Sembilan belas [EXTRA PART]

1.8K 129 2
                                    

Happy Reading..
🐶🐰









Dua hari setelah kejadian dimana Nana marah besar dengan Jeno, Yudhis menahan Nana di kediaman Adhitama untuk menjaga jarak keduanya. Awalnya Nana menolak, ia ingin hidup berdua saja dengan anaknya tapi kerasnya Yudhis tetap sama, Yudhis tahu akan kesalahannya tapi ia tidak mau merelakan begitu saja sang anak yang sudah pernah di sakiti berkali kali oleh suaminya.

"Kau tidak makan, Na?" Tanya Wira kepada Nana yang saat ini sedang menimang nimang anaknya di gendongannya.

Aksara Radiaksa merupakan anak Nana yang berhasil selamat dari masa kritisnya, dengan sengaja Nana tak memberikan marga Jeno ataupun marga keluarganya. Nana terlalu sakit hati dengan semuanya.

"Tidak." Jawab Nana dengan nada ketusnya.

Wira menghela nafas, ia tak akan memaksa sang anak agar menurutinya, tapi kali ini berbeda. Nana sedang ditahap menyusui, sudah seharusnya ia menjaga pola makan agar asi nya lancar.

"Makan lah demi kelancaran asi mu, Buna tidak akan memaksa." Ucap Wira dan pergi dari depan kamar Nana.

Perkataan sang Buna ada benarnya, seharusnya ia banyak makan agar asi nya lancar, lagipun ia makan juga harus bagi dua dengan anaknya. Setelah makan maka Nana akan menyusui.

"Benar kata Nenek mu, Nak. Seharusnya Buna makan supaya asi Buna lancar untuk kau minum." Ucap Nana kepada bayi mungil di gendongannya.

Bayi mungil itu menguap mengeluarkan aroma yang enak dari mulut kecilnya membuat Nana tersenyum.

"Okayy, kau harus tidur dan Buna makan." Dirasa sang anak sudah terlelap dengan tidurnya, Nana meletakkannya di box baby yang Yudhis berikan untuk cucu pertamanya.

Nana turun kebawah dan segera menuju meja makan dimana diatas meja makan sudah penuh dengan berbagai menu yang Nana sukai.

"Bagaimana kelanjutan mu dengan Jevano?" Niat Nana yang tadinya mau menyuap sesuap nasi ia urungkan mendengar pertanyaan Yudhis yang tibatiba.

"Kenapa Ayah bertanya?"

"Tidak ada, kalau kau masih berniat ingin bercerai dengan Jevano, maka akan Ayah turuti." Kedua alis Nana bertaut, ada apa dengan Ayahnya?

"Ayah tau kau pasti heran, tapi setelah Ayah tau Jevano brengsek, Ayah akan mengiyakan semua kemauan mu agar berpisah darinya." Jelas Yudhis membuat Nana kembali melanjutkan aksi makannya.

"Jadi bagaimana?"

"Biar aku pikirkan dulu."

"Kau memikirkan anak-------

--------Dia anak ku, tidak ada sangkut pautnya dengan dia." Potong Nana.

Sampai kapanpun anak nya tetap anaknya, Nana tidak akan pernah menganggap kalau Jeno adalah Ayah nya.

Terlalu sakit untuk membayangkan bagaimana dirinya dulu.

"Baiklah, semua keputusan ada di tangan mu Nayra, Ayah hanya tinggal menunggu dan mengurusnya!" Nana tak menjawabnya ia masih terus melanjutkan makannya karena takut kalau kelamaan maka anaknya akan terbangun dari tidurnya.

Yudhis beranjak dari sana menuju kamarnya dengan Wira. Ia melihat Nana yang menjadi pendiam menjadi semakin merasa bersalah.

"Nana hanya butuh waktu, dia pasti akan kembali seperti Nana yang kita kenal, Kak." Wira menenangkan Yudhis yang masih terus memikirkan rasa bersalahnya kepada anaknya.

Sedangkan di kediaman keluarga Alviandra, Jeno masih terus memikirkan semua kesalahannya yang ia perbuat kepada Nana, sejujur Jeno tidak bermaksud meninggikan nada bicaranya setelah meminta maaf kepadanya. Tapi semua diluar kendalinya, ia belum sepenuhnya mengikhlaskan Rena hidup dengan suami sah nya dan meninggalkan dirinya yang penuh rasa bersalah.

"Kau tidak mau makan, Jen?" Tanya Tia yang sedang menyuruh anak bungsunya ini makan, karena sedari kemarin Jeno belum menyentuh nasi sedikitpun.

