Menahan Diri

1.6K 111 20
                                    

Sakura kewalahan dengan ulah Sasuke yang memanjakan dirinya. Pria itu tidak bisa berhenti untuk membuatnya tersenyum karena sentuhan kecil yang manis yang selalu ia berikan padanya. Tak hanya itu, hadiah mahal disertai puisi tidak pernah absen di tiap pagi yang ia lewati membuatnya meleleh.

"Sasuke, kau tidak perlu memberiku perhiasan lagi. Apa yang kau beri sudah banyak," ucap Sakura dengan nada manja. Walau ia sangat senang dengan semua hadiah dari Sasuke tapi ia tidak mau dianggap wanita yang hanya menginginkan kekayaan Sasuke. Pasti banyak yang berpikir demikian saat melihat koleksi semua tas, sepatu, perhiasan yang Sasuke beri padanya sejak mereka tinggal bersama.

Sementara itu Sasuke hanya tersenyum lebar saat Sakura melakukan protes yang ia anggap munafik. Wajah dinginnya sangat bertentangan dengan dengan apa yang ia tunjukkan sekarang, di depan sang tunangan. Baginya para wanita pasti menyukai kekayaan. Begitu pula Sakura jadi apa yang Sajura ucapkan  terdengar seperti ocehan tak berarti.

"Ini bukan apa-apa dibandingkan dengan kecantikanmu Sakura," kata-kata yang membuat Sakura melayang.

Sakura pun menunduk malu. Saat Sasuke mengatakan dirinya cantik maka ia merasa begitu dipuja oleh Sasuke, begitu dicintai sampai ia terhanyut dalam apapun yang pria ini inginkan. Sama halnya dengan kecupan manis yang ia berikan saat ini. Sakura tidak bisa menolak karena ia juga menyukainya. Padahal Sasuke hanya menganggapnya objek, tidak lebih.

"Sasuke, geli..." lirih Sakura. Bibir Sasuke yang berada di bahunya terus menerus memberi tanda sehingga membuatnya geli.

Sasuke justru menyerigai. "Tapi kamu menyukainya kan?"

Sakura tidak menjawab, ia hanya tertunduk malu sembari meresapi apa yang Sasuke lakukan. Dia memang menyukai rasa bibir Sasuke di kulitnya. Aroma nafas mint yang tercium jantan saat berhembus dekatnya. Sakura bahkan tergila-gila dengan lidah basah Sasuke yang menari-nari di tiap jengkal kulit yang bisa ia raih. Sayangnya ia tidak bisa merasakan lebih dari pria itu walau Sasuke selalu menggodanya.

"Lihat aku Sakura, jangan menunduk. Kamu mencintaiku kan?" tanya Sasuke.

Sakura pun mengangkat matanya dan menatap Sasuke. Dia mengangguk karena nyatanya ia sangat mencintai tunangannya ini.

"Aku sangat mencintaimu Sasuke," aku Sasuke. Memangnya siapa yang tidak jatuh cinta dengan pria sesempurna Sasuke. Dia CEO perusahaan multi internasional, tampan dengan wajah dan otot yang membingkai sempurna juga memiliki kecerdasan sehingga ia mampu memiliki dan memimpin perusahaan. Sasuke adalah gambaran pangeran berkuda putih yang diimpikan oleh setiap gadis.

Inilah jawaban yang Sasuke tunggu. Gadis cantik yang dijual keluarganya dengan dalih pertunangan demi mendapatkan dana--- jatuh cinta padanya. Apalagi sepolos Sakura. Bahkan demi uang, orang tua Sakura membiarkan Sakura tinggal dengannya untuk ia nikmati. Padahal mereka sadar kalau ia bosan, Sakura bisa ia tendang dengan mudah. Sayangnya mereka tidak keberatan putrinya diperlakukan seperti itu. Namun Sasuke tidak perduli, selama ia mendapatkan  hasil dari apa yang ia keluarkan, Sasuke sama sekali tidak keberatan.

"Aku juga, Sayang. Aku juga mencintaimu, " kata Sasuke.

Sasuke mendengus dalam hati. Mana mungkin ia mencintai wanita yang dijual keluarganya. Yang ia inginkan adalah bersenang-senang dan sampai ia bosan. Memangnya apa yang bisa gadis ini lakukan selain memberikan tubuhnya untuk dinikmati. Dia bahkan tidak bisa apapun selain tersenyum. Seandainya Sakura ia buang, Sasuke yakin kalau dia akan menjadi wanita yang sempurna sebagai penghibur. Sebab gadis itu selalu menurut dan tersenyum.

'Dasar gadis bodoh. Tapi aku cukup puas dengan apa yang kamu miliki.'

Sasuke memperhatikan lekukan tubuh Sakura yang ramping. Dari atas sampai bawah, tidak ada yang mengecewakan. Oleh karena itu ia masih bisa memberikan kucuran dana bagi proyek keluaran Sakura yang kekurangan dana. Hanya tinggal menunggu waktu untuk mendapatkan gadis baru dan membuang Sakura. Bukankah barang lama harus diganti barang yang baru.

"Kalau begitu berikan aku ciuman," perintah Sasuke lembut. Matanya yang tajam tidak meninggalkan wajah ayu yang menunduk nan malu-malu Sakura. Nampak jelas cinta di mata Sakura akan cintanya yang meluap-luap pada Sasuke. Ia pun mencium pipi Sasuke sekilas.

"Hei, kenapa cuma ciuman di pipi?" tanya Sasuke.

"Me-memangnya apa lagi?" tanya Sakura yang gugup.

Sasuke tersenyum, inilah yang paling ia sukai dari Sakura selain tubuhnya yang membuat siapapun gila yaitu polos dan masih Virgin. Sasuke memang sengaja menyimpan hasratnya pada Sakura untuk ia nikmati di saat yang tepat. Bukan bearti dia akan menikahinya. Sasuke merasa hidupnya terlalu sayang untuk mencintai satu wanita dalam hidupnya.

Sasuke pun segera menarik Sakura lebih mendekat ke arahnya. Bibir Sasuke yang indah itu mulai goda hingga menciptakan badai dalam diri Sakura. Ia begitu mendambakan sentuhan lebih dari Sasuke. Dia ingin jari-jari pria ini memberinya sensasi lebih tapi pria selalu menggantungnya dan meninggalkan Sakura dalam keadaan mendamba.

"Aku harus ke kantor. Jangan lupa berdandan yang cantik untukku saat aku datang," pesan Sasuke.

Raut kecewa terlukis di wajah Sakura. Namun ia tetap tersenyum lembut. Dia sama sekali tidak ingin membantah apapun yang pria itu inginkan.

" Iya, hati-hati di jalan," ucap Sakura. Ia menggeser tubuhnya sehingga tidak lagi menduduki pangkuan Sasuke. Tanpa sadar ia mengigit bibirnya kala merasakan sesuatu yang keras menyentuh pantatnya.

Sasuke pun bangkit dari duduknya. Dia menyeringai dan pergi. Sesuatu yang ada di tubuhnya harus ia puaskan lebih dulu dan sekertarisnya bisa jadi pilihan yang cepat untuk saat ini.

'Tunggu sebentar lagi Sakura. Di hati ulang tahunmu yang ke dua puluh, aku dengan senang hati membuatmu menjerit tiap malam,' batin Sasuke. Dia ingin menjadikan hari itu hari spesial sebagai awal ia menikmati sesuatu yang sudah ia tahan selama ini.

...

Di kantor, Sasuke memanggil salah satu sekertarisnya.

"Sara, datang ke dalam," ucap Sasuke.

"Baik Pak."

Dengan senang hati Sara datang ke ruangan yang ditatap iri oleh rekannya yang lain.

"Tsk enak sekali kamu," gerutu Hana.

"Jangan iri. Kan kemarin kamu sudah melayani beliau. Giliranku," jawab Sara.

Hana menjulurkan lidahnya. Memang selama ini mereka bekerja profesional, tapi mereka juga tidak menolak uang tambahan yang Sasuke berikan.

Suara ketukan pintu membuat Sasuke menoleh. Di sana Sara datang dengan senyum lebar sambil menatap malu-malu ke arah Sasuke.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Sara.

"Seperti biasa, cepatlah."

Sara tertawa dalam hati.

Padahal ia tahu kalau bosnya memiliki tunangan, tinggal bersama pula. Namun pria ini justru memintanya memuaskan dirinya.

'Pasti dia kurang ahli,' batin Sara.

Padahal Sasuke selalu membayangkan Sakura saat sekertarisnya beraksi. Dia mendesiskan nama Sakura. Otaknya dipenuhi gambar Sakura yang berpose nakal.

Tbc.

Not You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang