5. Salam Malam (revisi)

371 40 8
                                    


"anda... Tuan Oxiem?"

"Benar, saya personifikasi kekaisaran Oxiem sekaligus wali dari Nord Atlan"

"..."

Indonesia terdiam sesaat, matanya memperhatikan sosok itu dengan seksama."Tuan Indonesia? Apa ada yang salah?" Bisik TNI bingung karena Indonesia kini hanya terdiam.

"Aku iseng bertanya bukan karena tidak tahu tapi... dilihat dari responya yang tidak terlalu kaku... ini bukanlah pesan titipan kan?" Terka Indonesia. Sikap dan tindakan Indonesia membuat Oxiem tertawa sementara Ali hanya tersenyum.

"Hahaha! sesuai yang terdata ya" dia tertawa dengan keras sembari tersenyum lebar, dia terlihat begitu ramah meski Indonesia tak yakin itu senyuman palsu atau bukan. "anda memang adalah orang yang peka ya, Tuan Indonesia. Benar saat ini kalian tengah berhadpaan secara tidak langsung dengan diriku. Inilah alasanku meminta Nord Atlan untuk mengundang kalian diam-diam" Jelas Oxiem.

"Apa yang terjadi dengan PKI juga sama?" Indonesia bertanya dengan tenang.

"Benar, dari pada menitipkan pesan, ini seperti aku merasuki suatu benda, kemampuan ini disebuat [pesan terakhir]. karena begitu aku selesai merasuki targetku dan menyampaikan apa yang aku inginkan objek itu secara singkat akan menerima dampak kerusakan yang besar bahkan kematian bagi makhluk hidup yang kurasuki"

"Berarti kondisi PKI tadi-" TNI hampir saja meluapkan emosinya, beruntung Ali segera mengkoreksi.

"PKI adalah salah satu orang yang telah terlatih, ia tidak akan menerima dampak yang besar hingga mengancam nyawanya, tenang saja" ucap pria itu dengan lembut dan jelas.

"Nord benar, PKI bukanah orang yang akan mengeluh hanya karena menderita kesakitan dalam hitungan menit. Dari pada itu bagaimana kalau kita mulai saja perbincangan ini?" Baik Ali maupun Oxiem, keduanya mengangguk yakin.

.
.
.

"Aku sekarat...!" Keluhan tak penting terdengar di ruangan itu.

"kayaknya umurku pendek nih" seorang pemuda dengan penutup mata sebelah kanan tampak terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit.Keluhan dari PKI terus terdengar dan kedua sahabat itu saling bergengaman tangan.

"Nazi.. kalau kau nanti bertemu dengan si Moli, Anjing kesayanganku.. tolong katakan aku masih menyayanginya ya.. sepertinya aku tidak bisa bertahan.. oh iya bilang juga jangan pup sembarangan di taman ya.. aku capek di omeli VOC.."

"Kau ngomong apa sih, jangan begitu kau masih punya hutang uang padaku..!.. nantinya siapa yang mau bayar?" Jawab Nazi dengan ekspresi khawatir hutangnya tak di bayar.

"Kalau itu sih tinggal minta aja ke Pak Ali, kan dia kaya.." jawab PKI dengan wajah datar.

"Lalu mengapa kau tak memintanya untuk merawatmu saat ini saja dia kan bisa dengan mudah menyembuhkan dirimu, jadi umurmu masih panjang dan kau bia membayar hutangmu." Nazi tak mau kalah, ia juga memasang wajah datarnya seakan berkata 'kalau mau pura-pura pun aku juga bisa' dengan tegasnya sambil membanting bantal ke muka PKI.

"Ogah" hanya satu kata, namun itu sukses memicu seribu pukulan beruntun.

Brak-!

"H-hey apa yang terjadi-" Mendengar suara ribut-ribut Nato dan Who seketika memasuki ruangan dan di hadapannya kini kedua anak itu tengah saling bertengkar, Nazi tak berhenti memukul bantal yang PKI pegang sebagai bentuk pertahanan dirinya.

"Mati aja kau! dengan begitu beban negara berkurang!" teriak Nazi.

"Hah aku jadi gak mau mati, kalau ku biarkan kau memimpin divisiku bisa-bisa cuman ada pembantaian!!" sahut PKI.

Fly Away Season 2Where stories live. Discover now