3

1.4K 221 37
                                    

       "Selamat untuk kelulusanmu." Freen memberikan buket bunga untuk Becky yang diterima gadis itu dengan senyum tipis.
Freen menahan diri untuk tidak menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Dia tahu Becky tidak akan suka dengan gagasan itu.

"Terimakasih," ucapnya lirih.

Tidak ada sesi bersama keluarga, tidak ada yang menghadiri moment terbaik dalam hidupnya selain Freen, orang yang sebenarnya tidak Becky harapkan. Namun dia tidak meminta lebih. Dia bisa lulus dengan nilai terbaik sudah cukup untuknya. Becky tidak ingin lemah dengan keadaannya saat ini.

Setelah mengambil beberapa foto, Becky langsung ingin pulang padahal Freen sudah menyiapkan sedikit kejutan untuknya.

Freen tidak bisa mencegah keinginan Becky, akhirnya dengan menyesal Freen menuruti keinginan gadis itu.

Tapi Freen terkejut ketika Becky tiba-tiba keluar lagi dari kamarnya sambil membawa koper.

"K-kamu mau kemana?" tanya Freen dengan terbata. Gadis itu takut jika Becky benar-benar akan keluar dari rumahnya.

"Sudah saatnya aku keluar dari sini. Terimakasih untuk semua bantuanmu."

"Tidak. Tidak. Kamu tidak boleh pergi." Freen mencoba merebut koper dari tangan Becky tapi gadis itu segera menepisnya.

"Kamu tidak berhak menahanku," sentak Becky dengan suara keras.

Nyali Freen langsung menciut, kedua matanya sudah berkaca-kaca.
Sial sekali, dia tiba-tiba teringat kelimat ibunya yang mengatakan dia lemah. Hati Freen menjadi sakit berlipat-lipat.

"Kumohon jangan pergi," pinta Freen dengan ekpresi melasnya.

Becky tidak mengerti kenapa Freen bersikap begitu. Dia sedikit tidak tega tapi dia harus tega.

"Aku pergi."

"Tidak. Tidak. Kumohon." Freen berlutut lalu memeluk kaki Becky membuat gadis itu tercengang tidak menyangka.

"Lepaskan. Apa yang kamu lakukan."

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi." Freen mengetatkan pelukannya.

"Kenapa?"

"Kenapa!" Becky mengulangi pertanyaannya dengan lebih keras ketika Freen tidak menjawabnya.

Freen kembali terkejut mendengar Becky kembali membentaknya. Gadis itu melepas pelukannya lalu berdiri tanpa mengalihkan pandangannya dari Becky.

"Kenapa?" tanya Becky lagi. Dia meneguhkan dirinya agar tidak lemah karena air mata Freen.

"Karena aku menginginkanmu untukku," jawab Freen.

"Omong kosong apalagi Freen. Kamu ingin menjadikanku apa?" Becky murka.

"Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu."

Bercky tercengang dengan pengakuan Freen. Dia mencoba mencari tahu kebohongan di mata Freen namun dia tidak menemukannya. Mata Freen menunjukkan keseriusannya.

"Kamu tidak perlu mengkasihaniku," ucap Becky kemudian.

"Aku tidak kasihan kepadamu. Aku mencintaimu." Freen menegaskan.

"Berhenti bicara omong kosong."

"Tapi memang itu yang aku rasakan." Freen terpancing emosi.

Becky menatap mata Freen sejenak.
"Kalau begitu jangan diteruskan," ucap Becky.

"Kenapa?"

"Karena apapun yang kamu rasakan terhadapku tidak akan mengubah fakta bahwa kamu adalah pembunuh ayah dan ibuku. Kamu adalah orang yang paling aku benci di dunia ini."

Rewrite the stars Where stories live. Discover now