6. Black Rose

1.5K 171 11
                                    

Dering ponsel terus terdengar, membuat Harry kesal di sore hari ini. Ketika melihat nomor tak dikenal yang memanggilnya. Jemari yang lentik itu, mengangkat panggilan.

"Siapa?" Suaranya yang selalu terdengar lembut, hari ini terdengar sangat tidak ramah.

"Harry, ini aku Draco. Bisakah kita bertemu, aku mohon, sekali ini saja."

Memgernyit bingung, bagaimana si Malfoy mengetahui nomor ponselnya? Darimana dia tau?

"Tidak." Jawaban yang begitu singkat, Harry membanting ponselnya ke atas lantai.

Tak peduli jika di seberang sana, Draco menghela nafas kecewa. Penolakan dari Harry terus dirinya dapatkan dan dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan maaf-nya, meski harus bersujud di antara kaki Harry dan menurunkan egonya.

"Kau yang memberikan nomernya, Parkinson?" Harry menatap tenang cermin di hadapannya.

Tetapi Pansy tau, jika dirinya mihat kilatan marah di netra hijau yang jernih itu dan tentu saja membuatnya merasa sangat takut.

"Itu... Aku hanya memberikannya pada seorang pengusaha." Pansy sangat gugup ketika Harry meliriknya penuh intimidasi.

"Siapa?"

"Zabini, Blaise Zabini."

"Zabini adalah teman si Malfoy, sudah jelas jika dia yang menyuruhnya." Harry simpulkan.

"Maaf, aku tidak tau. Benar-benar tidak tau."

"Nope, bereskan riasannya cepat! Riddle sudah menunggumu sejak tadi."
.
.
.
.

"Dia mengangkat panggilannya?" Blaise menatap Draco yang terlihat cemas dan kecewa.

"Hanya sebentar, kemudian memutuskan sambungannya." Draco menggigit ujung kuku jempolnya.

"Maaf Drake, hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu."

"Tidak apa-apa." Draco tersenyum kecil. "Kau sudah berusaha membantuku."

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Aku sudah berpikir sejak lama, menghubungi Pandora dimana Harry bernaung, lalu membelinya untuk melepaskan Harry dari tempat laknat itu."

"Kau yakin? Yang aku dengar dari temanku di California, Harry memiliki tahta tertinggi disana, harganya sangat mahal, bahkan untuk 1 malam saja tidak masuk logika."

"Aku tidak semiskin itu Zabini..."

"Aku tau, tapi membeli Harry rasanya mustahil, kecuali jika kau hanya menyewanya."

Dan perkataan itu, mampu membuat Draco semakin down, apakah sekarang memang sangat sulit untuk menggapai Harry kembali?
.
.
.
.

Disisi lain, Harry terbanting keatas lantai saat Tom Riddle memukul kepalanya. Hanya bisa terdiam dan memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Aku bahkan sudah menyewamu secara mahal, tapi kau malah bersama pria lain disaat kesepakatan kita belum selesai!"

"Akh..." Harry merasakan cengkaram keras di lehernya. "Apa maksudmu?"

"Jangan berpura-pura bodoh, huh!" Cenkramannya semakin menguat, terlihat senang saat Harry sulit bernafas. "Kau malah berduaan dengan Malfoy!"

"A-apa?" Harry menatap Tom penuh keterkejutan.

"Jalang tetap saja jalang, seharusnya aku tau." Pria itu menyeringai remeh, kemudian terkekeh mengerikan. "Sudah cukup aku memperlakukanmu secara baik. Jadi acara utamanya kita mulai sekarang, tunjukan kepadaku kehebatanmu sebagai seorang jalang mahal, kelas atas."

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang