17. masa masa lampau

117 19 3
                                    

note: semua  yeng tertulis di buku ini hanya fiksi semata dan murni dari pemikiran author

Mohon di maafkan/lapor kalau ad typo

[Flashback]

"Sejarah memang tidak lebih dari daftar kejahatan, kebodohan, dan kemalangan umat manusia." - Edward Gibbon

Hujan malam itu menguyur Batavia begitu deras, di masa yang jauh dari masa depan dan harapan serta kesengsaraan dunia modern, seorang anak miskin biasa berlari menerjang hujan. Pikirannya yang polos dan tak pernah memikirkan bagaimana bentuk dunia itu hanya fokus pada dirinya sendiri, tentang bagaimana dia bisa membawa roti di pelukan nya itu pulang untuk kakeknya.

Anak itu terus berlari dan berlari. Dia tak mempedulikan keadaan lingkungan sekitarnya, kesengsaraan manusia, penderitaan atas kemiskinan, suara bisu para pribumi  yang dianggap rendah dan bangsawan yang menindas mereka yang mereka anggap rendahan itu. Ia sudah biasa melihat itu, dan dia menganggap itu adalah hal yang wajar terjadi di tanah airnya. "Kakek! Saya pulang bawa makanan!" Dia memasuki sebuah gubuk tua di pinggir jalanan kota. Namun alih-alih di sambut dengan senyuman, ia malah melihat beberapa orang berkulit putih dengan rambut pirang sudah menginjak-injak sosok yang ia anggap   kakeknya.

Dia terdiam terpaku untuk beberapa detik sebelum kemudian mencoba melawan dan mengusir para penjajah itu keluar dari gubuk mereka, namun Indonesia pada saat itu hanya anak kecil lemah.

Pada akhirnya Indonesia juga mendapatkan pukulan. Para penjajah keluar dari gubuk mereka, setelah para penjajah sadar bahwa pria tua yang mereka pukuli sudah tak lagi bergerak apalagi bernafas. Hanya karena dia dan kakek itu  melakukan kesalahan kecil, para Londo bisa dengan mudah menginjak-injak mereka. Indonesia menatap orang tua yang sudah dia anggap kakeknya  itu dengan tatapan kosong, menyadari sudah segila apa manusia-manusia itu.

Perlahan, Indonesia terus berpergian mengelilingi Nusantara, menyelinap dari satu gerobak ke gerobak lain hanya demi bisa hidup dan kembali menyaksikan ribuan kisah pilu warga di Hindia Belanda itu.

Benar, ini adalah masa dimana Indonesia terus hidup dalam pelarian selama bertahun-tahun, masa di mana penjajahan adalah hal yang lumrah. Tanpa mengetahui apa tujuan hidupnya, dan melihat berbagai penindasan yang di alami oleh bangsanya di bawah jajahan orang-orang asing.

"Kenapa semuanya mati kecuali aku"

Dan saat ia mengetahui dia bukanlah manusia dan ternyata  bisa hidup abadi, ia menjadi benar-benar putus asa. Hidup abadi tanpa tujuan atau petunjuk akan jalan apa yang harus ia pilih. Selama kurang lebih 300 tahun, ia terus melihat keegoisan manusia, dan ia membenci mereka atas keegoisan itu.

Namun ketika ia sadar bahwa membenci juga adalah sebuah keegoisan, dia tahu bahwa dirinya tak lebih sama seperti mereka.

"Begitu ya..."

"Tapi bukankah anda juga ingin melihat dunia itu.. ?"

"dunia dimana tidak ada lagi peperangan"

Dan tepat di masa ini, ketika Indonesia mendengar harapan manis yang tak realistis itu. Ia hanya bisa terdiam untuk sesaat.

"Dunia di mana semua orang bisa hidup dan tak ada lagi kematian?."

"A-apa?" Itu memang adalah hal paling mustahil untuk terwujud, hal yang di harapkan sebagian besar manusia  namun juga di tentang sebagian dari mereka yang sudah mengetahui sisi asli di balik keindahan dunia.

Bohong kalau dia tak ingin melihat dunia yang seperti itu, namun Indonesia seketika kembali tersadar bahwa itu adalah sebuah kemustahilan. "Tidak ada dunia yang seperti itu" Jawab Indonesia dengan tegas. Namun Ali hanya tersenyum.

Fly Away Season 2Where stories live. Discover now