Kecurigaan - 1

275 19 2
                                    

Karena aku kangen Kak NurulCuy0 sama sheorilmi jadilah update 🙆 Tenang aku juga kangen pembaca yang lain kok. Semoga hari bahagia melingkupi kali. Kalau nangis jangan kelamaan ya Kakak-kakak, nanti paru-parunya ngambek🛐🙏

Perlengkapan kamera untuk photoshoot, baju-baju, tas, maupun jenis busana yang lain dari salah satu produk menjadikan Doyoung brand ambassador telah tertata rapi. Alat-alat make up juga telah siap memoles wajah tampan penuh pesona Kim Doyoung.

Hanya satu saja yang belum siap. Yaps, sang ambassador sendiri yang belum kunjung tiba. Manager mengatakan bila Doyoung tengah mengalami macet, tetapi telah tiba di sekitar area pemotretan.

"Apakah modelnya belum tiba?" Sang fotografer tiba-tiba muncul, sembari berkacak pinggang. Bagaimana tidak dibuat berkacak pinggang. Kakinya telah berulangkali kesemutan karena berulangkali berdiri dan berjongkok. Duduk di kursi? Ah, pantatnya bahkan juga tak kalah terasa panas, bak terkena guyuran bubuk cabe ataupun duduk di atas kompor.

Orang-orang yang bertugas merias seketika saling pandang. Layaknya fotografer yang jenuh menanti dengan resah, mereka yang merias juga jenuh karena mendengar pertanyaan sama tanpa henti.

"Masih belum, Daejung-ssi."

"Sudah mencoba menghubungi?"

Selain pertanyaan mengenai kedatangan Doyoung, mereka juga membenci dimana sang fotografer terkesan tak mempercayai mereka. Ya, mereka tahu bila hanya perias yang membantu pakaian, aksesoris, dan merias wajah model, tetapi mereka sama-sama manusia. Lantas salahkah bila mendapatkan kepercayaan sama rata?

"Sudah, Daejung-ssi."

"Coba hubungi sekali--"

Suara pintu studio foto terbuka dengan nyaring, lalu tak lama muncullah ketiga lelaki tampan nan bau saldo luber. Siapakah mereka? DoJaeJung? Yah, sayang sekali karena tebakan kalian sedikit lagi benar. Mereka adalah... Adalah... Tungguin ya Bang Messi?🌝 Mereka adalah Doyoung, Jungwoo, dan tentunya sang manajer.

"Maaf. Maafkan saya. Saya mohon maaf sebesar-besarnya karena telah mengacaukan jadwal kalian semua." Doyoung membungkuk hormat sebagai permintaan maaf.

Jungwoo yang terseret karena Doyoung yang khawatir padanya, seketika ikut membungkuk kala sang kakak mencubit kecil.

"Maafkan kami."

"Semuanya kami mohon maaf karena jalanan sebelum ke studio sangatlah macet," tambah sang manajer.

Bohong. Macet hanyalah alasan penuh kepalsuan belaka, karena nyatanya alasan Doyoung tak kunjung melakukan pemotretan adalah bertengkar dengan sang adik. Beruntunglah manajer dan mendengar perdebatan secara utuh. Atau mungkin mendengar, hanya saja tak peduli karena menganggap angin, dan alasan satu lagi adalah karena menggunakan bahasa Indonesia. Mari kita terka-terka dan nantikan saja.

Doyoung tengah dirias oleh para staff, sang manager ikut mengawasi di dalam agar tak terjadi hal tak diinginkan. Bahkan Doyoung juga meminta, agar Jungwoo tak diizinkan jauh dari pandangannya. Dia tak ingin lengah berujung membuat Jungwoo lupa.

Suara bidikan kamera telah terjadi berulang kali, cahaya sekilas efek bidikan juga beberapa kali membuat netra Doyoung berusaha tetap fokus. Ya, kamera adalah teman para idol, dan mereka harus terbiasa. Tetapi namanya indera penglihatan, tak mungkin tak peka bukan? Tentu saja bila Indra bukan indera, barulah bisa jadi tidak peka.

