Prologue

94 10 0
                                    

"Ugh."

Sesuatu terasa berat. Dia tidak bisa menggerakan tubuhnya. Matanya menolak terbuka. Yang bisa dia lakukan hanyalah bernapas. Dia mencoba untuk bergerak. Menggeliat lagi dan lagi. Namun seberapa keraspun dia berusaha, tubuhnya tidak mendengarkannya. Dia menyerah dan membiarkan dirinya kembali di seret ke dalam kegelapan.

Dia tidak tahu berapa waktu berlalu. Dia selalu dan selalu berakhir dalam kegelapan setiap kali berusaha membuka mata. Dia berasumsi bahwa dia pasti sedang berada di dalam mimpi. Itulah kenapa dia hanya membiarkan tubuhnya bereaksi sedemikian rupa tanpa mempedulikan lebih jauh.

Itu sampai sebuah suara yang sangat lembut mencapai indra pendengarannya yang memaksanya untuk membuka mata.

"Oh, lihat! Dia membuka matanya."

'Wanita? Siapa?'

Sekilas dia melihat dua bayangan yang menjulang di atasnya. Tak bisa di pungkiri bahwa itu membuatnya sedikit terkejut.

"Oh, mataku."

"Hihi ... Dia mempunyai matamu."

Dia mendengar suara pria asing di ikuti lagi oleh suara wanita yang dia dengar sebelumnya.

'Siapa mereka?'

Saat cahaya yang menyelimuti penglihatannya memudar, dia bisa melihat sosok-sosok yang berada di atasnya dengan jelas.

'Hm? Rambut merah? Apakah dia mewarnainya?'

Dia bertanya-tanya apakah wanita di depannya ini mewarnai rambutnya atau semacamnya. Sejauh ini belum pernah dia melihat seseorang yang mewarnai rambutnya dengan warna yang sekontras itu. Namun pertanyaannya berhenti begitu dia melihat langit-langit.

'Sangat mewah.'

Itulah kata pertama yang dia pikirkan begitu melihat langit-langit di atasnya.

Langit-langit berwarna putih yang di hiasi lampu gantung yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Pernak pernik lainnya seperti corakan yang ada di kayunya. Dia belum pernah melihatnya.

Dia kembali menghentikan pikirannya saat wanita cantik dengan rambut merah di depannya ... menggendongnya?

MENGGENDONGNYA?!!

Ya Tuhan, dia adalah pria berusia hampir 36 tahun dan dia di gendong oleh seorang wanita kurus?

Dia mencoba melepaskan dirinya dari cengkraman kuat wanita yang mendekapnya. Dia mencoba untuk berteriak dan bertanya siapa mereka, serta mengapa dia berada di sana. Namun yang keluar hanyalah ...

"Waaa!"

'Lepaskan!'

Tersentak.

"Wa?"

'Apa?'

Dia tercengang. Tidak bisa memproses apa yang baru saja terjadi.

Suaranya ... berubah?

Menjadi suara bayi?! Apa-apaan ini?!!

Dia sibuk dengan pemikirannnya sendiri dan tidak menyadari ekspresi terkejut sekaligus kagum dari pasangan di depannya.

"Dia ... berbicara?" Pria itu memulai.

"Dia berbicara!! Ya ampun, ya ampun, ini pertama kalinya dia mengeluarkan suara semenjak di lahirkan."

Pikirannya di bawa kembali ke kenyataan saat suara menusuk wanita yang menggendongnya mencapai gendang telinganya. Namun yang menarik perhatiannya adalah fakta bahwa wanita itu baru saja mengatakan 'pertama kali mengeluarkan suara semenjak di lahirkan'.

"A, aku akan memanggil dokter!"

"Cepatlah!"

Titah sang wanita kepada pria asing itu.

"Oh Tuhan. Apakah ada yang salah? Sayang, apakah kau sakit di suatu tempat?"

