Pesan Grup

248 17 0
                                    

Halo Kakak-kakak. Cie hayo yang jadi kelinci baca bab loncat kiw-kiw 🌝 Apa kabar Kakak-kakak? I hope baik, apabila tidak maka segera membaik.

Seperti kebiasaan ketiga jagoan papa Raffi kala kesibukan tak begitu padat. Ketiganya akan memilih menepi sejenak. Ntah sekadar menikmati hidangan di kafe, bersenda gurau di kafe ketiganya, ataupun sebatas bermain handphone tanpa dialog sedikitpun. Setidaknya secuil libur langka dari agensi, membuat raga ketiganya berkumpul sebagai saudara bukan pertemanan.

Ke over protective Doyoung masih belum menyurut pada kedua adiknya. Bahkan perasaan kesal kala awal berdebat saja masih terselip di hati ketiganya. Apabila dahulu jauh sebelum kehadiran Cipung terkuak, quality time ketiganya ramai dengan suara bayi dari handphone. Maka sekarang ketiganya asyik dengan telinga tersumpal earphone.

Tak begitu keras tapi cukup terdengar jelas, kala gelas dan piring menu pilihan ketiganya disajikan dimeja. Ditambah benturan pada meja kaca tersebut, kian terkesan ramai kala salah satu notifikasi dari keenam handphone mereka berbunyi. Ntah handphone yang mana dan siapa, tetapi tampaknya raut wajah ketakutan itulah sang pemilik.

Doyoung menatap adik-adiknya, berharap notifikasi dari handphone bukan kerja tak terdengar.

"A, tadi handphone-mu kah?" tanya Jungwoo penasaran.

Jaehyun jelas menggelengkan kepala, karena suara notifikasinya sangat dia setel paling kecil, tak lupa dengan dering lagu koplo favoritnya. Jungwoo menatap takut Doyoung. Ingin bertanya, tetapi juga takut ketahuan bila dia keras kepala.

"Apabila ada pertanyaan itu tanyakan, Juan. Apabila ada yang hendak pengakuan juga katakan saja."

Jaehyun melepaskan earphone-nya, lalu menatap keheranan Doyoung dan Jungwoo. Apakah ini pertanda perang kedua akan hadir? Wah, mubazir makanan dan minuman ini harus menyimak pertarungan Jungwoo dan Doyoung.

"Hyung bisakah--"

"Sebentar Jaehyun-ie. Biarkan adik kita yang bicara saat ini. Tampaknya adik kecil kita memiliki banyak PR penjelasan pada kakak-kakaknya ini."

Bukan sirine ambulance ataupun pemadam kebakaran, melainkan sirine pertanda perdebatan Doyoung dan Jungwoo tampak berdering seketika. Jaehyun geram perdebatan ini tak kunjung berakhir. Dia hendak menceritakan kepada father, mother, ataupun kedua neneknya. Tetapi kala mengingat kesabaran Doyoung membuat niat tersebut urung.

Jungwoo menguap malas. "Guru Dimas Malik Ahmad tolong maafkan kesalahan Juan Malik Ahmad, ya? Mari kembali seperti awal, Guru. Mari berbaikan dan memaafkan." Walau menyebut Doyoung bukan dengan sebutan Aa ataupun Hyung, tetapi percayalah hati Jungwoo tetap mengatakan hal tersebut bukan bermaksud candaan.

Doyoung menatap Jungwoo penuh permusuhan. Sang adik yang satu ini memang humoris, jahil, dan hobi menjadi moodbooster kata para penggemar. Dia sebenarnya tak berniat bermain tangan, mengingat darah ketiganya sama-sama dialiri oleh kedua pasangan sama tak lain sang orang tua.

"Kembali kau kata, Juan? Kembali yang bagaimana? Aku yang berubah atau orang tua kita yang berubah melupakan ketiga anaknya?! Ok, kita idol rantau yang rahasia tetapi kita tetap darah daging mereka, walau merayu pengakuan pada penduduk lokal demi marga dan diaku anak selagi dimari!"

Jungwoo mengepalkan tangannya kuat-kuat. Mereka sama-sama berstatus dari pasutri yang sama, lantas mengapa mereka justru bertengkar bak memperebutkan harta? Salahkah Jungwoo lelah dan ingin seperti dulu? Dimana-mana hubungan ketiganya bersama keluarga Indo baik-baik saja.

"A, mereka menyembunyikan dari kita pasti karena ada alasan."

"Benar A, bisa saja father mother takut kita tak menerima atau tersakiti," tambah Jaehyun setelah kemarin-kemarin hanya diam. Kini lelaki mirip Rafathar tersebut akhirnya memberikan suara.

Doyoung menatap sengit kedua adiknya. Beruntunglah mereka berdialog dengan bahasa Indonesia, dan menggunakan nada tak begitu tinggi tetapi tetap memancarkan emosi. "Kalian pasti telah membuka pesan father, mother, nenek, keluarga Andara lain bahkan menelfon bukan?!"

Jungwoo dan Jaehyun saling pandang. Bertanya melalu pandangan sekaligus melemparkan jawaban yang jujur.

"Tidak, A!"

"Jamal juga tidak, A."

Baru saja Doyoung hendak membalas kedua adiknya, tetapi notifikasi dari tumpukan pesan membuat Doyoung kembali mengunci mulut

"Kalian di sinilah saja! Jangan kemana-mana. Jangan menyusul ku juga. A--Aa hanya sebentar."

Walaupun Jungwoo dan Jaehyun langsung mengangguk-anggukkan kepala, tetapi tidak setelah Doyoung menjauh dari pandangan.

"A, apakah kau juga curiga?"

"Sst jangan begitu, Juan," tegur Jaehyun.

"A, aku justru curiga kau juga mengetahui apa yang terjadi pada Aa Dimas."

Jaehyun mengangkat sebelah alisnya, meminum terlebih dahulu pesanannya, lalu kembali menatap Jungwoo. "Mengetahui apa? Tak ada yang ku sembunyikan. Apabila ada kau pasti tahu karena kita satu kamar."

Jungwoo menatap kosong jalan yang dilewati Doyoung tadi. Ntah mengapa rasa penasarannya tak tahan minta dipuaskan. "A, Juan ke toilet sebentar."

"Bukan menyusul Aa?"

"Tidak. Aa mau menemani Juan agar percaya?"

Jaehyun menggelengkan kepala menolak penawaran konyol Jungwoo. Jungwoo memang benar-benar ingin ke toilet bukan menyusul Doyoung. Tetapi Jungwoo menghentikan langkah kala melihat Doyoung bermain handphone tepat depan wastafel. Ingin rasanya menyapa, tetapi juga malas bila dikira mengikuti ataupun menyusul.

The Malik Ahmad

Mother GI
Mas
Mal
Juan
Mama benar-benar minta maaf

Father Fi
Papa juga, Sayang.
Ayo kita berbicara
Papa Mama akan jelaskan panjang dan jujur

Rafathar
Ma, Pa
Aa Dimas membaca pesan kita selama ini.
Kenapa kalian menumpuk pesan di grup keluarga?
Mengapa tidak menelfon langsung?

"Hyung, beneran tidak ingin berbicara berenam seperti dulu lagi?" Doyoung seketika terperanjat terkejut kala suara tersebut seketika terdengar.

"Hyung, beneran tidak ingin berbicara berenam seperti dulu lagi?" Doyoung seketika terperanjat terkejut kala suara tersebut seketika terdengar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Father and Mother (Tamat)Where stories live. Discover now