petualangan -4

277 15 5
                                    

Semenjak kejadian itu, para warga menyambut mereka dengan hangat. Suara teriakan warga langsung lenyap seketika.

Tabib itu tersenyum kepada mereka "namaku dena-tara-neda kalian bisa memanggilku dena. Mari anak-anak, kalian bisa ikut bersama ku" Ajak dena.

Mereka mengikuti langkah dena dan akhirnya mereka sampai kerumah dena. Tubuh tua itu cekatan menghidangkan makanan di atas meja. Makanan nya sama seperti makanan rumahan di bumi, nasi.

Ali sudah melupakan amarahnya, dia berbisik kepada raib "jauh sekali kita pergi ke dunia paralel hanya untuk makan nasi" Raib hanya tersenyum sambil mengangguk.

"Silahkan dimakan anak-anak" Ucap dena mempersilahkan.

Seli kesusahan untuk memegang sendok, tanganya bergetar menahan rasa sakit. Ia kesulitan untuk menyuapkan makanan ke mulutnya.

Ily yang melihatnya langsung mengambil alih sendok yang dipegang seli. "Biar aku saja yang menyuapi mu" Ily menyendok nasi dan hendak menyuapkan nya, tapi seli menggeleng "biar aku sendiri ily, aku sudah banyak merepotkan kalian. Kau juga harus makan" Seli berseru.

"Tidak papa, tangan mu sedang sakit seli. Tolong jangan membantah" Ucap ily membujuk. Akhirnya seli menerima tawaran ily, ily sesekali menyuapkan nasi kemulut nya sendiri.

Ali dan raib yang melihat intraksi dua orang ini, hanya terkekeh pelan. Mereka seperti sedang menonton drama secara live.

Dena yang memperhatikan ily yang sedang menyuapi seli, langsung bertanya "ada apa dengan tangan mu nak?, boleh aku lihat" Ucap dena sambil menggulung lengan baju seli setelah mereka selesai makan.

"Astaga, mengapa tanganmu sampai seperti ini nak? Ini pasti sangat sakit" Ucap dena langsung berdiri dan pergi mengambil obat.

Ali dan raib meringis saat melihat lengan seli yang bertambah parah.

Tak lama dena kembali dengan semangkuk minyak, Ia mengoleskanya ke pergelangan tangan seli yang memar. "Sebentar lagi tanganmu akan membaik" Dena berseru sambil tersenyum.

Waktu satu jam nyaris selesai. Pintu rumah Dena diketuk, tabib tua itu melangkah membukakan pintu.

Ternyata itu istri tetua kampung dan putrinya yang tadi di patuk oleh ular berbisa, mereka datang dengan bungkusan kain besar perbekalan.

Gadis itu tersenyum sambil memberikan bungkusan itu ke ily, ia hendak menjabat tangan ily. Sepertinya dia kagum melihat ketampanan yang dimilikinya.

Sebelum gadis itu menjabat tangan ily, seli lebih dulu menjabatnya. Ia tidak mau ily disentuh oleh orang lain. Ali, raib, dan ily menahan tawa melihat seli bersikap seolah-olah cemburu. Tangan nya langsung baik dan tidak sakit lagi.

"Hanya ini yang bisa kami sediakan sebagai ucapan terimakasih" Ucap istri tetua itu. Raib menerimanya dan langsung mengucapkan terimakasih.

Raib, ily, ali dan seli memutuskan untuk segera pergi. Perjalanan mereka masih jauh. Tangan seli juga sudah membaik berkat minyak yang dioleskan oleh dena.

Tapi sebelum pergi raib memberikan obat penawar itu ke dena, karna menurutnya warga desa disini lebih membutuhkan.

"Untuk kalian" Ucap raib. Dena gemetar menerima botol kecil itu. "Ini benda berharga sekali nak, Kalian sungguh mulia" Ucap dena sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca.

Semua orang masih menonton mereka melangkah di pematang sawah, satu dua dari mereka masih berseru marah seperti mengusir. "Ia kami pergi, siapa juga yang mau tinggal disini" Jawab Ali sambil berteriak dengan bahasa yang sama-sama tidak saling mengerti.

selyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang