22. terima kasih ratna

860 184 64
                                    

di mulai dari make kutang yg modelan pentil menerawang dulu yak 😅

Dinda POV

"Amit-amit semoga di keluarga besar gue, paman, uwak, om sampe kakek gue, eh kakek gue udah innalillahi deng" Ratna menepuk keningnya.

"Jangan sampe ada yang kaya Ndoyong, anjayyy enak bener ngomongnya udah sampe celap-celup tapi tuh perempuan bukan siapa-siapanya" Ratna bergidik.

"Gustiiii... jangan sampe lakik gue kaya Ndoyong, aamiin, amit-amit deh" Kali ini Ratna mengetuk-ngetuk meja dengan wajah panik.
Mungkin karena dia baru tersadar belum menyebutkan suaminya dalam doa dadakannya itu.

Aku hanya terdiam. Tidak habis pikir dengan apa yang sudah di katakan dan di lakukan Kim, kalau memang Laura bukan kekasihnya terus tandanya Kim tidak berselingkuh?
Makanya dia tidak ingin berpisah denganku?
Atau karena Kim belum berbuat hal yang sama padaku, maksudnya celap-celup seperti yang Ratna katakan jadi Kim belum mau meninggalkan aku?

Ih, aku bergidik ngeri.

Menyesal banget sampai aku berpikir Kim adalah pria yang ku tunjuk sebagai pasangan penguinku.

Jelas-jelas pria itu tidak setia, berganti pasangan tidak seperti penguin, belum menikah saja dia sudah melakukan hal seperti itu, apalagi sudah menikah.
Dan Laura, satu perempuan yang aku ketahui memiliki hubungan dengan Kim, aku tidak tahu apakah Kim memiliki perempuan lain selain Laura.

Untung Tuhan membuka tabiat bejat Kim sebelum kami melanjutkan ke jenjang yang lehih serius lagi.

"Eh iya, ngomong-ngomong kemarin kenapa kita ninggalin si ganteng yak?" Pertanyaan Ratna menyeretku ke alam sadar.

"Hm?" Aku menegakkan punggung, lalu kembali mengingat kejadian kemarin siang.

"Eh iya, elu sih pake acara nanya-nanya gitu" Tanganku mengulur mentowor kepala samping Ratna.

"Kan sekalian ngetes Din, si ganteng suhu apa cupu" Ratna menoleh sambil terkekeh.

"Kalau menurut gue sih dia suhu, secara dari penampilan aja modis gitu, pasti si ganteng sering ngegaet perempuan sama pesonanya"

"Mana ada sih perempuan yang bakalan nolak di ajakin make out sama dia, gue aja mau, eh ya ampun maapin istrimu ini suamikuuu" Ratna tersadar dari ucapannya sendiri lalu menepuk-nepuk mulutnya dengan cepat.

"Hehehe...hehe..." Kekehan tidak tahu malu terdengar setelahnya.

Aku tidak memperdulikan ocehan Ratna soal Matthew.

Dari semalam aku sedang berusaha membulatkan tekad tidak ingin terlibat hubungan asmara untuk sementara waktu.

Aku sudah mengenyahkan perasaan cinta untuk Kim, tidak ada lagi perasaan yang tersisa.
Aku tidak membencinya, Kim adalah pria pertama yang membuatku jatuh cinta.

Tetapi untuk memaafkan perbuatannya yang sudah berselingkuh dan melakukan hubungan badan dengan perempuan lain, aku tidak bisa melupakan hal tersebut.

Aku harus membenahi perasaanku secepatnya tapi bukan berarti aku langsung move on dan mencari pria lain untuk membantuku mengusir apa yang telah di isi oleh Kim dari hatiku.

Aku bukan tipe orang yang seperti itu, bukan tipe orang easy going dan dapat melupakan dengan mudahnya kejadian yang pernah terjadi padaku.
Tetapi aku juga bukan tipe orang yang mudah trauma.

Suatu hubungan pasti ada masalahnya. Dan aku bersyukur Tuhan membukakan mataku dengan memperlihatkan kebrengsekan Kim sebelum aku jatuh cinta lebih dalam padanya.

