Bab 14 : Mimpi yang manis

46 8 0
                                    

Kini Juna binggung, kenapa pria dewasa di depannya ini ingin memanggil nya dengan panggilan yang lebih tua, Apalagi ia merasa aneh saat menatap iris hitam itu.

"Kamu mirip dengan kakak saya yang pernah menghilang 10 tahun yang lalu, kami juga memiliki nama yang sama dengan adik mu bukankah ini terlalu kebetulan kita bertemu?" kekeh Samuel.

Juna tak mengerti, tapi dia sadar kalau ada sesuatu yang menarik nya ketika bertemu pria tsb.

"Kami?"

"Aku bukan anak tunggal, aku memiliki tiga saudara. Adikku bernama Choi Mino Bagaskara, lalu Choi Tobby Axelo dan terakhir bungsu kami Choi Karan Alano."

Juna terkejut mendengar nya. Nama mereka hampir sama dan ini bukan kebetulan.

"Yung, hoamm ngantuk." tiba-tiba Karan bersuara, adiknya itu mengucek matanya karna mengantuk dan yang lain juga sama.

"Kita lanjutkan pembicaraan ini besok." putus Juna di angguki oleh Samuel.

"Oke Keith, kau bisa tidur di kamar tamu di sebelah dapur." ucap Juna merasa canggung, cukup sulit juga jika nama keduanya sama apalagi pria itu menyuruhnya memanggil nya tanpa embel-embel apapun.

"Terima kasih Hyung." ucap Samuel tersenyum tulus.

...

Saat terlelap Juna tak menyadari kalau dirinya akan bermimpi hal serupa yang di alami Samuel.

Di alam bawah sadarnya, pemuda itu binggung karna dirinya berada di sebuah tempat dengan langit keunguan dan tumbuhan berwarna perak yang belum pernah ia lihat.

Dimana ini?

Seperti gambaran fantasi, imajinasi dalam pikirannya terpancing hingga binar takjub itu ada karna melihat banyaknya kupu-kupu yang berada di tempat itu.

"Akhirnya kita bertemu..."

Juna sedikit terkejut saat mendengar suara orang lain. Pemuda rubah itu langsung menoleh dan membulatkan matanya tak percaya ketika sosok yang ia temui dengan pakaian putih polos namun terkesan elegan karna hiasan lembut dan corak di sekitar lengan pakaian itu membuat nya terkesan seperti baju pangeran. Tapi yang lebih mengejutkan adalah wajah pemuda bersurai hitam sepanjang sebahunya itu mirip sekali dengan Juna seolah tak ada garis yang membedakan mereka.

"Kau...siapa?"

"Nama ku Yukio, makhluk di sini memanggil ku pangeran dari Neverland." ucapnya sambil menatapnya dalam hingga Juna tak sadar tengelam dalam iris mata kebiruan itu.

"Pangeran Neverland? itu benar-benar nyata?" tanya Juna.

"Buktinya aku ada di depan mu ..."

"Lalu jika kau berasal dari Neverland di mana kita?"

"Tempat yang mirip Neverland, saat aku datang di mimpi seseorang kalian akan merasa kan berada di tempat seperti Neverland, kenyataan nya kalian telah melihat negri Neverland." ucap sang pangeran.

Juna masih tak percaya dengan apa yang di alaminya, ada sesuatu yang membuatnya gelisah.

"Dan ....kenapa wajah kita berdua bisa sama?" tanya Juna heran.

Pangeran itu memiringkan kepalanya lalu tersenyum.

"Karna kau kembaran ku di dunia manusia, sementara aku seorang pangeran dari negri fantasi."

Ucapan itu terdengar masuk akal, akan tetapi siapapun yang melihat mereka berdua akan sulit membedakannya.

"Tidak ada perbandingan antara kau dan aku. Tapi kau terlihat lebih kuat di banding aku, kau juga yang memiliki hati sangat lembut dan baik, mungkin...kau juga memiliki takdir yang sama dengan ku." ucap nya.

"Takdir?apa maksudmu aku akan tinggal di sini?"

Pangeran itu mengeleng pelan.

"Seharusnya...tapi nasib mu di pertaruhkan di sana."

Juna makin tak mengerti dengan perkataan sang pangeran tapi dia mencoba memahami.

"Kau memiliki takdir yang sedikit tak biasa, sebuah perjuangan atau pengorbanan besar itu akan tiba ketika kau bersama pasangan mu."

"Dengan pasangan ku?siapa?"

"Well, itu masih rahasia." Sang pangeran terkekeh melihat ekspresi datar Juna.

"Hanya saja kau harus bisa melawan nya agar manusia tetap hidup."

...


Mimpi Samuel.


"Kupu-kupu! hihihi..."

Pemuda tinggi itu memperhatikan keempat bocah yang sedang bermain di tempat yang memiliki warna keemasan serta warna-warna lain. Entah bagaimana dia bisa berada di sana dan dirinya tidak sendiri, karna saat ini pandangan nya tak lepas untuk terus memperhatikan empat anak kecil yang pernah ia temui.

"Bukankah mereka adiknya Juna?" gumamnya.

"JUNA YUNG!" teriakan melengking dari Bagas kecil mengagetkan pemuda tinggi itu.

Hingga ia melihat sosok familiar yang menghampiri keempat anak tsb.

"Hai adik-adik." Yukio alias sang pangeran Neverland kini di hadapan mereka yang pernah mendengar kisahnya.

Pemuda bermata biru safir itu berjongkok mengelus kepala Karan.

"Yung?" tampak Samuel kecil binggung karna warna rambut Hyung rubahnya berubah menjadi hitam dan sedikit panjang, tapi menurutnya Hyungnya tetap tampan dan keren di matanya.

"Ya? nama mu Samuel kan?"

"Hum."

"Aku pangeran Yukio, pangeran yang sering di ceritakan oleh Hyung mu itu."

"Pangelan Nevelland?" ucap Tobby mendapat tepuk tangan kecil dari pemuda bermata biru itu.

"Kau sangat pintar rupanya."

Tobby memekik senang begitu halnya Samuel yang juga tak kalah senang karna bertemu sosok  yang di sebut pangeran dari negri paling jauh itu.

"Jadi Juna Yung adalah pangelan Nevelland?" tanya Samuel.

Yukio mengeleng pelan.

"Mungkin kami mirip, tapi aku ataupun Juna adalah dua orang yang berbeda."

Keempat bocah itu lalu menunjukkan raut binggung yang menggemaskan.

"Mau bermain dengan ku?" tiba-tiba ajakan itu terlontar dari mulut sang pangeran membuat anggukan antusias dari mereka.

"Baiklah." Sebelum beranjak sang pangeran melirik ke arah pemuda dewasa yang dari tadi berdiri mematung. Memberikan senyuman simpul pangeran itu melambaikan tangannya pada pemuda tsb.

"Sam...apa kau tak mau ikut dengan kami?"







Magical Story Of Prince Neverland Where stories live. Discover now