10

3K 204 0
                                    

Yeonjun mencoba merobek baju haechan yg Baru saja di belikan Mark untuknya. Haechan menjerit, mencakar, menggigit, menendang, namun perlawanan nya seakan sia-sia.

"Mark!" Teriakan dan isakan nya memenuhi ruangan.

Haechan berteriak memanggil nama pria itu berkali-kali, berharap Mark akan datang menolongnya.

"Teriak saja, pria itu tidak akan menemukan mu di sini" yeonjun terkekeh pelan melihat haechan menangis histeris.

Yeonjun begitu mudah melakukan aksinya, karena tidak membutuhkan waktu lama sampai pakaian haechan berserakan di atas lantai. Berbekal pakaian dalam yg di kenakannya,
Haechan menangis saat pria itu mengamatinya dari atas sampai bawah. Mencoba menutupi tubuh bagian atas dengan tangan nya yg gemetar.

"Sepertinya gadis ini masih perawan, Jun" kata yeonjun senang dengan mata kian menggelap.

"Sepertinya begitu, nona memberikan barang bagus untuk kita" pria yg bernama Jun itu bersiul pelan. Lewat langkah kaki nya yg panjang, Jun mendekati haechan yg saat ini tengah menekuk kedua lutut nya.

"Aku akan melakukan nya duluan, kalian berdua tunggu di belakang " perintah Jun pada yeonjun dan bomin.

"Itu tidak adil, aku mau duluan!"yeonjun mengangkat sebelah alis pada matanya dengan tatapan tidak setuju.

BUK!

"Akulah yg membawa gadis ini kesini , jadi kau turuti saja perkataan ku"Jun memukul rahang Yeonjun hingga pria itu jatuh ke lantai.

Yeonjun yg kalap, masih bersikukuh dengan pendiriannya, kemudian menyerbu Jun dan balik meninjunya.
Bomin yg masih berdiri di belakang pun ikut serta merta dalam pertikaian itu. Mencari kemenangan untuk mendapatkan keperawanan haechan.

Gila!

Haechan yg melihat hal seperti itu seketika mual. Melihat Jun dan dua pria lainnya yg sedang bertengkar untuk mendapatkan nya. Saat itulah terbesit dalam otaknya untuk kabur.

Kesempatan emas...

Haechan perlahan bangkit berdiri. Jarak antara dirinya dan pintu tidak cukup jauh. Merasa lebih tenang dengan pemikiran nya barusan, haechan mengambil ancang-ancang untuk berlari.

Pada hitungan ketiga, bertepatan dengan perkelahian yg menguras emosi, haechan berjalan mengendap penuh waspada. Ketika mencapai bibir pintu, haechan mempercepat langkahnya, nyaris berlari.

Tidak sedikitpun menoleh ke belakang. Haechan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

"Tuhan tolong, aku!"

Sambil menahan nyeri di kakinya, haechan berusaha berlari lebih cepat, secepatnya kakinya yg terluka mampu lakukan. Bertepatan dengan itu, suara teriakan dari dalam ruangan menggema hingga ke telinga haechan.

"Gadis itu kabur!" Teriakan pria yg bernama Jun memenuhi kesunyian malam di rumah entah berantah ini.

Haechan semakin cepat menuju lorong gelap yg bersekat. Begitupun dengan langkah kaki mereka yg juga turut menyamai kecepatan haechan.

Haechan panik, ketika di lihatnya jalan buntu di depan nya.

"Apa yg harus aku lakukan?" Haechan berusaha mengasah otak nya sampai kemudian matanya menangkap sebuah pintu kecil yg berada di bawah lantai. Tidak ingin membuang waktu, haechan membuka pintu itu.

Sebuah tangga rahasia?

Haechan tersenyum kecut karena kegelapan berada tepat di balik tangga itu. Haechan mencoba melihat ke belakang, suara derap langkah kaki mereka kian mendekat ke arahnya. Dengan langkah berani haechan menginjakkan kakinya ke tangga kayu di bawahnya.

Dorothy Where stories live. Discover now