Dia bisa melihat ekspresi serta raut wajah yang di buat oleh perempuan itu. Namun dia tidak bisa memikirkan apapun lagi saat tangan sang wanita membelai kepalanya. Dia merasa aneh saat menyadari bahwa tangan yang meengelusnya lebih besar di bandingkan drngan kepalanya. Tapi, kehangatan ekspresi dan kelembutan sentuhannya tidak bisa dia tolak. Dia belum pernah mendapatkan perlakuan seperti itu.

'Rasanya nyaman.'

Dia tidak tahu apa yang terjadi, dengan siapa dia bersama, serta di mana dia berada. Yang bisa dia pikirkan hanyalah...

'Tenang.'

Rasa tenang yang sudah lama ia lupakan kembali ia rasakan.

'Sudah berapa lama aku tidak merasakannya?'

Berapa lama ia tidak merasakannya?

Entahlah, yang dia tahu bahwa itu sudah lama. Sangat lama.

'Kali ini saja, bolehkah aku sedikit terbuai? Sedikit saja?'

Pintanya dalam hati saat kegelapan kembali menguasai dirinya.

[*_*_*_*]

'Ini dingin.'

Perasaan dingin menusuk kulitnya.

'Aku mual. Kapan ini berakhir.'

Dia tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Yang dia ingat hanyalah perasaan terombang-ambing setiap saat. Entah itu panas ataupun dingin, perasaan terombang-ambing itu tidak pernah berhenti.

'Sebenarnya di mana aku berada? Aku ingat saat itu aku mengalami ... Apa aku sudah mati?'

Hanya itu yang dapat dia simpulkan.

'Yah, terserahlah. Toh tidak ada yang akan peduli juga.'

Lagipula, jika dia mati, orang tuanya mungkin saja akan bersorak.

Setidaknya itulah yang di pikirkannya 'saat ini'.

Saat dia membiarkan tubuhnya sebagaimana mestinya, terombang-ambing kesana kemari, tiba-tiba setelah waktu yang tak bisa ia hitung jumlahnya, tubuhnya berhenti terombang ambing. Itu membuatnya pusing seketika. Ini pertama kalinya semenjak ia bisa merasakan, tubuhnya tidak lagi terombang-ambing.

'Apakah sudah berakhir? Ataukah semua hal yang terjadi itu hanya mimpi?'

Dia tidak tahu apakah perasaan terombang-ambing yang ia rasakan selama ini hanyalah sebuah mimpi atau justru delusi karena kematian.

Dia ingin membuka matanya, namun matanya terasa sangat berat untuk di buka. Bahkan untuk sekedar bergerak saja dia kesusahan. Rasanya seperti tubuhnya mati rasa dan tidak bisa merasakan apapun meskipun jelas perasaan terombang-ambing itu baru saja berakhir. Dan saat itulah perasaan dingin yang menusuk mematahkan pikirannya.

'Ah, aku ingat. Aku bisa merasakan.'

Dia kembali tenang kala mengetahui bahwa dirinya bisa merasakan.

'Lalu kenapa aku tidak bisa menggerakan tubuhku?'

Berapa kalipun dia berpikir dan berpikir, dia selalu berakhir lebih dalam dan lebih dalam kedalam pertanyaan.

'Yah, terserahlah. Jika memang mati ya mati saja.'

Begitulah dia membiarkan tubuhnya yang menegang kembali rileks. Perlahan dan perlahan dia merasa jatuh saat tubuhnya di biarkan tenang.

'Kurasa mati seperti ini juga tidak terlalu buruk.'

__________________________________________________





Vote
Komen
Follow





__________________________________________________

Akhirnya prolognya resmi keluar ... 🤧👋👋👋✨

Jujurly aku sempat ragu buat nulisnya karena ternyata ... Aku ga punya bakat buat nulis🤧🤧🤧

Tapi yah, aku maksain buat nulis karena penasaran bakal kemana alurnya berjalan😀😀

#Janlupavotenyayah

Intertwining Of Two Threads║Cale Henituse X Original Character║Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang