14. Selamanya..

279 29 0
                                    

Dua Tahun Kemudian...

Mew Point Of View On

Pria yang terlihat dewasa dengan setelan jas itu adalah istriku. Dia sedang menungguku di parkiran yang berada di fakultas kedokteran sambil menyandarkan tubuhnya ke mobil. Setelah dia bangun dari tidur panjangnya, semuanya berubah. Dia menyuruh aku berhenti mengurus perusahaan dan hanya fokus dengan pendidikan kedokteranku saja. Yapss aku pindah jurusan dan memulai semuanya dari awal.

Aku melambaikan tanganku ke arahnya untuk memberitahu bahwa aku telah keluar dari dalam gedung. Dia membalas lambaian tanganku. Dia sungguh-sungguh terlihat seperti sugar daddy sekarang. Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalaku ketika melihat tingkah lucunya.

"Kenapa tersenyum seperti itu? Apakah ada sesuatu yang lucu?" Tanyanya sambil memanyunkan bibirnya.

"...."

Tinggal lima langkah lagi jarak antara aku dengannya, tapi dia langsung berlari dan memelukku. Terkadang aku melupakan sesuatu, aku lupa, kalau dia seumuran denganku, karena kini tampilannya seperti orang dewasa yang usianya lebih tua diatasku beberapa tahun. Tampilan memang selalu mempengaruhi penilaian orang lain terhadap kita.

"Jangan tersenyum seperti itu! Aku cemburu!" Ucapnya.

"Huh? Kenapa kamu merasa cemburu?" Aku sedikit merasa bingung.

"Iya soalnya kamu tampan banget kalau lagi senyum." Gulf kini melepaskan pelukannya.

"Ini kan senyumnya untuk kamu sayang, bukan untuk orang lain! Kok kamu malah cemburu sih?"

"Tetap saja, karena orang lain bisa melihat hal itu! Lihat tuh temenmu ngga berhenti melihat ke arah kita!"

"Sifat cemburumu semakin bertambah dari tahun ke tahun!"

"Ini karena suamiku semakin tampan! Aku tidak rela jika ada seseorang yang melihat ketampananmu! Kamu hanya boleh tampan saat berada di dalam kamar berdua dengan aku saja!"

"Posesif!"

"Aku ngga peduli kamu mau bilang apa, yang aku tahu, aku sedang melindungi milikku."

"Aku mengerti, jadi kita mau makan siang dimana hari ini?" Tanyaku kepadanya.

"Hari ini kan kamu yang menentukan! Bukan aku!"

"Ahh iya aku lupa. Kata temanku ada sebuah restoran baru yang buka di daerah sini, mau kesana?"

"Apa menu makanannya?"

"Makanan Thailand kok."

"Ohh hmm..."

"Apakah kamu ngga suka? Kita bisa ke tempat lain kalau kamu ngga suka."

"Ngga kok, aku suka. Aku emang lagi pengen makan makanan Thai."

Aku mengulurkan tanganku kepadanya. Dia terlihat bingung dan malah mengulurkan tangannya kepadaku. Tangannya kini sedang menggenggam tanganku dengan erat. Aku tersenyum dan dia terlihat semakin bingung.

"Kunci mobil sayang.."

"Ahh maaf, aku kira.." Dia kini terlihat sangat malu.

Setelah dia memberikan kunci mobil kepadaku, aku berjalan menuju ke arah mobil sambil menggenggam tangannya dengan erat. Ketika sudah berada dekat dengan mobil, aku membukakan pintu untuknya dan dia masuk ke dalam mobil itu. Aku menutup kembali pintu itu lalu pergi ke sisi lain.

Sepanjang perjalanan ke restoran itu, Gulf tidak berhenti berbicara kepadaku menceritakan pekerjaannya di perusahaan hari ini. Meskipun aku sudah tidak mengurus perusahaan lagi, tapi Gulf selalu melibatkan aku dalam setiap keputusannya. Dia selalu meminta pendapatku. Meskipun aku sudah pindah jurusan, akan tetapi aku masih mempelajari pelajaran jurusanku yang dulu.

SLEEP (END)Where stories live. Discover now