Chapter 14

374 37 1
                                    

Untuk dirimu yang sedang membaca ini,
Terima kasih sudah berjuang sampai hari ini.
Jika kamu merasa gagal, tidak apa-apa. Fakta bahwa kamu masih bernapas hingga detik ini, itu sudah lebih dari cukup.
Terima kasih sudah lahir di dunia ini,
Terima kasih sudah bertahan meskipun sangat sulit.
Kamu hebat.

"Ino, kamu mau ke mana?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ino, kamu mau ke mana?"

Chris mengemudikan mobilnya melewati padatnya jalanan Jogja saat siang hari. Ino yang baru selesai sesi terapi dengan Sam, kini sudah duduk di sampingnya di dalam mobil.

"Hm... terserah."

"Heh, nggak gitu. Aku mau kasih reward buat kamu, jadi bilang ke Kakak kamu punya wishlist apa?"

"Hah? Reward apaan Kak?"

"Reward karena kamu sudah berjuang untuk bertahan hidup sampai hari ini." Chris mengeratkan genggaman tangannya pada Ino, sementara tangan kanannya sibuk membanting setir.

"Kamu sudah berusaha keras bertahan hidup sampai detik ini, walaupun Kakak tahu itu berat banget. Jadi kamu layak dapat self-reward. Kamu mau ngapain aja deh hari ini, Kakak jabanin."

Ino tidak menyangka Chris akan mengatakan hal itu.

Semua orang lainnya hanya menganggap hari-hari yang berlalu itu biasa saja. Semua orang lainnya berpikir, bangun tidur di pagi hari itu hal sepele.

Tapi bagi Ino, untuk survive satu hari saja itu sudah sangat berat dan menyakitkan, butuh usaha yang sangat keras. Tidak ada yang tahu seberapa berat rasanya untuk berusaha tetap hidup, berpura-pura baik-baik saja dan beraktivitas seperti biasa layaknya orang lain. Dia sendiri tidak menyangka masih bisa tetap bernapas di usia dua puluh tahunnya ini.

"Jadi, kamu mau apa?" tanya Chris lagi.

"Aku mau... Kak Chris."

Chris menaikkan alisnya bingung, "Aku? Maksudmu—"

"Aku mau waktunya Kakak," sambung Ino lagi. "Seharian ini sama Kakak. Uh, boleh?"

"O-oh, kirain apa." Mendengar jawaban Ino, Chris terkekeh pelan dan mengacak rambut pemuda di sampingnya.

"Well, oke Tuan Pradipta. Tuan hari ini mau ngapain? Cuma naik mobil aja seharian?" ledek Chris.

"Ya nggak naik mobil doang! Hm... makan es krim?"

"Itu aja?"

"Aku udah lama pingin nyobain gelato yang terkenal itu... Kayaknya semua orang di Jogja udah pernah nyoba itu. Tapi aku belum, soalnya kalau sendirian ke sana aku nggak berani..."

"Well, tapi sekarang kamu nggak sendirian lagi," Tangan Chris usap lembut paha Ino. "Aku temenin ya? Kakak beliin gelato yang banyaaak, atau tokonya sekalian Kakak beli. Nanti nama tokonya diganti jadi Ino Gemoy Gelato. Yang beli di sana dapat bonus cium dari Ino."

Porcelain ✔️ [Banginho]Where stories live. Discover now