•••

"Rat, kita cari tempat ngopi baru lagi yuk" Kataku sambil merapikan barang bawaan karena sebentar lagi sudah masuk waktunya bubaran kantor.

"Eh, kenapa?" Tanya Ratna bingung.

"Ndoyong kan tau kafe itu, gue gak mau nantinya dia sering cari-cari gue di sana" Jawabku.

"Maksudnya?" Ratna menoleh padaku dengan wajah serius.

"Gue pengen nyari kerjaan baru deh" Ucapku pelan sembari memasukkan handphone sebagai barang terakhir yang masuk ke dalam tasku.

"Elu ngomong apaan sih? Random banget, belum kelar ngomong ini udah ngomong itu" Ratna menggaruk-garuk kepalanya.

"Nanti aja kita ngobrolnya, gak enak ngobrol di sini" Aku mengedarkan pandangan dengan suara pelan.

Tidak enak kalau teman seruangan mendengar keputusanku untuk berhenti bekerja dalam waktu dekat.
Keputusan ini memang mendadak, sebenarnya aku tidak ingin berhenti bekerja di perusahaan ini.
Gajinya lumayan tinggi, uang insentifnya juga dan lagi perusahaan ini sering mengadakan gathering baik dalam maupun luar negeri.

Tetapi semua kenyamanan yang akan dan sudah aku terima dari perusahaan ini bisa di kesampingkan daripada bertemu dengan Kim setiap harinya.
Kalau saja Kim bukan atasan, kalau saja aku tidak berpacaran satu kantor, kalau saja...
Agrr... semua sudah terjadi.

Aku berdiri dan melangkah, Ratna mengikutiku sambil melingkarkan tangannya di lenganku.

"Mau nyari-nyari tempat kopinya di daerah mana?" Tanya Ratna.

"Terserah, yang pasti yang kopinya seenak buatan Andri dan tempatnya cozy" Jawabku tidak bersemangat.

"Wah kita musti observasi dulu dong, apa malam ini kita datangin kafe per kafe dulu nyicipin kopinya satu-satu sampe mabok?" Ratna memencet tombol lift.

"Ya terserah aja" Ucapku pasrah.

"Kenapa sih lu? Kok mendadak lesu gini?" Ratna mengamatiku dengan seksama.

"Gak tau ah" Aku juga tidak mengerti kenapa mood ku tiba-tiba seperti ini.

"Bukan karena nyesel putus dari Ndoyong, kan?" Tanya Ratna dengan suara pelan karena di depan lift sudah banyak berkumpul karyawan yang hendak turun.

"Ya nggak lah" Jawabku cepat.

Buat apa menyesal, Kim memang pria idamanku, percuma kalau idaman dalam hal fisik tetapi bejat dalam hal sifat dan sikap, bisa-bisa aku akan membatin seumur hidup apabila sampai menikah dengannya.

"Banyak pria baik di luaran sana, semoga elu dapat pengganti yang lebih baik dari Ndoyong, yang setia, gak tukang selingkuh, yang kerjanya di Jakarta biar gak LDR kaya gue gini, hehehe..."

Aku tersenyum tipis menanggapi perkataan Ratna yang rasanya seperti dejavu karena Ratna pernah berkata demikian.

Kami masuk ke dalam lift secara tertib dalam diam.

Hembusan nafas pelan keluar dari mulutku setelah menarik nafas, Ratna menoleh, mungkin karena menyadari hembusan nafasku.

Mataku mengikuti gerakan tangan Ratna yang menepuk-nepuk punggung tanganku pelan.

Sekali lagi aku tersenyum tipis. Ratna sedang mengalirkan energi positif padaku agar aku sedikit bersemangat.

Pikiranku saat ini terlalu penuh dengan hal yang tidak penting, khususnya memikirkan Kim.
Tanganku yang bebas memijat pangkal hidungku karena terasa pusing.

Tepukan pelan dan lembut kembali aku rasakan.

Terima kasih Ratna sudah menjadi teman yang selalu memberikan kekuatan padaku.

Semoga saja keputusanku berhenti bekerja di perusahaan ini tepat.

Tbc

eaaa ratna so suit bener jadi temen 😍

30/9/23

Mission Fails Where stories live. Discover now