DUA BELAS

683 24 4
                                    

HAPPY READING

N

yaman sekali rasanya duduk di ayunan dimalam hari ditemani udara dingin yang menusuk kulit serta suara-suara serangga yang bersahut-sahutan.

Sudah lama sekali rasanya Aruna tidak menduduki ayunan milik majikannya, tidak ada aturan untuk menaiki ayunan tersebut, siapa saja bisa.

Biasanya setiap bosan, Aruna akan duduk disana, tidak perduli dengan waktu. tapi karena kesibukannya, banyak kebiasaannya yang berubah.

Tapi karena sudah memasuki minggu liburan, Aruna bingung harus apa, hingga terbesit dipikirannya untuk menaiki ayunan tersebut.

Jika kalian berpikir Aruna akan stress karena di bully disekolah tadi, sama sekali tidak! toh ini bukan yang pertama kali buat Aruna.

Ingin menyerah dan tidak melanjutkan pendidikan? sudah tanggung. Tinggal beberapa bulan lagi, dia akan selesai menempuh pendidikan 12 tahunnya. dan inilah kehidupan sebenarnya yang harus dihadapi Aruna.

Aruna ingin sekali menjadi dokter.

Aruna hanya bisa berharap pada jalur undangan dan jalur UTBK. untuk jalur mandiri, Aruna menyerah. dia tidak ingin terlalu memberatkan bebannya pada bundanya.

Aruna melihat lampu kamar Guntur yang masih menyala, itu tandanya pria itu belum tidur. lagipula sangat langkah ada lelaki yang tidak begadang.

"Ngapain lo liatin kamar Gue?" Aruna salah tingkah mendengar suara yang berasal dari belakangnya

oh ayolah, tanpa melihat ke belakang Aruna sudah tau siapa yang berbicara disana.

"So tau banget sih" ketus Aruna

"Bilang aja lo kangen sama gue"

"Najis"

"Lama-lama gue masukin juga lo ke sekolah tata krama, gada sopannya ke majikan?"

Aruna terdiam mendengarnya. entah mengapa dimana pun dirinya berada statusnya harus dibahas.

"Maaf tuan muda"

"Gitu dong"

"Oh iya, besok lo beresin barang-barang lo untuk dua minggu"

"Untuk?" tanya Aruna bingung

"Gue mau liburan"

"Trus hubungannya sama gue apa?"

"Ya menurut lo, yang ngurus makan gue, Baju gue dan segala keperluan Gue selama disana, siapa?"

"Ya diri lo sendiri lah, malah ngerepotin orang"

"Trus gunanya rumah gue ada babu apa?"

Aruna tak menjawab, "jam 10 besok kita berangkat, bunda lo juga udah tau kok, kalau ngga percaya tanya aja"

Aruna langsung berdiri dari ayunan lalu berlari menuju tempat tinggalnya dan bundanya

Dan benar saja, Aruna melihat Lyla sedang memasukkan baju-baju Aruna kedalam koper kecil

"Bunda, bunda setuju?" Tanpa bertanya pun harusnya Aruna sudah tau jawabannya.

Tidak mungkin Lyla tidak setuju tapi membereskan pakainya ke dalam koper

"Bunda, Aruna gak mau Bun" rengeknya

"Aruna, sebelum Guntur datang, Nyonya safira udah nitipin Guntur ke kamu. Bukan hanya sebelum Guntur datang, tetapi Dari kecil, bunda sudah mendidik kamu untuk seperti itu"

"Iya bund, tau. Aruna cuma ga mau ikutan liburan sama dia. Bunda engga takut anak bunda diapa-apain sama dia?"

"Diapa-apain gimana? Malah bagus kan, kamu bisa sekalian liburan. Kalian mau ke Bali loh, bunda pengen banget kesana"

"Yaudah, bunda aja yang kesana sama Guntur, Aruna engga mau. Bunda mikir coba, apa kata orang liat cewe cowo berduaan"

"Ya ga mungkin lah, Tuan muda Guntur baik kok, lagian gak mungkin juga Tipe nya kayak kamu"

"Ihh bunda sepele sama anak sendiri, gini-gini jadi mantu idaman ibu-ibu, tau ga"

"Halah kamu, sana tidur enggak usah ngelantur malam-malam, nanti gara-gara kamu mala jadi ketinggalan pesawat l"

Aruna menghentakkan kakinya menuju kamar mandi untuk menyikat gigi, mencuci muka, dan segala ritual yang harus dilakukannya sebelum tidur, membiarkan ibunya yang masih membereskan barang-barangnya

Ting

Suara dering di handphonenya, membuat Aruna kembali membuka mata, untuk mengecek notif tersebut.

Anak angkat majikan
Gmn?
Gue ga bohong kan.

"Argghhh" Aruna berteriak membekap mulutnya dengan bantal, agar tidak terden-

"ARUNA UDAH MALAM, JANGAN TERIAK-TERIAK"

Ehh

🐾🐾🐾

Sedangkan disebarang sana, Guntur sedang membayangkan reaksi Aruna yang pastinya sedang kesal dengannya.

Liburan ini merupakan rencana yang disengajanya, kedua orang tuanya juga menyetujuinya untuk mengajak Aruna. Guntur pikir, dengan membawa Aruna bisa membuat gadis itu melupakan hinaan yang dilontarkan padanya tadi siang.

Tidak ada yang boleh mengejek status Aruna selain dirinya, Guntur tidak suka. Mereka tidak memiliki hak untuk itu

Guntur juga berpikir, dengan membawa gadis itu liburan bisa membuat gadis itu tenang untuk menjalani semester terakhirnya.

Guntur dengar, gadis itu memiliki impian menjadi dokter.

Guntur juga ingin menghabiskan waktunya bersama gadis cerewet itu, walaupun ngeselin, guntur suka.

Ehh

Ya, Guntur menyukainya. Perasaan ini sudah ada sejak dirinya kecil, sangat berat rasanya meninggalkannya gadis itu selama 7 tahun.

Guntur selalu membayangkan Gadis itu sudah memiliki pria lain disini.

Aruna kecil dulu sangat periang, bahkan lebih cerewet, suara cemprengnya tidak pernah absen ditelinga Guntur.

Guntur selalu malu bertemu dengannya karena salah tingkah, berbeda dengan gadis itu yang biasa aja.

Sangat seru rasanya mengerjai gadis itu, apalagi saat bibir tipis milik Aruna menyumpah serapahi dirinya.

Lagi-lagi Suara deringan handphone guntur terdengar. Sudah berpuluh kali Guntur menolak panggilan tersebut, tetapi sang penghubung tidak menyerah.

Gracia.

Sudah puluhan panggilan tak terjawab terderet di layar handphone Guntur. Tapi Guntur tidak peduli.

Gracia
yang... Kita liburan kemana?

Guntur hanya membaca lewat notifikasi saja, tidak membuka roomchat mereka.

Guntur ingin sekali rasanya menyelesaikan segalanya, tapi melihat wajah cemburu Aruna setiap dirinya berinteraksi dengan Gracia membuat Guntur ingin selalu menundanya.

Guntur tau Aruna memiliki rasa padanya, feelingnya tidak pernah salah.

Guntur pastikan Aruna mengakuinya sendiri.

Gracia
Yang, kamu belum tidur kan?
Kita bisa liburan ke Paris aja ngga sih?
Itu negara impian aku

Guntur sama sekali tidak memperdulikannya. menurutnya, Gracia sangat agresif, Guntur tidak suka.

Lebih baik Guntur tidur, tak sabar rasanya menunggu hari esok






ARUNA: BAIK TUAN MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang