Chapter 21 | Rencana, dan Wrath |

6 2 0
                                    

Trio pulu-pulu ini menuju ke penginapan yang telah dipesan oleh Zakka. Dikarenakan mereka ini berempat, dua laki-laki dan dua perempuan. Zakka harus memesan dua kamar terpisah.

Sebagai pemimpin kelompok pulu-pulu ini, Zakka memerintah untuk sejenak berkumpul membahas rencana mereka kedepannya, dan dibalas oleh anggukan kepala oleh mereka bertiga.

Mereka membahas rencana dikamar Zakka dan V. Duduk di lantai dan membuat lingkaran. Zakka meletakkan peta Negara utara di tengah-tengah mereka, dan ditatap datar oleh Refka. "Zak... Perasaanku peta ini tidak akan berguna, karena dari prolog sampai chapter ini kita pakai teori pulu-pulu atau enggak teori nenek moyang buat arah jalan." Ucapnya.

Zakka menempelkan jari telunjuknya di mulut Refka, untuk diam. "Kali ini kita tidak akan memakai teori pulu-pulu, atau teori nenek moyang. Kali ini kita akan menggunakan otak." Ujarnya dengan serius. "Sebelum kita memulai pembahasan, aku akan menujukan satu hal yang penting." Zakka mengambil sesuatu dibalik sakunya, dan itu adalah sebuah kertas.

Zakka menunjukan kertas itu dihadapan mereka, dan membuat Refka dan Yelena mengernyit, "ini adalah kertas yang kudapat dari si pedagang aneh itu. Tidak seperti kalian yang isinya aneh, aku mendapat informasi darinya. Aku tidak tahu untuk tujuan apa si pedagang itu mengasih informasi ini secara Cuma-Cuma, dia pasti memiliki maksud lain." Ucap Zakka, dan ia menaruh kertas itu diatas peta.

"Tertulis disitu, si pedagang aneh mengatakan 'Jalanmu sudah benar, saint. Tetapi jangan terlalu lengah. Rekan pahlawanmu itu adalah bagian yang tidak diinginkan oleh para dewa. Harap hati-hati." Zakka menopang dagunya, sambil melihat ke arah Refka yang mengerutkan alisnya. Yelena juga melirik ke arah Refka, karena satu-satunya pahlawan disini adalah Refka. Sedangkan V hanya diam dan menyimak.

"Refka... Aku memang belum lama mengenal dirimu, meskipun kita pernah sesekali bertemu di medan perang tapi hanya sebatas sebagai saint dan prajurit. Aku tidak memaksa dirimu untuk bercerita tentang apa yang dimaksud dari bagian yang tidak diinginkan itu. Tetapi, tujuan kita adalah melawan dewa. Jika kau adalah bagian yang tidak diinginkan, bisa saja itu menjadi kunci kemenangan kita." Ucap Zakka, ia memang tidak memaksa Refka untuk bercerita, melihat kondisi Refka yang tidak stabil setelah 10 tahun hidup dalam peperangan. Tidak ada orang yang waras, setelah bertahan dalam peperangan itu.

Ucapan Zakka cukup menyentil hati Refka yang mungil. Meskipun itu sudah berlalu, tapi sampai saat ini ia tidak bisa melupakan perang itu. Refka menggaruk bagian leher belakang, "yang kau maksud dengan bagian yang tidak diinginkan oleh dewa, sebenarnya aku juga tidak tahu. Tetapi, aku pernah mendengar sebutan itu saat melawan wrath dulu." Refka memanggil Wrath untuk datang, dan muncul sebuah bentuk astral berukuran kecil di tengah-tengah mereka.

Yelena tersenyum mengejek, "ho~ aku tidak tahu, bahwa sang kemarahan memiliki wujud yang imut seperti ini." Ejek Yelena kepada Wrath.

Wrath mendengar ejekan Yelena, langsung mendelik tajam. "Heh, bangsa lautan sialan. Beraninya kau mengejek diriku yang agung ini." Ucap Wrath mengagungkan dirinya.

Mereka berdua saling bertatapan, yang kedip duluan dia yang kalah. Saling mengejek satu sama lain, tanpa menghiraukan situasi mereka saat ini. Refka yang melihat perkelahian kekanakan antara rekannya dengan Wrath. Ia menghela nafas, Refka tidak menyangka sifat Wrath akan berubah menjadi kekanakan seperti ini.

Refka mencoba menghentikan perkelahian ini, "hey, hentikan kalian berdua!" Seru Refka, tetapi dirinya malah di serang balik.

"Diam kau bocah labil!"

"Diam Refka! Makhluk ini meremehkan ku!"

2-0

Refka punduk dipojokkan.

Zakka mengusap kedua matanya lelah, sedangkan V hanya menonton adegan pertarungan sambil tertawa. Pada akhirnya, Zakka memukul dua orang ini dengan kekuatan suci.

"Jika kalian berkelahi lagi, bisa dipastikan kekuatan suci ini menghapus kalian. Terutama kau Wrath." Zakka menunjuk ke arah Wrath yang menunduk minta maaf. Zakka melirik ke arah Refka yang masih dipojokan, "kau juga Refka, sebaiknya ke sini." Perintahnya, dan langsung secepat kilat duduk kembali ke tempat semula. V merasa lega karena tidak ikutan dimarahin.

Mereka kembali membahas rencana, dengan tambahan Wrath. "Wrath, kau sudah pasti mendengar apa saja yang kami bicarakan mengenai tentang bagian yang tidak diinginkan oleh dewa." Ucap Zakka, dan dibalas anggukan oleh Wrath.

Wrath melirik ke arah Refka, dan tersenyum remeh. "Bagian yang tidak diinginkan oleh dewa, adalah entitas tak bernama. Dan Refka merupakan salah satu dari 3 pecahan entitas tak bernama itu." Ujarnya, dan itu membuat Zakka, Yelena, V, dan Refka sendiri juga ikutan terkejut.

"Loh kok kamu kaget juga?" Tanya Wrath kepada Refka, "sebenarnya aku juga enggak tahu, bahwa aku salah satu pecahan entitas tak bernama itu." Jawab Refka, benaran kaget dia.

Lah... Si empunya sendiri aja kagak tahu.

Zakka mendadak berpikir serius, jika memang benar Refka merupakan salah satu bagiannya. Maka, ini sesuai dengan cerita garis keturunan terdahulu. Mengenai dulunya para dewa sangat membenci dengan entitas tak bernama ini. Padahal mereka satu jenis dengan mereka. Zakka menatap Refka yang sedang ribut dengan Wrath, mungkin saja ini bisa menjadi celah kemenangan mereka untuk melawan dewa, tanpa harus mencari relic terdahulu.

Zakka menatap Yelena dan V yang masih dalam terkejut, lalu matanya kembali menatap Refka. "Begitu..." Zakka tersenyum, "aku sudah menduganya. Sebuah keputusan yang bagus, aku merekrutmu, Refka."

Entah kenapa Refka merasa punggungnya menjadi dingin, ia mempunyai firasat Zakka membuat rencana aneh kembali. Apakah keputusannya sudah benar untuk bergabung dengannya? Entahlah, sampai sekarang Refka masih mempertanyakan hal itu.

To be Continue 

Sebelum Tidur | end Season 1 |Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt