(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)

1.1K 16 0
                                    

“Kamu serius sudah siap sekarang, Mar?” tanyaku hati-hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Kamu serius sudah siap sekarang, Mar?” tanyaku hati-hati.

Si Mario menggeleng dan berkata, “Kalau nunggu siap, sampai kapan pun ya enggak bakal siap, Mike…”

“Lha terus?” tanyaku bingung.

“Tapi, kalau untuk elo, gue mau lakuin semuanya, Mike…”

 

Ilustrasi: Mario Valentino

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ilustrasi: Mario Valentino

Mario kini mencumbu mulutku, tidak peduli lagi dengan mulutku yang masih bau pejuhnya. Sambil Mario melumati mulutku, jari-jari tangannya terus memain-mainkan lubang pantatnya agar siap dimasuki kontol besarku. Aku benar-benar terpana dengan kecupan manis Mario di mulutku. Kami saling melumat dan menikmati mulut masing-masing sementara Mario masih sibuk melemaskan otot-otot di pantatnya agar siap dimasuki oleh kemaluan pria untuk pertama kalinya. Masih mencumbui mulutku, Mario tampak kebingungan dan mengobol-obok isi pantatnya.

“Ada apa sih, Mar?” tanyaku kebingungan setelah melepas kecupan bibirnya.

“Ini kira-kira udah siap belum, ya? Udah licin dan rileks belum, ya?” tanya Mario tidak bisa menyembunyikan rasa groginya. “Gue takut belum licin, terus sakit pas disetubuhin elo, Mike!”

Aku pun tertawa melihat kekonyolan si Mario. Segera saja aku kecup bibirnya sekilas, lalu berbisik.

“Konyol deh kamu!” kataku sambil mengacak-acak rambutnya gemas. “Kamu pakai pelicin aja, ya… Biar enggak sakit, Mar…”

Aku berdiri dari kasurku dan berjalan untuk mencari-cari pelicinku di laci di dekat kasur.

“Elo punya barang gituan di laci kamar begini?” tanya si Mario kaget. “Elo kagak takut ketahuan orang tua atau pembantu elo, Mike?”

“Mana mungkin sih mereka berani tanya-tanya!” jawabku enteng. “Lagian, pelicin sama kondom itu alat tempur wajib bagi para homo kayak aku, Mar!”

“Alat tempur kata elo!” si Mario ketawa-tawa menanggapi aku. “Ngewe aja elo samain kayak berperang melawan penjajah pada jaman 1945 ya?”

Setelah menemukan pelicinnya, aku kembali ke kasur menghampiri si Mario yang sudah terlentang pasrah sambil mengocok-kocok kemaluannya yang sudah melemas setelah orgasme tadi. Kupukul kepalanya sambil dia masih tiduran di kasur.

KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)Where stories live. Discover now