Part 3. Mogok

317 23 2
                                    

Sesampainya di rumah, Farrel langsung merebahkan tubuhnya diatas sofa ruang tamu. Badannya terasa sangat sakit, ia tadi pulang dengan berjalan kaki. Ya, kalian tidak salah baca, Farrel pulang sekolah berjalan kaki sampai rumah.

Bukan tanpa alasan mengapa ia pulang dengan berjalan kaki.

Tadi waktu kelas tengah belajar pelajaran terakhir, Panca mengajaknya untuk pulang bersama.

Dirinya yang mendapatkan tawaran gratis itu tentu saja langsung mengiyakan ajakan tersebut. Tapi ketika mereka sedang dalam perjalanan dari sekolah menuju rumah Farrel, tiba-tiba saja kendaraan yang mereka tumpangi berhenti bergerak. Mereka pun lantas turun dan mengecek motor milik Panca itu.

"Waduh, kenapa lagi coba ini motor?." Tanya Panca yang sedang mengecek motornya.

"Bensin lo habis kali?."

"Kaga, udah gue isi full kok kemarin. Cuma gak tahu ini kenapa tiba-tiba mati."

"Mau ke bengkel aja gak?." Tawar Farrel.

"Boleh, tapi di sini gak ada bengkel, jadi harus didorong dulu sampai depan sana. Lo gak apa-apa?." Mereka berdua memang berhenti di tempat yang sepi, dan di sepanjangan jalan itupun hanya ada satu warung. Jadi mau tak mau Farrel pun ikut membantu Panca mendorong motornya sejauh itu hingga sampai ke bengkel. Itung-itung ini balas budinya pada Panca yang sudah mengajaknya pulang bersama, walau memang kita tidak bisa memprediksi sesuatu apa yang akan terjadi ke depannya.

Setelah mendorong motor yang cukup memakan banyak waktu, akhirnya mereka telah sampai di bengkel. Panca langsung menemui montir dan menjelaskan apa yang terjadi pada motornya dan montir pun segera mengecek motornya Panca.

"Kayanya ini masalahnya ada di mesin motornya deh, Mas."

"Kira-kira kenapa ya, Mas?."

"Masnya jarang servis mesin, ya?."

"Saya kalau servis mesin kadang suka lupa mas, kadang 2 bulan sekali, kadang 4 bulan, kadang engga sama sekali." Montir yang mendengar penjelasan dari Panca hanya memanggut-manggutkan kepalanya.

"Ini yang bisa memperbaikinya cuma sama anak mekanik, Mas. Tapi karna bengkel kita lagi ramai, kemungkinan agak lama. Masnya mau nunggu, gapapa?."

"Oh, iya, gapapa Mas saya tunggu aja." Jawab Panca.

"Kalau begitu saya tinggal dulu ya, Mas. Mau ngelanjutin." Panca pun mengangguk paham dan pergi menemui Farrel yang sedang duduk di kursi tunggu.

"Gimana?." Tanya Farrel yang melihat Panca datang ke arahnya.

"Mesin motor gue kayanya bermasalah. Terus karna hari ini bengkel mereka lagi ramai, jadinya gue disuruh tunggu dulu. Gue rasa ini bakalan lama karna emang lagi ramai gini." Katanya dan melihat ke arah sekitar mereka, "Lo kalau mau pulang duluan juga gak apa-apa, Rel. Takut nyokap lo nyariin lo karna belum balik. Udah mau gelap juga kan."

"Tapi lo gapapa kalau gue tinggal sendirian?."

"Buset, Rel. Gue udah gede gini, santai. Lo pulangnya mau naik apa?."

"Kayanya jalan kaki."

"Gak capek emang? Lumayan lho dari sini ke rumah lo. Bisa ada 30 menit lebih."

"Iya sih, gue mau menghemat aja, jadi mending jalan kaki."

Bohong. Ia pulang dengan berjalan kaki bukan karna dirinya ingin menghemat, tapi karna ia yang lupa membawa uang.

Sebenarnya bisa saja kalau ia pulang dengan memesan ojek online, terus nanti ia akan bayar ketika sudah sampai di rumah.

Tapi apa daya, kuota saja ia tidak punya.

Kalian jangan menyuruh Farrel untuk minta tethering dengan Panca. Dia saja bahkan selalu jadi langganannya Windra setiap hari, sampai si pemilik terkadang marah karna kuotanya habis tanpa sepengetahuannya.

Farrel memang suka sekali menyulitkan dirinya sendiri.

"Oh, ya udah, terserah lo aja. Hati-hati ya, kalau udah sampai rumah kabarin gue." Farrel menjawab dengan menganggukkan kepalanya dan pergi pamit meninggalkan Panca di bengkel menunggu motornya sendirian.

Seperti itulah cerita penyebab badannya kini remuk seperti mau lepas.

Sudah sekitar 15 menit ia merebahkan badannya di sofa, Farrel langsung mempaksakan badannya bangun dan berjalan ke kamar mandi dengan sisa tenaganya untuk membersihkan badannya dari kotoran luar, setelah itu ia harus kembali merebahkan badannya di kasur empuknya.

ASMARALOKAWhere stories live. Discover now