Part 5. Kantin

296 23 1
                                    

Apa yang kalian rasakan kalau guru mata pelajaran yang seharusnya sedang mengajar di kelas tiba-tiba dikabarkan tidak masuk karna ada urusan mendadak? Pasti kalian senang, bukan?

Kalau kalian tanya pertanyaan seperti itu ke Farrel, maka jawabannya adalah, "Bingung." Yap, Farrel tidak tahu harus bereaksi seperti apa kalau ada disituasi itu. Senang? Tentu saja, siapa sih yang tidak suka pada jam kosong? Aneh mereka itu. Membosankan? Iya juga. Karna disaat seperti ini itu anak-anak di kelas pada sibuk dengan urusan mereka masing-masing serta menjadi berisik. Itu yang Farrel tidak suka.

Kondisi ruang kelas sudah tidak bisa dikatakan rapih lagi. Semuanya kacau dan semakin berisik. Farrel sudah tidak nyaman dengan situasi seperti itu. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar kelas, tak tahu tujuannya ke mana, asal ia tidak di dalam kelas.

Ia berjalan melewati koridor dari kelas lain dengan santai, matanya tak berhenti melihat-lihat lapangan dan kelas lain yang ia lewati, tapi seketika arah mata dan kakinya berhenti bergerak ketika ia mau melewati kelas 12 IPA A-1 ruang kelas si anak pintar, termasuk kelasnya seorang Gibran.

Tanpa mengatakan apapun, Farrel melanjutkan langkah kakinya kembali ke arah tujuannya sekarang, kantin. Ya, memang hanya tempat itu satu-satunya tujuannya.

🌻

Sesampainya di kantin, Farrel langsung membeli makanan kesukaannya-kue soes Mbak Ratna.

"Mbak, kue soesnya 2 ya. Nanti yang bayar si Windra, Mbak."

"Siap, Dek. Minumannya gak sekalian?."

"Boleh deh, mau nutrisari jeruknya satu, ya."

"Oke, mbak bikinin dulu ya." Farrel membalas ucapan Mbak Ratna dengan anggukkan senyum dan mulai memakan kue soesnya.

Keadaan kantin berbanding balik dengan di kelasnya tadi, di sini sepi dan nyaman. Mungkin karna sekarang jam pelajaran juga. Jadi hanya ada satu atau dua orang yang di sini entah mereka sedang apa.

Baru saja ingin menggigit kue soesnya yang kedua kali, suara seseorang mengagetkannya.

"Ngapain di sini?." Tanya orang itu.

"Makan."

"Emang dibolehin?."

"Gak tahu."

"Ini kan bukan waktunya jam istirahat, ngapain udah ada di kantin? Lo mau ketahuan guru piket?."

Farrel menghembuskan nafasnya kasar dengan mulutnya yang penuh makanan. "Sekarang jamkos, Bu Erna sama Pak Agus gak dateng ke kelas hari ini, jadinya kita 4 jam gak ngapa-ngapain. Gue bosen. Lagian sekarang di kelas berisik, gue gak nyaman, jadi mending ke sini aja makan ini." Jelas Farrel sambil mengangkat setengah kue soesnya.

Si lawan bicara mencubit pipi kembung Farrel.

"Ken, sakitt." Farrel mengaduh.

"Oh, sorry-sorry." Ucap Gibran dengan jari tangan yang kini membelai lembut pipi milik Farrel yang tadi ia cubit.

"Tadi kamu pakai apa? Lo? L O?."

Gibran yang mendengarnya hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, "Tapi kamu juga tadi pakai panggilan itu!" Farrel memanyunkan bibirnya. "Aku takut ada orang lain di sini." Lanjutnya

"Ada kok."

Gibran lantas berdiri dari kursi, "SIAPA?."

"Mbak Ratna." Jawab Mbak Ratna dengan membawa minuman pesanan Farrel tadi.

Gibran membuang nafas lega, "Kirain orang lain."

"Hahaha, maafin Mbak ya, Gi."

"Gak apa-apa, Mbak."

"Kamu sendiri ngapain di sini? Bukannya tadi aku liat kelas kamu lagi pada belajar, ya?."

"Memang, tapi aku pengen keluar sebentar, niatnya mau beli minum sama habis panggil Bu Desi sih, tapi malah ketemu anak hilang di sini. Jadinya aku samperin deh." Farrel mencubit pinggang kecilnya Gibran, yang dicubit menampilkan gigi kelincinya.

"Balik gih, nanti kamu dicariin."

"Sama siapa?."

"Adik kelas unyu-unyu kamu yang sering sengaja mondar-mandir di depan kelas kamu lah."

"Cemburu nih ceritanya?."

"Kaga, biasa aja. Udah sana, nanti dicariin Marco."

"Ah, bohong kali."

"Lo mau gue tabok?." Tanya Farrel membuat Gibran ketawa mendengarnya.

"Seragamnya bagaimana?." Gibran mencoba mengubah topik obrolan.

"Kaya yang kamu liat." Farrel merentangkan kedua tangannya untuk memperlihatkan kepada Gibran, "Kegedean."

"Iya sih."

"Lagian kamu tadi maksa banget buat dipakai!."

"Emangnya kamu mau pakai baju yang basah? Terus juga noda jus jeruk punya Marco gak bisa hilang begitu. Apa gak kedinginan nanti?."

"Iya iya iya. Sudah sana balik ke kelass."

"Ya udah, aku balik ke kelas dulu ya. Kamu jangan kelamaan di sini, nanti ketahuan Pak Jaya bahaya."

"Iyaa."

"Aku balik, kamu langsung balik juga."

"Iyaaa."

"Makannya jangan lama-lama, habis selesai langsung ke kelas."

"Iyaaaa."

"Farrel?."

"Apalagi Gibran Kenneth? Udah san-," Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, bibir merah muda Farrel sudah dibungkam oleh bibirnya Gibran.

"Kalau makan jangan berantakan, udah gede kok kayak anak kecil." Ucapnya. "Btw, krim soesnya enak juga. Pantes kamu suka." Setelah mengatakan kalimat tersebut, Gibran dengan santai pergi dari kantin meninggalkan Farrel yang mematung di tempat.

"GILA YA LO GIBRAN KENNETH, INI MASIH DI AREA SEKOLAH, ANJING!."

〜〜〜

S

iapa itu yang katanya bakalan update 2 hari sekali tapi nyatanya update sesuai mood? Cuih, pembohongan publik.

Haloo, haha, maaf aku baru sempat buat update lagi. (⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)

Mungkin kedepannya aku bakalan update sesuai hari aja kali ya? Nanti aku bakalan kasih tau ke kalian untuk hari apanya aja, okey?

Btw btw, happy 5 part guys, ahay. So far gimana ceritanya? Ada part yang ngebosenin atau gak nyambung gitu gak? I need criticism and suggestions from you, guys. Agar lebih semangat lagi dalam update (⁠ノ⁠`⁠Д⁠'⁠)⁠ノ⁠彡⁠┻⁠━⁠┻

Kalian bisa bilang itu di sini, ya!! Kalau kalian malu atau takut bilangnya, it's okay, ini anonim kok, jadi kalian gak perlu sungkan buat bilang ke aku ya.

https://tellonym.me/hellosunny_

Love, 🌻

ASMARALOKAWhere stories live. Discover now