Chapter 6 🔞

1.6K 60 18
                                    


🦉: "Curhat dikit. Seneng banget kalau ada yang tanya kapan up karena itu bikin aku merasa kalau ternyata ada yang suka dan nungguin chap baru dari buku aku, mkasih loh ya 🥰.

Okay langsung saja dan anu, itu udah saya kasih tanda loh ya. Selebihnya dosa tanggung sendiri, udah gitu aja. Bye-bye ~"

Happy Reading
.
.
.

Toji menepikan mobilnya di area gas station, sebenarnya saat ini ia sangat mengantuk tetapi sesuatu seperti menahan dirinya agar tidak mendapatkan tidur dengan kualitas yang baik.

Jika sudah seperti ini yang terpikirkan olehnya hanyalah satu-satunya cara yaitu menuntaskan hasratnya.

Toji mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang namun rupanya orang yang dia hubungi tidak kunjung menerima panggilannya.

'tsk!', ia mendecih setelah kedua kalinya ia mencoba menghubungi orang tersebut namun tetap saja hasilnya sama.

Membuat Toji berfikir, bahwa ia harus mendatangi tempat orang tersebut.

Setibanya ia di apartemen elit itu, awalnya Toji masih bisa menunggu dengan menekan tombol bell beberapa kali, tetapi sepertinya kesabarannya benar-benar sedang di uji.

Karena merasa kesal, Toji pun kemudian mengetuk dengan keras pintu dihadapannya itu berulang kali dengan tangannya yang menggenggam bisa dikatakan lebih mirip sedang menggedor dari pada mengetuk pintu, hingga menimbulkan suara debuman-debuman yang berisik.

"Oy! Hakari, keluar kau!" Panggilnya melalui intercom pintu.

Merasa si tuan rumah tidak kunjung menampakkan batang hidungnya menjadikan Toji semakin gencar menghajar pintu dua daun tersebut.

Kemudian setelah beberapa kali ia mengetuk, seorang pria berambut ungu yang sedang bertelanjang dada itu menyembulkan kepalanya melalui celah pintu yang sedikit terbuka.

"Apa-apaan kau!, Mau menghancurkan pintuku??" Kata Hakari dengan wajah ngantuk namun terlihat kesal.

Ia memberengut memandang Toji dari atas ke bawah, menemukan teman bisnisnya itu terlihat tidak biasa.

"Aku perlu itu sekarang" ucap Toji tanpa berbasa-basi.

Sedangkan Hakari mengernyit kebingungan, otaknya yang baru terbangun dari tidurnya seakan di paksa untuk mencerna ketidak jelasan dari sikap Toji.

"Maksudmu apa? Bicaralah yang jelas, bajingan" damprat Hakari yang terlihat kesal.

Toji tidak menggubris kata-kata makian itu, karena sudah biasa baginya jika Hakari bersikap kasar. Justru ia terlihat selengekan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Aku sedang Turn On, bisakah kau minta Rino untuk mengirim salah satu anak buahnya ke apartemenku?" Ucapnya dengan menyeringai.

"Bajingan gila. Kau tau ini jam berapa?", Hakari berdecak pinggang tidak habis pikir dengan tingkah Toji yang menurutnya terlalu seenaknya sendiri.

"Lagipula apa yang terjadi? Kau meminum aphrodisiac* atau bagaimana?", Hakari bertanya dengan gelagat nya yang seperti mengejek.

Toji menghembuskan nafas dengan kasar, masih berusaha mengatur detak jantungnya yang kembali menggila sebab Hakari menyebut Aphrodisiac.

Dan itu hanya akan membuatnya kembali mengingat kejadian dirumah Shiu.

Dia bahkan tidak membutuhkan Aphrodisiac untuk meningkatkan gairah seksualnya, namun cukup letakkan Kaoru untuk duduk di sebuah kursi saja akan membuat libidonya naik seperti kurva kasus korupsi di dalam dunia pemerintahan.

The Sick Man | Toji ZeninDonde viven las historias. Descúbrelo ahora