prolog

47 5 2
                                    

Suara orang-orang bersaut saut.
panik, takut, dan trauma menjadi satu bagi orang yang ada di sekitar anak yang berbaring, telinganya berdengung nyaring membuat kepalanya sakit karna orang orang di sekitarnya yang panik.

Anak kecil yang tergeletak takberdaya dengan darah menggenang di sekitar nya, dia adalah salah satu korban kecelakaan truk yang terjadi pada malam festival.

Michelina nama anak itu, dia tidak kuasa menahan sakit yang di alami, Michelina tidak bisa merasakan kaki dan tangan nya, dia tidak tahu apakah tulang kaki dan tangan nya masih menempel. Suara orang orang di sekitar memanggilnya agar dirinya tidak tertidur bembuat kepalanya seakan ingin pecah.

'sa-kit... '

Kesadaran mulai menghilang seiring berjalan nya waktu kesunyian tiada ujung menjemput nya.

Kegelapan di mana mana yang tidak ada satupun cahaya, tak merasakan apapun namun rasa saat kakinya tidak menyentuh tanah itu nyata seakan melayang di angkasa.

Udara yang tidak begitu terasa membuatnya susah untuk bernafas, kringat membasahi kepala dan juga badan nya karna usaha untuk masih bisa menghirup udara.

Di setiap detiknya kepanikan Michelina mulai tidak bisa di bendung, udara yang susah di hirup oleh Michelina seperti menghilang seketika.

Michelina mulai tidak bisa bernafas.

'sesak... Sesak sekali.'

'tolong aku, sesak. aku tidak bisa bernafas.'

'tolong....'

?

Puk!

"kau hei bangun kenapa tiduran ditempat sembarangan, orangtuamu dimana?"

Tepukan di bahu membuatnya kaget, Michelina membuka matanya karna terkejut.

Michelina meraba dadanya bertanya tanya apakah dirinya masih bernafas, keadaan udara yang tidak seperti beberapa waktu lalu membuat nya lega karena nafas nya mulai kembali.

Dua orang di hadapannya membuat  bingung, terlebih lagi bukan kah beberapa saat yang lalu dia kecelakaan? Kenapa tiba tiba berada di taman bermain. Kemana rasa sakit yang menyerang nya, dimana darah yang begitu banyak, kemana perginya kegelapan yang tiada ujung itu.

Michelina sangat ingat rasa sakit beberapa saat yang lalu menyerang nya. kenapa, tiba tiba dia berada di tempat ini. Apakah ini mimpi, mimpi apa yang di tampilkan sebelum mati ini? Mati?

Michelina memandangi dua orang di depan nya dengan air muka yang tidak percaya.

"... "

"kasihan sekali dia pasti di buang oleh orang tuanya, kau tahukan akhir akhir ini banyak kejadian seperti itu, dasar orang orang bajingan kalau memang gak mau punya anak gak usah buat seenaknya." teman dari orang yang membangun kan Michelina berbicara dan sedikit mengumpat.

Mereka sepertinya berfikir jika Michelina di tinggalkan oleh orang tuanya di taman.

"kau ini jangan omong kosong siapa tahu dia terpisah dari orang tuanya. "

Seperti yang terlihat oleh Michelina kedua orang asing itu bertengkar. bukan pertengkaran hebat, hanya salah satu nya tidak menginginkan anak kecil yang malang mendengar perkataan kasar teman nya yang terlalu pedas untuk di dengar.

"Kau mau kita temani hingga orang tuamu menjumput mu? " pandangan nya mengarah pada Michelina meminta jawaban.

"sebenarnya aku tidak tahu ini di mana?" Michelina samasekali tidak mengerti apa yang di bicarakan mereka daripada itu, bukankah keadaan nya yang harus di khawatirkan sekarang?

'aku... Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.'

Tbc.

Hai aku kembali.
Aku gak tau apa ada yang masih menyimpan cerita ku dan aku ragu untuk menulis cerita ini karena sudah lama sekali, sekitar setahun lebih gk ku sentuh.
Maaf yaaa....
Maaf membuat kalian berharap.

Jadi ini cerita masih ada pembaca nya apa tidak?
Jika gk ada yang baca gk ku lanjutkan
Dan kalau masih ada yang mau baca aku up lagi ceritanya.

komen yaa... Kalau mau baca ➡️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Big Dream [ Tokyo Revengers fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang