Episode 40

878 51 5
                                    

Setelah mendengar berita itu, Celine merasa sedikit takut. Ia merasa dirinya akan diserang tak berapa lama lagi.

Xaverius yang mengetahui kekhawatiran Celine langsung menenangkannya.

"Kau tidak perlu khawatir, karena aku akan melindungimu dengan bersungguh-sungguh." Ucap Xaverius sambil menatap manik mata Celine.

Celine menatap Xaverius dengan tatapan merasa lega lalu ia tersenyum.

"Terimakasih Xaverius. Aku mengandalkanmu."

Xaverius tersenyum mendengar ucapan terimakasih dari Celine.

.
.
.

Sekarang aku harus memperkuat tubuhku. Aku harus bisa menguasai teknik berpedang sempurna dengan cepat. Ayoo sekarang waktunya latihan fisik!!

Celine sudah berganti pakaian untuk berlatih pedang bersama Friz.

Kakak ada urusan mendesak terkait pekerjaan diluar kota dan dia sudah berangkat dari pagi buta tanpa memberitahuku dulu. Hufft padahal aku ingin berlatih dengan kakak juga.

.
.
.

Setelah sampai ditempat latihan berpedang, Celine melihat Friz sudah ada disana sedang mengayunkan pedang ke boneka kayu.

"Friz?"

Friz menghentikan gerakannya lalu menatap kearah sumber suara.

Dia melihat Celine sedang berlari kecil kearahnya.

"Nona, ada apa pagi-pagi ke tempat latihan?"

"Aku ingin berlatih pedang, ajari aku semua yang kamu bisa. Aku ingin lebih kuat dari sekarang." Semangat Celine.

"Kenapa tiba-tiba anda ingin lebih kuat?"

"Tentu saja supaya aku bisa melindungi tubuhku sendiri tanpa bantuan oranglain."

"Kenapa nona harus cape-cape melakukan itu, itu adalah tugasku. Tapi jika aku bilang seperti itu, semangatnya pasti akan menurun. Baiklah aku akan melakukan apa yang dimintanya." Batin Friz.

"Jika nona lelah, langsung beristirahat saja, jangan memaksakan diri."

"Iya iya baiklah."

Aku tidak akan cepat menyerah meskipun lelah. Karena sekarang, aku sudah bertekad untuk menjadi lebih kuat!

Mereka pun memulai latihannya. Friz tidak langsung mengajarkan hal yang sulit pada Celine. Ia memulai dari awal, seperti posisi kuda-kuda, cara memegang pedang yang benar, mengatur nafas, pemanasan sebelum bertarung, baru Friz mengajarkan teknik-tekniknya.

Dimulai dari teknik menangkis, menghindar, mendaratkan serangan hingga teknik yang lumayan sulit dipraktekkan seperti menyerang bagian fatal di tubuh lawan, melumpuhkan lawan dalam sekali serangan atau mempercepat ayunan pedang hingga bisa memotong bagian tubuh lawan dengan sangat mudah.

Dan ajaibnya Celine bisa melakukan semuanya dengan baik tanpa perlu Friz ajari 2 kali. Itu karena Friz mengajarinya dengan cara mudah sekali dipahami hingga Celine mampu mengerti semua yang Friz ajarkan dalam waktu cepat.

Friz yang melihat perkembangan Celine yang sangat pesat begitu takjub. Hingga kehabisan kata-kata.

Setelah mempraktekkan semua yang diajari oleh Friz sendirian, Celine meminta pendapat Friz.

"Apa aku melakukan semuanya dengan benar?"

"Itu sudah sempurna nona. Sekarang coba berlatih dengan menyerangku." Ucap Friz.

"Baiklah" Celine mulai memasang kuda-kuda dan mulai menyerang Friz.

"Ini luar biasa! Walaupun baru aku latih sekali tapi nona sudah menguasai semua teknik dengan bagus. Saat menyerang pun badannya tidak kaku dan terus mencoba mendaratkan serangan. Kemampuan menghindarnya pun sangat halus. Dia juga menangkis serangan ku tanpa gentar. Fokusnya dalam bertarung pun sangat bagus." Batin Friz sangat takjub.

Tranggg

"Friz fokuslah!" Ucap Celine yang mengetahui lawannya sedikit gagal fokus saat menangkis.

"Ah ya maaf nona." Friz mulai fokus kembali.

"Siapa yang menjatuhkan pedang lawan duluan maka ia pemenangnya, bagaimana?" Tanya Celine sambil masih bertarung.

"Itu ide bagus, aku tidak akan mengalah." Senyum Friz.

"Bagus!" Seringai Celine, lalu mulai mempercepat gerakannya.

"Kecepatannya bertambah!" Pikir Friz.

Tanpa mereka sadari, mereka sedang menjadi tontonan seluruh orang yang ada di kediaman duke. Termasuk orangtua Celine.

"Aku tidak tahu anak perempuanku sehebat itu dalam berpedang!" Terkejut Duke Claude.

"Kamu benar, aku juga baru mengetahuinya. Kemampuannya sudah seperti Cecilion saja." Terkejut Duchess Charlotte.

"Sepertinya kita kurang meluangkan waktu bersama anak-anak hingga tidak tahu perkembangan mereka." Duke Claude tersenyum kecut.

"Makanya jangan terlalu sibuk, aku juga ikut sibuk karena dirimu hingga melupakan anak-anak." Kesal Duchess.

"Haha baiklah, baiklah." Tawa Duke.

"Jangan tertawa!" Kesal Duchess.

.
.
.

Syuttt

Srakk

Trangggg

Celine berhasil menjatuhkan pedang Friz, lalu menyodongkan ujung pedang didepan leher Friz.

"Aku menang" Senyum Celine.

Friz yang terkejut karena kekalahan dan pedang yang mengarah padanya langsung menyunggingkan bibirnya ketika melihat Celine.

Prok

Prok

Prok

Semua orang bertepuk tangan termasuk Friz.

Celine terkejut karena ia tak menyadari kehadiran penonton sebelumnya.

"Anak ibu hebat sekali!!" Ucap Duchess dari kejauhan.

"Ibu? Ada ayah juga?" Terkejut Celine saat melihat sekeliling.

"Mereka sudah menonton dari awal nona bertarung." Ucap Friz.

"Kenapa baru beritahu sekarang??" Malu Celine.

"Aku pikir nona mengetahuinya."

"Ohh ya ampun malu banget!!" Gumam Celine menundukkan kepalanya, menahan malu. Tepukan tangan itu semakin riuh dibarengi dengan teriakan senang.

"Nona sangat hebat! Walaupun baru sekali aku ajarkan, tapi nona mampu menguasai semuanya dengan cepat. Itu bakat yang luar biasa!" Friz memuji Celine secara langsung karena terlewat kagum.

Celine mendongak melihat kearah Friz. "Haha ini berkat kau juga, terimakasih." Senyum Celine.

"Bukan apa-apa nona." Senyum bangga Friz.

Apa sekarang aku sudah selangkah lebih maju? Ternyata aku hanya butuh tekad yang kuat. Selebihnya berusaha sekuat tenaga.

...

Bersambung

THE KING OF VERANCEWhere stories live. Discover now