Myeongdong dan Kisahnya

263 17 4
                                    

Hola Kakak-kakak. Permisi izin update lebih awal , karena mau kasih tempe sesuatu.

1. Udah 24 Bab aja ya hehehe. Terimakasih banyak buat yang udah baca. Dan... 26 bab lagi pamitan nih sama judul ini. Tapi aku masih punya cerita tentang keluarga Andara dengan beda tema dan judul. Ada berapa hayo... Ada yang bisa nebak? Ada 4 lagi kok. Judul? Pandawa Lima sama Old Money Family. ua lagi cast Rafathar sama Jaehyun, judul : Jagoan Papa sama My Son. Cemara banget ya kayaknya. Hm iri deh

2. https://vm.tiktok.com/ZSNUAX3wY/
Coba salin link itu kalau kalian nggak sibuk. Tenang halal kok.

3. Berteman sama Cil di IG @itsmeaquarius_girl yuk

4. Cerita ini ada kembarannya, dengan judul 'My Daddy is Superhero Idol'. Cast-nya Mark sama Mali si fanboy muda anaknya Devpbullen.

********
Rentetan gerobak penjual penaik UMK (Upah Minimum Kabupaten) kota, yang menjajakan aneka makanan berat dan ringan khas kota ginseng, berjajar rapi nan rapat di salah satu lorong terkenal bila hendak mencari makan. Rasanya tak di kota dan negara manapun, pasti jalan-jalan dihiasi oleh pejuang UMK yang berjuang juga demi kebutuhan pokok bukan?

Diet break atau istirahat diet di tengah pekerjaan dimana-mana yang menumpuk, hingga mengorbankan waktu tidur bahkan terkadang terlelap dalam perjalanan. Bukanlah hal luar biasa lagi sering dilakukan para idol. Diet break dan kesibukan yang mulai senggang, membuat ketiga bujang rantau ini memilih wilayah Myeongdong sebagai tempat menghabiskan waktu mereka. Berawal dari wacana jauh-jauh hari dari Doyoung, Jaehyun yang mengingatkan berujung kini saat pergi tengah mode males gerak, dan Jungwoo yang selalu ingat berujung merengek agar hari ini saja mereka pergi ke Myeongdong.

"Jungwoo-ah memang apa yang akan kau beli setibanya di Myeongdong?" tanya lelaki berlesung pipi atau akrab dipanggil Jaehyun.

Doyoung ikut menatap Jungwoo, menanti jawaban pelaku yang menarik-narik mereka sedari di dorm. Jungwoo menggaruk tengkuk tak gatal, tersenyum kikuk, lalu menatap kosong jalanan. Kebetulan mereka akan tiba dalam beberapa langkah lagi.

"Hm... Aku menginginkan twigim, ice cream choco waffle, eomuk, hotteok, bungeoppang, lalu--"

Doyoung dan permasalahan tak henti-hentinya. Apakah itu? Kesabaran? Yaps, kalian benar. Doyoung seketika menutup mulut sang adik. Dirinya kira street food bagaimana sang adik inginkan, ternyata jajanan street food yang mampu mereka buat sendiri apabila angat ingin dan penuh niat.

"Mengapa jajanan yang kau inginkan merupakan bisa Hyung masak juga? Kalau kau Jaehyun-ie?"

Jungwoo memajukan bibir kesal lalu berkomat-kamit. Tak tahukah sang kakak tertua ini, apabila makanan street food lebih terasa surganya indera perasa dibandingkan membuat sendiri? Lagipula yang dirinya inginkan tak sesedikit itu, ditambah mengingat ini adalah diet break sekian lama tak diberikan jeda oleh pengawas diet.

"Gyeranppang, hodu gwaja, tteokochi, goguma seteik untuk dibungkus juga titipan Taeyong-ie, haemul pajeon titipan Johnny Hyung, dan---"

Lagi-lagi dan Doyoung menutup mulut sang adik dengan pelaku berbeda. Tampaknya mereka memang buah tak jauh dari buahnya. Apabila mother Gi si ratu street food, maka anak-anaknya tak jauh berbeda yang bucin dengan street food.

Doyoung kira yang berniat memborong hanya dirinya, tapi mendengar penjelasan kedua adiknya maka tangan mereka akan sama-sama penuh jajanan. Berarti bisa jadi kaki keteganya di Myeongdong hingga matahari benar-benar terbenam.

Dari yang semu-semu mentari menuju gelapnya malam. Dari yang pedagang-pedagang tengah menata ataupun baru mencari tempat, maka ketiganya hingga Myeongdong ramai di malam hari.

Doyoung tak kehilangan pandangan dari kedua anak ayamnya, sehingga mereka mulai mengurangi saldo uang dari penjual paling ujung di pintu masuk. Lalu merambat paling ujung di pintu keluar, dan akan berbalik arah, untuk jajan bagian sisi yang lain.

"Aa trio rantau!" teriakkan pria bertubuh tambun dengan bahasa tabu bagi warga Korea Selatan, seketika mendapatkan tepukan mulut kencang dari pengasuh Rafathar.

Aa trio rantau adalah panggillan sayang dari Om Merry tak lain asisten Father Fi. Memang kalimat pekikan tersebut dengan bahasa tabu, tetapi suara yang menggelegar tak gagal membuat warga-warga menatap risih sang pemilik suara.

Doyoung seketika dibuat pucat pasi, lelaki tersebut menoleh ke sana kemari agar tak dicurigai kedua adiknya. "Ah, mana mungkin bukankah father mother apabila kemari pasti menghubungi kita?"

"Tapi Hyung saat kita ke Andara tak menghubungi terlebih dahulu."

"Itukan karena undangan mereka sendiri, Jaehyun-ie."

"Setelahnya Hyung. Lagipula bagaimana menghubungi apabila kita saja mengabaikan father mother? Mereka pasti bingung, kesal, dan perasaan lainnya, Hyung," protes Jungwoo menambahkan teguran Jaehyun.

Doyoung menghela nafas kasar. Kedua anak lelaki, dengan sang kakak yang berusaha menggendong adiknya masih balita, tampak menarik-narik jaket dikenakan Doyoung.

"Aa!"

Bak diguyur semen satu truk penuh. Langkah ketiganya spontan terkunci rapat, kala mendapatkan kedua anak kecil yang mereka kira warga lokal atau fans.

"Ra--Rafathar? Ci--cipung? Ah, maksud Aa Dimas Adek."

Jaehyun dan Jungwoo saling tatap sejenak, sebelum memindahkan tatapan penuh curiga ke Doyoung. Apakah sang kakak kerasukan? Atau mungkin efek lelah mengelilingi street food Myeongdong?

"Aa! Adek! Mama cari--"

"Aa-Aa!" Mama Gigi spontan mendekap kelima anaknya secara bersamaan.

Dirinya mengharapkan momen ini, tetapi tak berharap lebih bila Allah mengabulkan secepat ini. Hanya Jungwoo saja yang membalas dekapan penuh rindu bercampur cemas sang Mama. Mereka hampir mengira apabila yang tiba-tiba bergabung adalah orang asing, tetapi nyatanya yang ikut mendekap adalah sang papa.

Ramainya Myeongdong, jajanan ketiganya pada pedagang ini telah matang sedari tadi, langit mulai semu-semu gelap tak membuat tempatan pijak mereka bergeser. Tarikan dari jemari kecil pada Jaehyun, menyandarkan mereka terlampau lama berpelukan.

Jaehyun si bingung bereaksi bagaimana rincinya, Doyoung si sulung hobi gengsi. Membuat Mama Gigi menahan tawa, menangkap suara hati kedua putranya.

"Apakah kalian setelah ini ada kegiatan di agensi atau dorm?" Papa Raffi bertanya penuh penasaran, dengan kisah panjang ketiga bujangnya.

"Ti--"

"Iya Pa, Ma, maafkan kami karena harus rapat di agensi dan live bersama para member di dorm," sela Doyoung sebelum Jaehyun dan Jungwoo mengutarakan kenyataan.

"Hyung!" tegur Jaehyun dan Jungwoo kompak.

Menulikan pendengaran teguran dari kedua adiknya, tatapan curiga Rafathar, si polos nan pintar alias sang bungsu, dan tatapan tersayat-sayat mother GI. Doyoung tetap menatap lurus sang Papa.

"Ya sudah hati-hati," putus Mama Gigi dengan nada kecewa. Papa Raffi spontan mendekap menyalurkan kekuatan.

"Maafkan kami, Ma, Pa. Aa Rafathar sama adek selamat bersenang-senang," ucap Jungwoo tulus.

"Ma, Pa, maafkan kami. Aa maafkan Abang Jamal ya?"

"Permisi, Ma, Pa. Aa, adek, kami rindu kalian tetapi maafkan kesibukan kami," tambah Doyoung berpamitan.








Father and Mother (Tamat)Where stories live. Discover now