Prolog

32 20 10
                                    

Terkutuklah kamu wahai manusia-manusia yang hina

Yang berdiri dengan kaki pincang sambil memijak muka para jelata

Kau lemparkan sekuntum keserakahan dengan triliunan kencana emas

Yang kau koar-koarkan sampai kampung sebelah

Kau gaungkan kemenangan atas darah-darah yang kau tumpahkan dengan ceroboh

Ingatlah, detik waktu yang terus berulang-ulang aku lubangi

Lembaran takdir yang terus aku sudahi

Akan tiba saatnya dimana kau akan tenggelam

Dalam genggaman kuku-kuku tajamku dan fatamorgana yang menguap

______&&🥀___

Gadis itu terus berlari menyusuri semak-semak belukar di depannya. Terkadang ia tempelkan punggungnya ke beberapa batang pohon untuk melihat keadaan di belakang. Gadis itu terengah-engah, merintih ketika sadar alasa kakinya yang sudah lepas entah sejak kapan.

"Sepertinya di sini sudah aman," ucapnya lirik.

"Aman dari siapa?"

Gadis itu yang baru saja ingin merebahkan tubuhnya, menegang lala melihat sesosok pemuda dengan tatapan tajam berdiri di hadapannya. Seorang pemuda gempal keturunan asia. Tangannya yang berotot menggenggam pisau yang berlumuran tanah. Gadis itu meneguk ludahnya, berusaha menahan gemetar yang dia rasakan sekujur tubuh.

"A-ku bisa jelaskan..."

"Jelaskan apa? Bahwa kau adalah..."

"KAU TIDAK TAHU CERITA SEBENARNYA!!! BERHENTILAH BERNIAT MEMBUNUHKU. AKU TIDAK MELAKUKAN KESALAHAN APAPUN!!"

Gadis itu berteriak seluat tenaga sambil menahan isak tangis yang sudah ia pendam berjam-jam lamanya.

"Lagipula kenapa engkau membela jiwa-jiwa yang berdosa. Mengabaikan kejahatan yang merajalela. Bukannya kau juga korban dari keserakahan itu? Lantas...apa yang kau pikirkan ketika kau berkeliling dan memburu orang-orang yang tidak sepaham denganmu?"

Gadis itu memecahkan isak tangisnya. Tubuhnya lemas dan lelah. Sekujur tubuhnya seperti dipenuhi oleh jarum-jarum yang menusuk. Kini gadis itu hanya bisa pasrah saat pemuda itu mendekat ke arahnya.

"Jangan menangis!" ucapnya dengan nada lembut. Namun, tangis gadis itu malah semakin keras.

"Sudah kubilang jangan menangis!!!" kesal pemuda itu. Pemuda itu termenung di hadapan gadis di depannya. Hanya mendengarkan tangis-tangis gadis itu sambil menggenggam pisau di tangannya.

"Akan kuberi kau satu kesempatan. Katakan yang sebenarnya! Jika tidak, kau tidak akan pernah melihatku lagi. Juga semua kenangan yang kau jaga sampai saat ini," ancam pemuda itu dengan nada dingin. "Cepat, katakan!"

Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap pemilik sepasang mata cokelat tua di depannya. Gadis itu bergumam lirih sebentar, menata hatinya yang tengah porak-poranda.

"Sebenarnya...dia bukanlah bencana."

*****

Halooo gimamana prolognya? Seru gaaaa? Kenalin aku lovie cookie, panggil aja lookieee. Ini adalah cerita keduaku di lapak ini. Walau yang satu lagi udah aku unpublish heheheheh.

Pemeran utama di sini tuhh changbin dari stray kids makanya aku pilih genre fanfict hehehhehe. Aku STAY soalnyaaa. Yang stay juga mara suaranyaaaaaa //suara confetti dan terompet//

Penasaran gimana lanjutannya gaaa?

Skuyyy ke bab 1

Salam,

Lookie

Hollowing Your DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang