KECEBONG ABDIAN #3

237 28 6
                                    

Deru mesin sepeda motor Bagas melaju santai di jalanan kota yang senggang sore itu, kali ini ada yang berbeda dari biasanya. Yeah dia tidak berkendara sendirian lagi, Alvino memeluk pinggang Bagas dengan erat, menenggelamkan wajah western tampanya di pundak Bagas, menghirup dalam dalam aroma Bagas.

"Kita mau kemana?" Suara teredam Alvino yang berat menyita perhatian Bagas, dia melirik kaca spion sekilas lalu tersenyum.

"Ke rumah gue" jawab Bagas dengan sumringah, namun Alvino sangat kaget dia langsung mendongak. "Ke rumah.. rumah kamu?! Tapi.." Tangan Bagas mengelus tangan Alvino yang masih setia di pinggangnya. "Kenapa? Takut?" Dijawab anggukan oleh sang uke.

Gilaaaaa, nih om om napa kiyowo sekali?! What the.. tegak cok! Tot, gatot.. jangan tegang dulu, dia lagi bunting Tot.. sabar ya dedek _Bagas

"Gue mau kenalin lo ke mereka, bentar.. gue sebutnya calon suami atau calon istri?"

"Saya laki laki, Bagas..." Alvino kesal, mood nya gampang berubah ubah.

"Iya iyaa, calon suami yang lagi hamil anak gue" di jawab tabokan renyah dari Alvino tepat di pundak kiri Bagas, Bagas hanya terkekeh merespon geplakan mesra Alvino.

Motor sport itu berhenti di depan sebuah pagar perumahan elite yang hampir semuanya bernuansa klasik, Bagas menekan sebuah tombol dan dengan segera sang satpam merespon dari dalam.

"Selamat datang, Tuan Muda" dua orang pria dengan seragam satpam yang rapih membukakan gerbang untuk sang Tuan Muda Bagas, motor itu memasuki pelataran luas sebuah rumah dengan arsitektur klasik bergaya aropa dan ber cat putih gading dengan dua pilar besar di depan dan taman yang lumayan luas. "Tolong parkir in motor gue yak" ucap bagas sembari membantu Alvino melepaskan helm nya. "Baik, Tuan Muda" tak lama empat maid dengan gaun hitam dan putih selutut datang menyambut Bagas dan Alvino.

"Selamat datang, Tuan Muda" ucap keempat maid itu dengan serempak sambil membungkuk lalu menunduk, "daddy ada di rumah?" Tanya bagas sambil menggandeng erat tangan Alvino. "Tuan Besar dan Nyonya sedang ada urusan, makan siang dan air hangat sudah siap. Apakah Tuan Muda ingin makan terlebih dahulu atau langsung mandi?" Tanya seorang maid yang masih muda bahkan sangat cantik sambil membantu Bagas melepas jaket kulit nya, itu membuat Alvino kurang nyaman. "Ga dulu, gue mau main dulu sama dia" Bagas menatap Alvino dengan lembut, Alvino hanya tersenyum kecut sebagai jawaban.

Dua maid membuka pintu kayu besar untuk Alvino dan Bagas, dua yang lain mengikuti di belakang dengan membawa jaket Alvino dan Bagas. Saat memasuki rumah itu, Alvino tidak mampu berkata kata karena tidak kalah mewah dengan Mansionnya. Rupanya Keluarga Bagas juga pebisnis, dengan nakal Bagas menggendong alvino secara tiba tiba dan mencium pipinya. "Gue anak tunggal.. sepi kan?" Ucap Bagas sambil mengendus leher Alvino. "Hentikan, Bagas... ada banyak orang disini.. uhm.." Alvino berusaha mendorong wajah Bagas menjauh namun percuma, "jadi kalau ga di sini bisa dong? Gatot udah tegang om.." keluh Bagas di akhir kalimat sambil terus membelai Alvino.

"Kenapa kau sangat mesum.. turunkan saya, Bagas.."

"Engga mau"

"Bagas.. saya mohon, jangan di sini.."
Iya, mereka masih di sofa ruang tamu.

"Kalian semua pergi aja gpp, gue sibuk" titah Bagas tegas pada semua maid di sana, kini hanya ada mereka berdua.

Tangan Bagas yang nakal sudah membuka dua manik pakaian Alvino di bagian perut dan dadanya, belaian tangan kasar Bagas seperti sangat nikmat sekaligus menggelikan. Anehnya Alvino menginginkan lebih dari ini, lebih dari sekedar belaian dan kecupan.

"Anghhh... emhhh.. Ba-bagas... nanti ada yang lihat.." erang rendah Alvino merespon jilatan, gigitan, remasan, dan kecupan Bagas yang seolah selalu lapar untuk melahap Alvino.

"Tubuh lo tuh candu buat gue"

Tidak hanya berhenti di sana, Bagas kembali menjelajah ke paha Alvino, dia membuka sabuk kulit milik Alvino dan resleting celana coklat panjang milik Alvino, mengusap.. benar benar hanya mengusap adik milik Alvino yang semakin sesak di balik kain itu, kaki Alvino bergetar.

"Berhentilah mempermainkan ku... ahk~ damn..."

Dia membuat ku menggila lagi, seperti malam itu. Tidak, kali ini jauh lebih baik.. aku menginginkan lebih.. beri aku lebih banyak.. bagas..

Salivah Alvino merembes saat mereka saling berciuman, permainan itu semakin panas, sampai akhirnya kini Alvino duduk di pangkuan Bagas, kedua tangan Alvino meremas rambut belakang kepala Bagas dengan penuh gairah.

"Om, gue udah ga tahan lagi..."
Alvino bisa merasakan Bagas menggesek miliknya di bawah, wajah Alvino sudah semerah tomat.

"Pelan pelan ok.. ingat, saya sedang hamil.."

"Ga janji"

"Bagas..."

"Haha iya iya.. janji bakal pelan pelan"

Dan...

Brak!

"Mama pulang~!! Eh... kyaaaaa!! Bagas!!!"

Iyak, mak gue liat gue hampir begituan di ruang tamu.. sama om om.. keren kan?

"Mam! Tunggu, dengerin Bagas dulu! Aduh sayang, pakek celananya.. ma! Jangan liat! Ini aset punya bagas!!"

Kacau.. sangat kacau..

[Berlama lama kemudian]

"Abdian Bagaskara, jelasin ke Mama SEKARANG!"

Mereka duduk dengan sangat canggung, Iya guys, mereka di sidang oleh Sultanah, Mamanya Bagas.

"Ma, jadi gini.. Bagas hamilin anak orang"

Dan sebuah vas melayang ke arah Bagas, hampir kena jidat tapi syukurnya Bagas mengelak, Alvino sudah lelah dengan kebodohan Bagas jadi dia hanya diam dan menunduk malu.

"Kamu, siapa kamu?"

"Hm, saya Alvino Algarendra"

"Algarendra.. oh! Kamu pemilik Algarendra company ?"

Alvino mengangguk, Sultanah lanjut pindah duduk di sisi Alvino. "Tadi Bagas bilang dia hamilin anak orang, pacar kamu di hamilin sama bagas?"

Alvino terbatuk karena pemikiran Sultanah yang melenceng sangat jauh, bahkan sangat konyol, dia menggeleng. "Terus? Siapa yang hamil? Tadi kok kalian begituan? Kalian pacaran? Bagas.. mama kok ga tau kalau kamu gay?"

Sekarang Alvino tahu dari mana sikap bodoh dan Unik Bagas berasal..

"Saya hamil anak Bagas.."

"Gimana gimana? Aku pasti salah denger, ya kan?"

"Engga kok ma, om Vino beneran hamil anak bagas, cucunya mama"

Baiklah, Sultanah tidak bisa berkomentar apapun. Dia terlalu syok lalu dia memijat keningnya dengan sangat slay. Wanita cantik dengan rambut perak itu menatap putranya lalu alvino bergantian, menghela nafas dan memegang tangan Alvino.

"Aku sih ga masalah.. kalian udah pada dewasa, udah ngerti konsekuensi dan tanggung jawab. Mama cuma takut reaksi bapaknya Bagas, ya.. nanti mama bakal pikirin cara handle bapaknya Bagas"

"Makasi ma! Tuh kan om.. mama aku santai"

"Terimakasih nyonya"

"Jangan manggil gitu, kan sekarang kamu menantu ku.. manggilnya jangan nyonya"

Cukup melegakan melihat reaksi Sultanah yang kelewat santai ketika mengetahui fakta putra tunggalnya memiliki kekasih laki laki bahkan menghamili laki laki itu. Sultanah bahkan menyambut dengan hangat kehadiran Alvino dan memanjakan Alvino seharian, namun dia menghukum Bagas.

"Tangannya harus selalu di atas! Awas kalau sampai turun satu centi aja.. uang saku mu Mama potong! Ga ada motor baru!"

"Huweeee mama, ini meja berat ma... angkat bantal aja ma.. atau ga angkat om vino juga gpp muehehe"

"Angkat yang tinggi! Sampek bapakmu pulang!!"

KECEBONG ABDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang