-senyum gitu?" tanya Kiara menghampiri Zaferino.

"Lo tau dia siapa?" tanya Zaferino sambil menunjuk seorang gadis dengan rambut kuncir kuda yang sedang bercanda-tawa dengan teman-temannya.
Kiara memincingkan matanya dan mempertebal pandangannya. "Oh, itu anak kelas sebelah," sahut Kiara setelah mengetahui siapa gadis itu.

"Kelas sebelah?" tanya Zaferino.

"Iya, dia cewek kelas sebelah. Namanya Kania," sahut Kiara menjelaskan.

"Kenapa? lo suka?" tanya Kiara asal.

Tapi siapa sangka, pertanyaan itu justru di balas dengan anggukan kepala oleh Zaferino.

"Bantuin gue dekat sama dia, ya?" mohon Zaferino pada Kiara.

Ingin menolak, tapi rasanya tidak enak. Akhirnya, Kiara hanya bisa menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Zaferino. Tapi karena waktu mata pelajaran pertama akan segera di mulai, jadi Kiara memutuskan untuk menunda pertanyaannya itu terlebih dahulu.

•••

"Semudah itukah seorang Zaferino jatuh cinta?" monolog Kiara.

Obat sekaligus LukaWhere stories live. Discover now