Bab 18

1.1K 159 7
                                    


Seorang pemuda dengan wajah tampan serta kulit putih khasnya tampak berjalan menuju sebuah cafe. Pemuda itu adalah Satria. Setelah bergelut dengan dua mata pelajaran yang diujiankan hari ini, Satria memilih untuk bersantai sejenak sambil menikmati minuman manis kesukaannya.

Satria memasuki cafe yang langsung disambut udara dingin yang membuat badannya semakin rileks.

"Mau pesan apa Mas?" Seorang pelayan wanita datang menghampiri meja Satria sambil membawa buku menu yang ia serahkan pada Satria.

Satria memilih meja yang ada dipojokan supaya ia bisa bebas memantau wanita-wanita cantik yang keluar masuk cafe ini. Posisinya benar-benar strategis menghadap kearah pintu masuk.

"Saya mau ini terus ini sama nomer hape Mbak deh." Goda Satria yang sontak membuat pelayan itu tersipu malu.

Wajah Satria yang tampan yang terlihat sedikit dewasa dengan model rambut barunya membuat wanita manapun pasti akan tersipu malu jika dirayu olehnya. Satria sengaja memakai sweater untuk menutupi seragam yang ia kenakan.

"Saya sudah punya suami Mas." Jawab si Mbak setelah beberapa saat lalu sempat berpikir untuk memberikan nomor ponselnya untuk pemuda didepannya ini.

Satria sengaja memperlihatkan ekspresi kekecewaan yang begitu kentara sehingga membuat si Mbak semakin salah tingkah sekaligus menyesali kondisinya yang sudah menjadi istri orang. Jika saja ia belum menikah mungkin ia akan bahagia dengan pemuda ini.

"Ya sudah deh Mbak nggak apa-apa. Orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk tidak berputus asa jadi bisa Mbak minggir saya mau melihat wanita-wanita cantik disebelah sana!" Dengan tanpa perasaan Satria mengusir si Mbak pelayan yang sempat dirayu olehnya tadi.

Satria tidak perduli dengan wajah si Mbak yang sontak berubah masam bahkan dengan kasar wanita itu mengambil buku menu yang diletakkan Satria di atas meja. Satria tampak mengedikkan bahunya dengan acuh, senyumnya mengembang lebar saat melihat dua orang wanita yang memasuki cafe menggunakan pakaian yang super seksi.

Satria sangat menyukai pemandangan seperti ini selain membuat otaknya refresh pemandangan didepannya ini juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam menganalisis. "Baju merah kayaknya ukuran 34b." Ujarnya dengan mata tertuju pada payudara wanita yang mengenakan kaos ketat warna merah.

Satria begitu asyik memperhatikan wanita-wanita itu tiba-tiba kursi didepannya ditarik dan seseorang yang sangat tidak ingin dilihat oleh Satria duduk disana. Satria sontak memutar matanya dengan malas, hilang sudah moodnya untuk menganalisis.

"Mau ngapain lo?" Tanya Satria pada Bita. Benar, wanita yang duduk dihadapannya adalah Bita mantan gebetannya.

"Satria kamu kenapa sih?" Bita mulai merayu Satria. Tangannya mulai bergerak menyentuh tangan Satria yang sontak dijauhkan oleh laki-laki itu.

"Gue muak sama lo! Jadi bisa tolong pergi dari sini?" Satria masih berbicara baik-baik meskipun ia tidak suka dengan keberadaan Bita namun ia masih sadar jika dirinya pernah menikmati kemolekan tubuh gadis ini jadi ia masih memiliki sedikit rasa kasihan.

"Satria aku beneran minta maaf untuk hari itu. Aku cuma cemburu jadi---" Satria segera beranjak dari duduknya, hilang sudah moodnya untuk menyantap makanan serta bersantai di cafe ini.

"Mas ini minumannya!"

"Kasih perempuan itu aja Mbak!" Teriak Satria sambil menunjuk kearah meja dimana wanita yang sempat dianalisis olehnya tadi berada.

Melihat itu wajah Bita semakin keruh dengan segera ia meraih tasnya lalu mengejar Satria yang sudah keluar dari cafe. Hari ini Satria membawa mobil karena rencananya sore nanti ia ingin singgah ke rumah baru Abang dan calon kakak iparnya.

My Lovely HusbandWhere stories live. Discover now