Akhirnya tugas sang manajer telah selesai, karena Doyoung telah sangat fokus-fokusnya berpose. Dia menatap Doyoung dan Jungwoo secara bergantian.

"Jungwoo-ya."

"Ah, Hyung. Wae Hyung (Ada apa, Hyung)?"

Lagi-lagi sang manajer melirik Doyoung terlebih dahulu guna memastikan keamanan. Dia menatap Jungwoo kembali. Ntahlah, dia lelah berpura-pura bodoh, dan juga takut bodohnya kelewatan masa berlaku.

"Apakah kau ada waktu untuk berbicara?"

Jungwoo terkekeh. Jelas saja dia memiliki banyak waktu. Dia mengikuti sang kakak bekerja, handphone-nya disita oleh Doyoung, lantas bagaimana tak memiliki banyak waktu? Jungwoo tetap menganggukkan kepala, menghargai pertanyaan bak permintaan izin sang manajer.

"Tentu, Hyung. Kemari Hyung, duduklah di sampingku."

"Jungwoo-ya, Hyung hendak meminta maaf terlebih dahulu, tetapi bolehkah Hyung bertanya?"

Jungwoo tiba-tiba pucat pasi padahal tubuhnya tak sakit. Dia tak bisa menebak sang manajer hendak bertanya apa, tetapi ntah mengapa tubuhnya bereaksi terlebih dahulu.

"Si--silakan Hyung."

"Hm... Begini Jung. Apabila Hyung boleh tahu, tadi kalian berbicara dengan bahasa apa, ya?"

Jungwoo mengernyitkan dahi. Tadi? Lebih tepatnya kapan? Berbicara dengan siapa? Apakah yang dimaksud sang manajer, lebih tepatnya adalah tadi kala perdebatan dengan Doyoung?

"Maaf Hyung, tetapi tadi kapan?"

Manajer menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ah, dia bahkan ragu dengan bahasa yang dirinya dengar tadi. Dia takut salah menerka bahasa yang digunakan, tetapi lebih takut bila yang dibahas Doyoung dan Jungwoo adalah pertengkaran besar.

"Yang saat aku tiba, Jung. Saat kau berbicara dengan Doyoung."

Duar! Alarm bahaya membuat otak Jungwoo berhenti dadakan, disertai dengan lidah tiba-tiba kelu.

"A--ah itu Hyung a--anu i--itu." Jungwoo menatap gelisah sekitarnya.

Doyoung melirik ke posisi Jungwoo dan manajer. Dahinya menukik kala telinganya tiba-tiba juga terasa panas. Aneh. Padahal sebelum tiba di tempat pemotretan, telinganya baik-baik saja.

"Apakah saya boleh meminta sedikit waktu istirahat?"

"Oh? Oh iya, silakan-silakan. Terima kasih atas pose-pose indah tadi. Selamat menikmati istirahat dan terima kasih atas bantuan anda Doyoung--ssi."

Doyoung membungkuk guna berterimakasih. Dia mendekati posisi Jungwoo dan sang manajer, yang ntah mengapa dia merasa sedikit curiga.

"Apa yang kalian bahas hingga sangat seru?"

Jungwoo membelalakkan mata lebar. Dalam hati dia bersyukur, karena terselamatkan melalui kedatangan sang kakak. Tak kalah terkejut dari Jungwoo, sang manajer juga dibuat terperanjat.

"Ah, apakah sudah selesai, Hyung?"

"Belum Jung, masih beberapa pakaian lagi perlu kucoba. Jadi apa yang kalian bahas?"

"Tidak ada, Doy. Kami hanya membahas hal klasik mengenai cuaca. Bukan begitu, Jung?"

Hei. Kalimat yang diucapkan saja tak terbumbu mengenai cuaca walau sejumput, lantas darimana asal-usulnya? Ah, Jungwoo memilih asal mengangguk saja agar tak panjang. Doyoung mengangguk paham. Dia hafal wajah Jungwoo kala gugup dan berbohong, sehingga Doyoung mampu menebak dengan sangat yakin.

 Dia hafal wajah Jungwoo kala gugup dan berbohong, sehingga Doyoung mampu menebak dengan sangat yakin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Father and Mother (Tamat)Where stories live. Discover now