Jelas terlihat dari badan Jeno dan pipi tirusnya membuat Tia kasih dengan anaknya ini.

"Bubu, Caca sama Kak Mark izin ke rumah Nayra ya.." Seakan memanas manasi Jeno, Caca melirik sinis ke adik ipar nya itu.

"Ah iya, hati hati di jalan sayang." Caca pergi dengan Mark suaminya untuk berkunjung kerumah Nana.

"Kau tidak berniat berkunjung ke rumah keluarga Adhitama, Jen?"

"Aku tidak izin kan oleh Ayah Yudhis untuk bertemu dengan Nayra lagi, Bu." Jawab Jeno membuat hati Tia sakit.

Anaknya memang salah tapi tidak seharusnya Yudhis menghalanginya, masih ada anak Jeno yang hidup bersama mereka.

"Walaupun beralasan untuk bertemu dengan anakmu?" Jeno tersenyum kecut.

"Pantaskah aku di sebut ayah dari anak Nayra?" Tia paham bagaimana yang Jeno rasakan.

Setelah Tia tahu fakta ini ia sempat kecewa dengan anaknya, tapi sebagai seorang ibu ia tidak bisa mendiami anaknya terlalu lama sama saja ia menambah luka di hatinya.

"Bubu tau, setidaknya kau usahakan bagaimana pun caranya agar kau bisa mendapatkan izin ayah mertuamu." Jeno menggelengkan kepalanya, dosanya kepada Nana terlalu banyak.

"Tidak, Bu. Jeno yakin anak itu pasti bahagia meskipun hanya dengan Nayra." Kali ini Tia benar benar kecewa dengan anaknya, tidak pernah keluarga Alviandra mengajarkan untuk mudah menyerah.

"Kau bodoh, Jen."

"Aku tahu."

"Seharusnya kau berusaha!" Tia marah sekali dengan anaknya, Tia tidak mau anaknya seperti ini tapi Jeno tak mau mengusahakannya.

"Maaf, Bubu.." Lirih Jeno setelah di tinggal Tia keluar dari kamarnya. Tia menangis sesegukan membuat Jeffri bertanya tanya.

"Ada apa sayang?"

"Aku kecewa dengan Jeno, Jeff. hiks.." Tangis Tia semakin pecah di pelukan suaminya.

Jeffri tidak tahu harus berbuat apa, semua ini kesalahan anaknya. Ia rasa Jeno pantas menerimanya, dengan satu sisi ia sedih melihat istrinya yang sepertinya sangat merindukan cucu pertamanya.

"Aku akan usahakan yang terbaik agar kita bisa bertemu dengan cucu kita, sayang." Tia tidak mau melepaskan pelukannya dari Jeffri, ia terlalu sakit hati dan berat hati menerima ini semua.

~

"Ahh dia menggemaskan sekali, Nana!!" Gemas Caca kepada anak pertama Nana yang saat ini sedang tiduran di kasur king size milik Nana.

"Buna nya saja menggemaskan." Jawab Nana dengan bangganya.

"Cih, tidak ya. Kau tidak menggemaskan lagi setelah membuat kericuhan!" Alis Nana bertaut heran.

"Kericuhan apa maksudmu, Caca?!" Omel Nana dengan bola mata yang membulat sempurna.

"Soal kecelakaan yang hampir merenggang nyawamu, sialan!" Umpat Caca geram dengan Nana.

"Hei! Jangan berkata kasar di depan anak ku, Caca~ya!" Omel Nana lagi membuat Caca tertawa.

Hening sejenak sampai Caca kembali bersuara.

"Bagaimana kelanjutan kau dengan Jeno?" Tanyanya membuat Nana terdiam. Caca merasa tidak enak karena diamnya Nana yang secara tiba tiba.

"M-maaf.. aku salah------

-------Aku akan segera bercerai dengannya." Potong Nana menjawabnya dengan perasaan yakin namun membuat Caca terkejut.

"K-kau yakin?"

"Seratus persen aku yakin, sudah seharusnya aku bahagia dengan pilihan ku sendiri bukan?" Caca tidak bisa melarangnya, semua keputusan ada dengan Nana dan Jeno. Sebagai seorang sahabat ia akan selalu menyemangati sahabatnya bagaimana pun caranya.

"Ku harap ini yang terbaik."

"Pasti!"














Hallowwww aku updateeeeee

Segini dulu yaww semoga syukaaaa <3

Jangan lupa follow, vote, & komen
See youuu❤️

SICK OF LOVE || NOMIN GS [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن